BAB 10

372 25 0
                                    

       Ah, sinting! Ia berusaha bangkit dan menumpukan tangannya di ujung keranjang agar bisa keluar. Namun, setiap kali ia bergerak, rodanya ikut bergerak. Jadi setiap ia berusaha keluar, keranjang itu seakan mengikuti sehingga membuatnya kembali terjatuh ke dalam keranjang. Apalagi mengingat di dalam keranjang itu terisi setengah penuh. Ashel tidak mungkin menginjak barang-barang yang ada di sana hanya untuk keluar.

       Tak selang 5 menit Adel akhirnya datang dengan keranjang tenteng untuk makanan.
Bukan menjadi penyelamat.
Ia malah tertawa terbahak-bahak sampai tersungkur ke lantai sangking terbahaknya. Adel memang mudah menertawakan hal-hal kecil, ditambah Ashel adalah orang yang hidupnya penuh dengan hal-hal konyol . Bernapas saja sudah seperti sketsa komedi. Apalagi kalau 'tertimpa batu' berkarat seperti tingkahnya sendiri.

"Lo ngapain sih?" tanyanya sambil ngos-ngosan

"Bantuin dulu, gak usah nanya-nanya!" Ashel megulurkan tangannya, minta dibantu keluarkan.

"Enggak, lo ngapain dulu bisa masuk ke dalam keranjang gini?" Adel menyandarkan tangannya di salah satu bagian keranjang dan melihat Ashel yang terkapar tak berdaya di dalam keranjang . Posisinya seperti ayah yang sedang melihat bayinya yang baru lahir di dalam inkubator.

"Del, bantuin dulu, sumpah!" Ia berusaha merain tangan Adel untuk berdiri.

Adel mengangkat tangannya agar tak teraih, dan otak usilnya tak berhenti sampai disitu. Sambil masih tertawa, Adel beralih memegang keranjang bagian belakang.

"Eh, jangan didorong dulu! Keluarin gue duluuuuu!"

Adel tak mengidahkan ucapannya dan langsung membawa pergi keranjang berisi produk belanjaannya menjauh dari rak yogrut. "Udah, lo di dalem keranjang aja," katanya.

"Ah, rese." Ashel sudah malas berusaha. Sejak tadi ia berusaha keluar dari keranjang itu dan ber-hasil nihil karena kaki jenjangnya hampir seluruh berada diluar. Hanya akan menghabiskan energi jika ia berusaha lebih keras karena tak akan berhasul kecuali dibantu. "Yogrut gue belom!" serunya sambil menggerutu. Ia tetap tak melupakan yogrut yang belum sempat diambilnya tadi.

Adel megarahkan kembali keranjang itu menuju yogrut. Ia berdiri di depan kulkas tanpa kaca itu dan menunjuk. "Yang ini?"

Ashel menggeleng.

"Yang ini?" Tunjuknya ke yogrut rasa pisang.

"Iya."

"Oke. Beli 10." Ia mengambil 10 botol yogrut rasa pisang dan menaruhnya di atas Ashel yang menghalangi permukaan keranjang. "Apa lagi?"

"Rasa stroberu boleh juga gak?"

"Boleh." Adel kembali mengambil 10 botol yogrut–yang kali ini rasa stroberi–dan menaruhnya dekat botol yogrut rasa pisang. "Lagi?"

           "Udah. Next."

Tak ada yang bisa Ashel lakukan selain pasrah dan membiarkan dirinya ditimpa produk-produk yang akan dibeli selanjutnya. Untung saja, habis ini mereka hanya akan membeli makanan ringan. Tidaj akan begitu memberati tubuhnya dan menyiksa saat menimpa.

     Sepanjang mereka berjalan di swalayan, seluruh mata tertuju kepadanya yang menjadi satu-satunya orang di dalam keranjang. Bahkan anak kecil pun ikut menonton orang dewasa yang kurang kerjaan masuk ke dalam keranjang penuh barang.

Entah apa yang akan ada di pikiran anak kecil itu.

"Del, malu, anjir. Tolongin gue keluar, please."

"Nanti aja di kasir."

"Ck." Ashel mendecak dan mengambil kotak tisu untuk menutupi kepalanya.
Di atas kepalanya, Adel sesekali melirik ke bawah sambil tertawa melihat wajah cemberut Ashel yang memerah karena malu.

"Yang mana? Rasa barbeque atau pizza?" Untuk terakhir kalinya setelah 30 menit berputar menuruti Ashel membeli cemilan, mereka berhenti ke makanan terakhir. Keripik kentang.

"Dua-duannya boleh?"

"Boleh. Apa aja boleh, tinggal sebut." Ia mengambil masing-masing 3 bungkus dan dimasukkan ke dalam keranjang (berisi Ashel) yang sudah hampir terkubur oleh barang-barang.

       Adel kembali tertawa kencang saat melihat kepala Ashel yang berusaha melihat keluar dengan ekpresi tanpa dosa. Lucu, menurutnya. Seperti bayi kodok kehilangan induknya.
Ia lantas menarik keranjangnya dari depan (tak lagi mendorong) menuju kasir yang harus menunggu satu orang dalam antrean.

      Bahkan samapai di dalam antrean pun, Adel masih belum mau menolongnya  keluar.

Hingga sampai dikasir...

"Selamat sore, kak," sapa sang kasir ke Adel yang mengangguk sambil menahan tawa.

"Sore...." Ia mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam keranjang dengan Ashel yang diam seperti pingsan. Sambil menutupi  wajahnya dengan apa yang terjangkau oleh tangannya.

"Yang ini bercode–nya, mbak?" Usil Adel menunjuk Ashel.

Penjaga kasir hanya tertawa. Bingung harus menjawab apa.

"Del, bantuin." Suara Ashel terdengar samar karena berbicara di balik kumpulan tisu gulung yang dipakai menutupi wajahnya karena malu.

"Hahaha keluarin dulu semuanya, nanti gue bantuin."

Dengan wajah masih tertutup, tangan Ashel bergerak membantu mengeluarkan seluruh barang yang ada di sekitarnya agar keranjang jadi kosong.

Setelahnya, ia taruh pula kumpulan tisu gulung itu dikasir.

"Yok." Adel beralih berdiri di depan keranajang dan melebarkan tangannya untuk meraih Ashel.

Dan lagi, tiap kali Ashel berusaha bergerak dan meraih tangan Adel, roda keranjangnya juga ikut bergerak. Sulit.

"Yaudah lo injek aja keranjangnya, berdiri, terus keluar."

Adel memberikan saran dan memegang keranjangnya agar tak bergerak.

Ashel menempatkan tangannya di permukaan keranjang dan berusaha beranjak. Ketika suadah berdiri, barulah Adel kembali mengulurkan tangannya membantu Ashel keluar.

Agar tak lama, Adel akhirnya mengangkat tubuh Ashel dengan kaki menahan roda. Sepersekian detik diangkat, Ashel sudah mendarat di lantai. Buru-buru melepaskan dirinya dari Adel karena banyak mata tertuju pada mereka sekarang.

Beberapa dari mereka tertawa melihatnya. Bahkan ada ibu-ibu yang bilang, "aduh, percintaan anak muda. Jadi kangen masa muda." Membuat Ashel melirik cangung ke Adel dan merapikan rambutnya kesal.

Sejak kapan dalam percintaan ada adegan ditinggalin dalem keranjang. Ia bergumam sambil cemberut. Sedangkan Adel tertawa puas di sampingnya sembari mengeluarkan dompet untuk membayar.

Ini cuma fiksi cuii..
Jangan di bawa serius..
Em...
Yaudah lanjut..
 
Ig nya admin : bbiinforu

list by ashelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang