Jangan lupa vomentnya kakaa, terimakasih
Menghindar, satu-satunya hal yang Lyora bisa lakukan. Semenjak ia mendapat pengakuan cinta dari Abinawa, Lyora rasanya menjadi risih. Meskipun biasanya ia tak pernah memikirkan tentang siapapun yang menyatakan cinta padanya, tetapi anehnya Abinawa berbeda.
Sudah tiga hari lamanya Lyora sengaja tidak pergi ke kedai. Mengetahui bahwa pasti ada Abinawa di sana. Dan Lyora tak mau ambil resiko untuk bertemu dengannya. Abinawa itu lelaki gila, batin Lyora.
Yang ia lakukan selama beberapa hari ini hanyalah merajut di rumah, atau seperti biasa setiap sore ia menuju ke gubuk kecil pinggir pasar untuk mengajar anak-anak yang ingin menempuh pendidikan. Atau, pergi ke kebunnya.
Dan selama ia pergi keluar dari rumah, ia selalu berdoa agar tidak bertemu dengan Abinawa. Akan tetapi doanya tak sepenuhnya terkabul, dihari keempat ia dalam misi menghindari Abinawa, nyatanya berpapasan dengannya ketika pulang dari mengajar anak didiknya.
Lyora tak mau bermain kejar-kejaran dengan Abinawa, dia bisa dicap gila oleh orang-orang disekitarnya. Maka dari itu yang ia bisa lakukan saat ini adalah, mengabaikan semua hal yang dilakukan Abinawa.
"Aku tahu kamu menghindariku, jangan seperti itu. Itu sangat menyiksaku berhari-hari tidak melihat wajahmu," Abinawa berjalan di sampingnya, sementara Lyora menatap lurus ke depan seolah tidak mendengar apa-apa.
"Kamu mengabaikanku?" Abinawa tertawa kecil, ia tetap berjalan sambil menatap perempuan cantiknya, "baiklah, tidak apa-apa. Aku biasa diabaikan."
Tuhan, Lyora hanya ingin langsung menghilang dari pandangan Abinawa sekarang juga. Ia mempercepat langkah kakinya meskipun jelas itu percuma.
"Buru-buru sekali. Nanti tasmu jatuh, loh," ucap Abinawa, yang akhirnya membuat Lyora menanggapinya. Lyora menaikkan tas selempangnya di bahu, agar tidak jatuh selama ia berjalan.
Abinawa kembali tertawa, "hati-hati, aku tidak mau kamu terjatuh, berlianku."
Mendengar ucapan Abinawa, Lyora rasanya ingin muntah saat itu juga. Berlian? Berliannya? Menjijikkan.
Selama mereka berjalan, Lyora tak pernah menoleh ke arah Abinawa tak peduli sebanyak apa kata yang sudah dilontarkan oleh lelaki tinggi itu. Tiba-tiba Lyora melihat seseorang yang familiar, akhirnya Lyora berjalan melambat dan berhenti ketika berada tepat di hadapan pria itu.
Gautama, kepala desa saat ini. Orang yang cukup dihormati, mempunyai tambang batu bara di daerah lain. Semua orang di kota ini, pasti mengenal Gautama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Mission: Love
RomanceON GOING Di mata Abinawa, Lyora adalah berlian diantara kepingan perak. Lyora adalah bulan diantara miliaran bintang. Lyora adalah bunga mekar di padang tandus. Permintaan terakhir sahabatnya mewujudkan impiannya untuk menikahi Lyora. Meskipun hanya...