BAB 11

426 30 0
                                    

Ruang makan yang diduduki empat orang itu terdengar bising suara piring.
Ashel, kedua orang tuanya , dan adiknya yang sudah memakai seragam menikmati perjamuan sarapan pagi sebelum akhirnya akan berangkat ke tujuan mereka masing-masing.

Melihat ada satu roti tersisa di tengah meja, tangan Ashel bergerak hendak meraihnya.
Namun, gapaian tangannya tidak sampai untuk mengambil roti itu.
"Punya tangan pendek banget." Greesel menyahut sambil mengangkat roti yang sisa satu di tengah meja makan.

"Nih." Greesel memberikan roti yang ia abil ke Ashel. "Nah gitu kek, diambilin kakaknya.." ejek Ashel.
"Ashel, Greesel, mama sama papa mau keluar kota, kalian bisa kan jaga rumah?" tanya sang papa (jenan).
Ashel yang sedang mengunyah hanya menganggukan kepalanya.

"Ntar jangan lupa, kamarnya diberesin sendiri-sendiri, kalau mau makan ambil makanan instan dari kulkas, atau kalau nggak beli."
"Iya." Ujar mereka bersamaan.

Setelah merasa asupan pagi ini cukup dicerna, Ashel beranjak dari duduknya.
"Ashel berangkat duluan, ya."
Kedua orang tuanya menganguk.
"Mau papa antar?"
"Nggak usah, pa. Mau naik MRT aja."
"Yaudah hati-hati kalo gitu."
Ashel mencium tangan kedua orang tuanya dan mengacak rambut Greesel yang setelahnya tertawa, lalu berangkat terlebih dulu menuju kampus.

Suasana kelas selalu sudah ramai seketika Ashel sampai di sana karena ia sering datang mepet waktu kelas dimulai.

Ketika kakinya melangkah masuk, pandangannya langsung mengedar hingga ke ujung kelas.

Saat melihat bangku ke barisan terbelakang, ia dapat melihat Zee dan Lula sedang adu bicara disana.
Zee tidak mau Lula deket-deket dan menganggunya terus menerus, sedangkan-Lula-yang sudah didorong-dorong itu-masih setia menempel sambil tersenyum menikmati dorongan di lengan Zee.

Biasanya Adel tak kan jauh-jauh dari tempat kejadian perkara. Namun kali ini, dia tidak ada! Adel tidak ada!. Mungkin dia bolos kelas lagi?, siapa tau.

Ia lantas menyapa teman-temannya dari tempatnya berdiri-di dekat pintu. Namun saat ia hendak berjalan, tiba-tiba ia mendengar ada yang berbisik.
"Cariin gue ya?" Yang membuatnya berteriak kencang dan spontan menoleh.

Ashel mengumpat dan membalakkan matanya saat melihat Adel dengan posisi agak menunduk di belakangnya. "ADEL!"

Adel tertawa lepas melihat ekpresi terkejut Ashel yang berlebihan. Padahal ia tidak berteriak tadi, cuma berbisik.
Namun Ashel berteriak ketakutan seakan habis melihat makhluk astral.

"Jantung gue cuma satu, Del," ucap Ashel mengelus dadanya.
Adel masih saja tertawa dan tak menghiraukan.
Sudah jengkel, Ashel berbalik dan kembali melangkahkan kakinya menuju kursi yang diduduki teman-temannya.

Namun, Adel malah kembali berbicara.
"Lo ngapain follow instagram gue?"
Ashel langsung menghentikan langkahnya. Bukan karena terkejut, tapi karena menyadari semalam ia hanya iseng membuka profil Adel. Tak dia disangka ternyata ia memencet tombol 'follow' tanpa sengaja. Kalau ia mengaku semalam mengunjungi profil Adel, itu akan membuatnya ketahuan sedang kepo. Jadi, alih-alih menjawab, Ashel malah kembali bertanya.

"Kenapa emang?"
"Gue cuma follback yang cantik doang."
"Terus menurut lo, gue jelek gitu?" tanya Ashel dengan ekpresi nggak nyantai.

Adel tidak menjawab dan malah tersenyum jahil. Ia mengambil ponselnya dari kantung celana, dan tak sama sekali mengalihkan tatapannya dari wajah Ashel-sengaja, agar Ashel semakin malu.

Dipegangnya ponsel itu di tangan dan membukanya di hadapan Ashel.
Ia mengarahkan layar ponselnya tepat didepan mata gadis itu agar ia bisa melihat apa yang Adel lakukan dengan ponselnya.
Adek membuka aplikasi instagram, kemudian ia mengetikan unsername @adzanashel (Instagram milik Ashel) dan membuka profilnya. Kemudian...... ia memencet tombol follow.

Ashel yang melihat itu mengangkat alisnya bingung dan melirik si empunya ponsel.
"Kan gue bilang gue cuma follback yang cantik doang,"
Ujar Adel tersenyum miring saat masuh melihat ponselnya. "Ya, elo termasuk lah." Kemudian membalas tatapan Ashel dengan wajah isengnya.

Ashel terkejut dengan cara seorang Adel melancarkan aksinya.
Tepat. Di depan. Matanya.
Entah ia senang atau menrinding mendengarnya. Tidak tahu. Terlalu bercampur.

"Halah. Diem, deh. Mending lo pergi." Ashel mengusirnya dengan wajah datar sembari menunjuk arah lain agar Adel meningalkannya.

Si menyebalkan itu malah tersenyum semakin lebar. "Sama lo aja, ayo. Mau kemana?"
Ashel tersedak.
Orang gila.
Ashel menghela napas. Membatin, ayo ashel kuat iman, kuat iman, kuat iman, jangan baper, jangan baper.
Sebab dirinya yang mudah jatuh ini tidak mau jatuh ke lubang yang sama untuk ke-1233567 kalinya.

"Haha, bercandaa..." Adel tertawa dan berjalan melewati Ashel tanpa basa-basi.
Ashel hanya menatap punggungnya yang tengah berjalan ke arah bangkunya dengan tatapan heran sambil menggelengkan kepalanya, lantas ia juga berjalan ke tempat teman-temannya duduk.

Ashel adalah Ashel.
Apapun yang terjadi, satu detik setelah bertemu teman-temannya, sudah dpaat dipastikan ia langsung membawa berbagai jenis cerita untuk dibicarakan.
Tidak pernah tidak. Baik curhat , kabar dating dari orang yang dikenalnya, sekelas info. gosip selebriti, berita terkini, berita cuaca, berita kecamatan, apa saja, semuanya pasti diceritakan.

Dan kali ini, ia membawa curhatan dengan antusias.
"Gue kesel," ucapnya sambil menaruh tasnya di meja dan duduk menghadap teman-temannya.
"Kenapa?"
"Gue sama Greesel hari ini disuruh jaga rumah, soalnya mama papa gue keluar kota, lagi."
Teman-temannya terkejut. "Serius?, sama adek lo yang ngeselin itu?" Tanya Marsha.
Ashel mengangguk dengan wajah memelas bercampur sebal. "iya, ahh sumpah, kesel. Mana gue banyak kerjaan lagi."

Khatrina terkekeh pelan. "Siap-siap deh, lo semua kalo tiba-tiba ditelpon Ashel jam 3 pagi buat temenin ke toilet."
"Pokoknya jangan gue, jangan telpon gue kalo di atas jam 12." Indah langsung menolak terang-terangan di muka sebelum Ashel menelponnya nanti malam. Indah tipikal orang yang tidur lebih cepat dari orang-orang seusianya. Bahkan pukul : 10 malam pun lampu kamarnya sudah gelap gulita karena penghuninya sudah tenggelam di dalam mimpi.

"Dih, yaudah masih ada Marsha sama khatrina." Ashel menjawabnya dengan ekspresi jengkel- bercanda. "It's not like you're the only friend i got, miss. Sleep early."
Indah tertawa sambil mengangguk meremehkan.
" Tapi nanti malem gue sama Khatrina ada acara, Shel. Jadi belum tentu bisa angkat telepon lo," timpal Khatrin.
" Iya, gue harus liat anime kalo ngga main game sama Khatrina sampe pagi."

Indah mendecak. "Astaga... Marsha. Perasaan lo bergadang mulu deh, setiap hari, loh."
"Ya, gapapa lah, biar naik ranknya." Khatrina membela.
Marsha hanya terkekeh dan menghiraukan perdebatan dua temannya yang berusaha memperdebatkan dirinya.

Mereka lantas kembali kepada topik pembicaraan, tentang Ashel yang harus tinggal sama adiknya dikarenakan kedua orang tuanya keluar kota.
"Jadi, gak ada yang temenin gue nanti malem?" Ashel meminta iba. 'tega banget..." Dengan berpura-pura sedih.
"Kalau gue bales, berarti bisa. Kalo nggak bales, berarti.." belum selesai Khatrina berbicara, dosen yang hari ini mengajar masuk ke dalam kelas. Membuat semua mahasiswa merapikan tempat duduknya dan bersiap memulai perkuliahan dengan baik.

Ini cuma fiksi cuii..
Jangan di bawa serius..
Em...
Yaudah lanjut..

Ig nya admin : bbiinforu

list by ashelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang