Bab 13 - Lamaran Tiba-Tiba

12.5K 1.3K 1.1K
                                    

Aku post ulang benerin typo ya

Kenapa aku repost bab lalu? Agar yang belum vote gak lupa vote, jadi target votenya tercapai guys.

Sekarang biar gak lupa lebih baik vote dulu ya sebelum baca 🥰

***

"Anin tahun ini kamu lulus ya?" tanya ibu Gus Zulkifli yang duduk di sampingnya. Wajahnya begitu berseri-seri seperti sudah lama mendamba sosok Anin.

Kedatangan keluarga Gus Zulkifli untuk meminang Anin sungguh tidak terduga. Ini sangat mendadak.

"Betul, Bu." Anin cenderung pasif dalam percakapan. "Sekarang magang, setelah ini skripsi."

"Tahun depan Zul lulus S1. Bulan ini dia liburan makanya pulang ke Indo. Setelah dari Makkah untuk melaksanakan tugas muthawif, dia akan menyeriusi tugas akhirnya."

Anin hanya mengangguk mendapat infomasi dari wanita bercadar yang mengusap punggung tangannya lembut. Dia tidak kaget kalau Gus Zulkifli lebih muda darinya 3 tahun karena dia sudah membaca CV. Sebenarnya itu juga yang membuatnya ragu karena kriterianya adalah lelaki yang lebih tua darinya, meskipun kadang umur tidak menentukan kedewasaan seseorang.

"Ibu berharap kalian berjodoh. Kamu itu menantu kriteria Ibu, Nin. Tahun depan Zul insyaallah lanjut S2. Kalau rencana kamu setelah lulus gimana?"

Anin menjawab, "Saya belum memutuskan sepenuhnya, Bu. Mungkin ingin fokus pada karier atau melanjutkan studi, belum pasti."

Mas Yusuf ikut menyela karena ada jawaban Anin yang menurutkan kurang pas. "Saya minta Anin balik Jogja untuk mengajar. Ndak baik juga perempuan di Kota Jakarta seorang diri. Kalau memang Gus Zulkifli ingin meminang Anin, kami mengizinkan Anin diajak ke Mesir."

Anin duduk di sofa dengan tubuh yang agak tegang, menyimpan ketidaksetujuan dalam ekspresi wajahnya ketika Mas Yusuf menyinggung pernikahan lebih detail.

Anin menautkan alisnya, berbeda pendapat dengan keputusan Mas Yusuf yang tidak dikomunikasikan dengannya lebih dulu. Sejenak, matanya bertemu dengan mata Gus Zulkifli, dan Gus Yusuf membaca ekspresi Anin.

Otak Anin terus berpikir, mencoba merangkai kata-kata yang tepat, namun hatinya belum sepenuhnya mantap untuk memberikan jawaban yang jelas. Lebih tepatnya tidak berani berpendapat.

"Ning Anin tidak masalah kan jika saya ajak ke Mesir nanti?" Gus Zulkifli bertanya untuk menghargai Anin. Lelaki yang cukup peka.

Semua diam menatap Anin. Menunggunya bersuara.

"Maafkan saya, Gus Zulkifli. Saya masih perlu waktu untuk memutuskan langkah besar ini. Saya sudah pernah gagal menikah, jadi saya belajar dari pernikahan sebelumnya. Saya tidak mau salah lagi dalam mengambil keputusan."

Mas Yusuf membuang muka. Tampaknya dia kesal dengan Anin. Namun sebelum kakaknya berbicara, Anin meneruskan kalimatnya. "Pernikahan adalah keputusan yang penting dalam hidup. Al-Quran mengajarkan kita untuk mencari keberkahan dalam setiap langkah. Ibadah terpanjang yang pasti ujiannya pun paling berat. Jadi, saya akan mencari petunjuk dari-Nya dan meminta petunjuk-Nya agar langkah yang diambil bisa mendapatkan ridha-Nya. Saya butuh waktu lebih untuk mengenal Gus Zulkifli."

"Saya menghargai Anin. Kita sebaiknya memang memutuskan sesuatu dengan matang," putus Gus Zulkifli.

Tidak ada lagi yang bisa memaksa. Mereka menerima sekaligus memberi waktu untuk keduanya lebih saling mengenal.

Janji yang Ternoda 2 (AninNaren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang