Sepulang dari kuliah Lava sudah mendapati Argio yang menunggunya didepan kampus, laki-laki itu duduk santai di cup mobilnya menjadi perhatian seluruh mahasiswa disekitarnya. Lava berjalan begitu saja melewati Argio dan langsung masuk kedalam mobil.
"Heh!" seru Lava membuka kaca mobil saat Argio tak kunjung menyusulnya.
"Lo niat gak sih jadi sopir? Apa ini cuma akal-akalan lo aja supaya bisa mejeng dikampus?"
Argio yang tersadar pun langsung menyusul Lava, dia masuk dan mendudukkan diri disamping Lava.
"Sekalianlah, Va. Menyelam sambil minum air." Ucapnya tertawa sambil memasang seat belt nya
"Cih! Cepat ayo jalan."
Argio pun kemudian melajukan mobilnya dan menyalakan musik sebagai hiburan.
"Kita mau kemana?" Tanya Argio.
"Pulanglah, kemana lagi?"
"Gak asik lo! Jalan-jalan dulu ajalah."
"Jalan-jalan? Sama lo? Males!" Kemudian tidak ada lagi percakapan diantara mereka.
Kini mobil yang dikendarai Argio telah keluar dari area kampus, namun dipinggir jalan yang mereka lalui, Lava melihat seorang gadis yang sedang dikeroyok oleh beberapa gadis seusianya. Lava seorang yang enggan ikut campur masalah orang lain kini pernasaran hingga saat mobil Argio melewati segerombolan gadis itu kepala Lava ikut menoleh hingga kebelakang seolah tak ingin melewatkan kejadian itu.
"Berheti dulu!" Argio yang mendengar ucapan Lava pun menoleh seraya memberhentikan mobilnya seketika.
"Ada apa sih? Ngagetin aja."
Lava melepas seat belt nya, "tunggu disini!" kemudian Lava keluar dan berlari cepat menghampiri segerombolan gadis itu.
"Aiko!" Mendengar suara Lava yang lantang sontak gerombolan gadis itu berhenti melakukan aksinya sedangkan Aiko yang sudah terduduk ditanah mendongak menatap Lava yang datang.
"Lo lagi? Mau jadi pahlawan kesiangan?"
Lava tersenyum mengejek.
"Ternyata kalian emang cupu ya! beraninya keroyokan!"Lava dengan angkuh merendahkan perbuatan mereka, karena memang yang mereka lakukan adalah tindak kejahatan yang tidak dapat dibenarkan.
"Apa lo bilang?" tanya salah satu gadis itu tak terima.
"Lo pikir gue takut sama lo?" Kini gadis bernama Cindy itu berjalan mendekat kearah Lava.
"Gue gak merasa gue menakutkan, jadi untuk apa lo harus takut?" Ucap Lava ketika Cindy telah berada tepat didepan wajahnya.
"Bagus kalau gitu."
"Tapi gue bisa melaporkan perbuatan lo kepolisi!" Ancam Lava berharap mereka jera dan tak akan mengganggu Aiko lagi.
"Emang lo punya bukti apa?" Lava terdiam saat mendengar pertanyaan gadis berdandan menor ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVANYA
Romance"Ketika cinta dipercaya, melahirkan kecewa belaka yang menjadikannya luka dan menyalakan semesta." Lavanya Qinata Mahasiwa tahun kedua yang hidup dengan ayah yang mengidap Stroke, dan memiliki kehidupan yang sangat bebas sejak bangku SMP. Trauma ya...