Lava memasuki ruang rawat Lisa bersama dengan Bara.
"Rey mana?" Tanya Lisa kepada adiknya itu.
"Ke toilet." Jawab Lava seadanya.
Lisa hanya menjawab dengan ber 'oh' ria, lalu tatapan nya berali kepada ana pertamanya yang bejalan mendenkatinya dengan senyum lebar dan beberapa mainnan ditangan nya.
Bara berjalan mendekati ibunya sambil membawa mainannya. "Bunda lihat aku beli mainan banyak." Ucap bara yang kesenangan kepada ibunya.
Lisa sedikit tercengang dengan pandangan dihadapan nya. "Banyak banget?" Lisa mepertanyakan hal itu kepada anak nya.
"Dek, kamu kok beliin Bara mainan banyak banget." Kini Lisa mengeluh kepada adiknya.
Lava menghela napasnya mendengar kakanya malah menyalahkan nya. "Rey yang beliin kak... Kenapa nyalahin aku." Jawab nya apa ada nya.
"Emang kaya banget ya suami kamu?"
Lava hanya mengedikkan bahunya menyahuti pertanyaan kakaknya, karena memang sejujurnya Lava tidak mengetahui Rey sekaya apa.
Lava mendudukkan dirinya disofa yang terletak tak jauh dari sana, ia mengamati kakak nya yang dibantu oleh suaminya untuk menyusui anak kedua mereka. Mereka layaknya keluarga cemara yang tumbuh subur, Lava berharap semoga saja pohon cemara itu tidak pernah tumbang karena diterpa angin dan tidak pula juga ada tanagn jahil yang menebang nya.
"Kamu gak mau punya anak, dek? Seru loh jadi seorang ibu." Lava menggeleng mendengar pertanyaan dari kakaknya.
Entah kenapa tidak pernah sekalipun terpikir di kepalanya mengenai seorang anak. Lava hanya tidak suka dengan anak kecil, itu akan merepotkan pikirnya. Hidupnya sendiri saja sudah berantakan, apalagi ditambah dengan seorang anak, itu akan semakin memperburuk keadaan.
Beberapa saat kemudian Rey kembali muncul dibalik pintu, Lava menatap kehadirannya tanpa ekspresi dan tak berniat menanyakan apapun pada pria itu sampai bau parfum Rey kini tercium sangat dekat saat dia dudukl disamping Lava.
"Kalian akan menginapkan?" Tanya Lisa.
Lava melirik kearah Rey seakan menyuruh pria itu bersuara. "Iya."
Lisa mengangguk. "Baguslah, kalian pasti akan capek kalau harus bolak balik Surabaya-Jakarta dalam sehari."
"Kalian nginep dirumah ku saja." Ujar Bastian.
"Tidak perlu, saya sudah memesan hotel untuk kita tinggal."
Lava tidak tahu tentang rencana akan menginap dihotel, karena itu sama sekali tidak direncanakan karena tadi ia sangat panik karena kakaknya melahirkan.
"Hm... itu rencana bagus! Kalian kan juga belum pernah berbulan madu, jadi bisalah pakai ini sebagai gantinya." Lava menatap tajam kearah kakaknya yang dengan lancang nya berbicara seperti itu, dan yang ditatap tidak merasa bersalah sekalipun setelah mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVANYA
Romance"Ketika cinta dipercaya, melahirkan kecewa belaka yang menjadikannya luka dan menyalakan semesta." Lavanya Qinata Mahasiwa tahun kedua yang hidup dengan ayah yang mengidap Stroke, dan memiliki kehidupan yang sangat bebas sejak bangku SMP. Trauma ya...