Hari berganti, minggu pun terus berjalan menanggalkan hari-hari yang membosankan. Kini tepat satu bulan Lava dan Rey menjalankan pernikahan. Entahlah itu bisa disebut pernikahan atau tidak, namun yang jelas keduanya melangsungkan sumpah didepan tuhan dan bersedia menerima satu sama lain.
Seperti biasa Lava dan Rey sarapan berdua. Tidak ada percakapan diantara keduanya Lava menyelesaikan sarapannya lebih cepat dari Rey, kemudian dia membawa piring kotornya ke wastafel lalu mencucinya.
"Biar gue aja." Lava meraih piring Rey yang hendak dicuci pria itu, Lava pikir ini bisa menjadi tanda terimakasih karena setiap hari Rey yang menyiapkan nya makan, biarlah kini giliran nya.
Rey mengulas senyum kecil nya lantas mengangguk dan pergi mengambil dasi juga tas kerjanya.
Saat Lava selesai mencuci piring Rey sudah siap dengan dasi yang sudah terpasang dengan tas kerjanya.Kemudan mereka berdua berangkat bersama dan berpisaah saat Lava masuk kedalam gedung fakultasnya. Tanpa Lava sadari semua mata tertuju padanya yang turun dari mobil Pajero Sport milik Rey.
Disepanjang jalan menuju kelas, Lava mendapati Cindy and the gang yang sedang berkerumun di lorong.
"Oh ternyata ayam kampus to?" Salah satu teman Cindy berambut curly yang bernama Gritania mencibir Lava yang tepat lewat didepan nya.
"Yaiyalah apa lagi? Mau dapat duit dari mana cobak, lo tau sendiri dia hampir mau di DO karena gak bisa bayar uang kuliah." Kini berganti Cindy yang bersuara, membuat Lava yang bejalan didepannya pun berhenti.
"Diem-diem dikira polos ternyata-" Perkataan Cindy terpotong karena tiba-tiba Lava berada tepan dihadapan nya. Lava hanya diam sejenak menatap Cindy dengan wajah tanpa ekspresi membuat gadis dihadapan nya merasa ter intimindasi.
"Kenapa diem? Mau ngatain gue apa lagi? Gue siap dengerin sampek mulut lo itu berbusa."
"Emang bener kan? Buktinya lo dianter tu sama om-om naik mobil bagus itu, gue juga pernah lihat lo masuk ke wilayah Apartment sama gadun lo itu."
"Itu semua bukan urusan lo! Mau gue jadi ayam kampus ataupun lonte sekalian lo semua gak berhak ikut campur!"
Setelah itu Lava melenggang pergi dengan emosi meradang yang berhasil ia kendalikan.
Lava mengikuti pelajaran dengan baik, seperti sebelum-sebelumnya gadis itu langsung memahami apa yang diterangkan oleh dosen dan mencatat beberapa yang dianggap nya penting.
Saat pelajaran diakhiri, Lava memilih untuk pergi ke kamar mandi terlebih dahulu. Namun saat keluar dirinya dihadapkan dengan Cindy yang menghadangnya, kali ini bukan dengan teman-teman nya.
"Minggir!"
"Ada urusan apa lo sama Argio?" Lava tersenyum miring, lingkaran disebelah kiri bibirnya kelihatan nyata dan menatap remeh gadis didepan nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVANYA
Romance"Ketika cinta dipercaya, melahirkan kecewa belaka yang menjadikannya luka dan menyalakan semesta." Lavanya Qinata Mahasiwa tahun kedua yang hidup dengan ayah yang mengidap Stroke, dan memiliki kehidupan yang sangat bebas sejak bangku SMP. Trauma ya...