II. Sebuah pengakuan

15 3 1
                                    

Jangan lupa vomentnya kakaa, terimakasih

Kala itu, ketika perasaan yang tidak pernah Abinawa rasakan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menetap di hatinya hanya karena satu nama, Lyora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala itu, ketika perasaan yang tidak pernah Abinawa rasakan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menetap di hatinya hanya karena satu nama, Lyora.

Tak pernah Abinawa tak tersenyum ketika melihat kehadiran Lyora ada di hadapannya. Paras Lyora seolah terukir bagai tato di pikirannya. Suara Lyora seolah musik di telinganya. Abinawa bertanya-tanya, apakah cinta yang ia rasakan?

Semenjak kejadian pertama ia bertemu Lyora, Abinawa selalu menyempatkan diri untuk mampir ke kedai Harsa. Dengan alasan ingin menjadi pelanggan tetap, padahal maksud hatinya ingin melihat Lyora tiap harinya.

"Aku sudah memberitahumu, bung. Tidak mudah mendapatkan hati adikku, asal kau tahu," tetapi ucapan Harsa seolah menjadi tekanan untuk membuatnya pesimis.

"Asal kau merestui kami, setidaknya aku masih punya harapan untuk mendapatkan hatinya," Abinawa menatap pintu kayu yang tertutup, pintu dimana pertama kalinya ia melihat Lyora.

Harsa menghela nafas, "kau tidak tahu betapa banyaknya lelaki yang dia tolak."

Abinawa langsung memusatkan pandangannya pada Harsa, salah satu alisnya terangkat. "Sebanyak itu?"

"Aku pun tidak tahu kenapa bisa. Adikku selalu menjadi pusat perhatian para pria, tetapi aku tidak pernah menjadi pusat perhatian wanita-wanita cantik," Harsa menghisap rokok miliknya, dikeluarkannya asap dari mulutnya.

Kata-kata Harsa membuat Abinawa berpikir, akankah ia bisa mendapatkan hati Lyora? Sedangkan Lyora pasti sudah terbiasa diberi ucapan cinta oleh lelaki diluar sana. Akan tetapi bukan Abinawa jika ia tidak nekat berusaha.

Sore harinya, sungguh keberuntungan Abinawa melihat Lyora berjalan pulang dari kedai. Tangan kecilnya memegang keranjang rotan kosong. Senyuman terukir di bibir Abinawa, ia berjalan mengikuti Lyora dari belakang.

Lagi pula, Lyora tak akan curiga. Karena banyak orang juga yang berjalan di sana. "Ini kesempatan emasku," pikir Abinawa di dalam hatinya yang berbunga-bunga.

Ia melihat Lyora berbelok ke suatu persimpangan kecil, melihat Lyora yang langsung hilang dari pandangannya membuat Abinawa segera mempercepat langkah kakinya. Dan benar saja, ketika ia berbelok, tidak ada jejak Lyora yang ia lihat. Hanya orang-orang yang berlalu lalang di jalanan.

Abinawa menengok ke kanan dan ke kiri, kebingungan. Ia pikir Lyora punya kekuatan super yang bisa menghilang tiba-tiba. Abinawa menghela nafas kecewa, lalu ia berbalik badan. Dan ternyata, Lyora berada tepat di belakangnya.

"Woah!!" rasanya jantung Abinawa berpindah ke kanan. Teriakannya membuat orang-orang memperhatikannya, tetapi ia senang ada Lyora di hadapannya.

Last Mission: LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang