Lava membangunkan Rey, dengan mengguncang tubuhnya, pasalnya ia baru mendapatkan kabar kalau kakaknya melahirkan.
"Rey! kakakku sudah melahirkan."
Rey mengucek matanya, "Bagaimana bisa?" Rey bertanya dengan setengah sadar, karena ini masih pukul 4 dini hari.
"Ya mana gue tahu! Barusan dia hubungin gue kalau udah dirumah sakit."
"Kenapa mendadak sekali?"
"Orang ngelahirin gimana bisa di tebak tepat nya kapan sih?"
"Yaudah kalau kamu gak bisa nganterin aku, aku bisa sendiri." Ini merupakan permintaan pertama Lava, tidak mungkin jika Rey menolaknya dan mengecewakan gadis itu yang nantinya malah akan membuat gadis itu sulit menerima Rey dihidup nya.
"Aku hubungi Jean dulu, biar dia yang menghandle pekerjaanku." Lantas Rey mencari ponselnya yang ia letakkan di nakas sebelah tempat tidurnya. Pria itu dengan cepat menghubungi sekertaris nya lalu mencari tiket penerbangan paling awal.
Kini mereka berdua sedang berada dibandara, tidak banyak barang yang mereka bawa hanya satu koper milik masing-masing yang berisi beberapa potong pakaian dan hadiah untuk ibu hamil dan anaknya nanti tentunya.
Pesawat yang mereka tumpangi lepas landas, mereka duduk berdampingan. Tidak ada sepata kata pun keluar dari bibir mereka. Tapi disini sangat terlihat bahwa Lava cemas dan mungkin bisa dikatakan ketakutan.
Tangan Lava menceram erat kursinya. Peluh membasahi dahinya, bibirnya terlipat kedalam, jantungnya berdetak kencang. Rey melihat hal itu, ia berinisiatif memegang tangan Lava.
"Tenanglah." Lava mendongak menatap pria yang sedang mencoba menenangkan dirinya itu.
"Jangan takut." Lava dengan refleks mengangguk kemudian memejamkan matanya.
Tidak terasa perjalanan mereka telah sampai dibandara Juanda surabaya. Rey memesan Taxi online untuk mereka, dan langsung menuju rumah sakit dimana kakak Lava sedang dirawat. Disepanjang perjalanan tidak ada percakapan apapun, Lava membisu namun matanya menyapu setiap kawasan yang mereka lalui. Sedangkan Rey pria itu nampak nya sedang disibuk kan dengan ponsel nya sedari tadi berbunyi pesan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVANYA
Romance"Ketika cinta dipercaya, melahirkan kecewa belaka yang menjadikannya luka dan menyalakan semesta." Lavanya Qinata Mahasiwa tahun kedua yang hidup dengan ayah yang mengidap Stroke, dan memiliki kehidupan yang sangat bebas sejak bangku SMP. Trauma ya...