jangan lupa vomentnya kakaa, terimakasih
Jika Lyora harus jujur, Abinawa pantas mendapat penghargaan sebagai suami terbaik di dunia. Cara Abinawa mencintainya, Lyora merasa menjadi wanita paling beruntung. Ia yakin, tidak semua orang dicintai dengan cara yang sama seperti Abinawa mencintainya.
"Mau ke mana, Lyora?"
Lyora yang sedang menata tasnya seketika berhenti mendengar pertanyaan Abinawa. "Waktunya mengajar anak-anak," jawab Lyora jujur.
Setiap seminggu sekali, tepatnya dihari minggu sore, Lyora selalu pergi ke gubuk dekat persawahan. Untuk sekedar mengajarkan huruf dan angka pada anak-anak tidak mampu secara cuma-cuma.
"Aku ikut denganmu," Abinawa menjawab. Ia langsung menghampiri Lyora, ia mengambil tas Lyora dan membawanya berjalan menuju pintu keluar.
"Eh? Untuk apa? Tidak, tidak perlu," Lyora memegang lengan Abinawa untuk menghentikan langkahnya.
"Aku tetap ikut denganmu," ucap Abinawa memaksa. "Aku masih takut dengan kejadian kemarin," Abinawa menatap Lyora dengan mata sendunya.
"Takut? Aku saja tidak takut, kenapa kamu yang takut?" Jawab Lyora sambil mengerutkan keningnya.
"Aku takut tidak bisa melindungimu seperti sebelumnya," Abinawa mendekat, ia menyandarkan dahinya di bahu Lyora. Membuat Lyora tak mampu untuk menahan senyumnya.
"Tapi sungguh, aku tidak perlu ditemani," Lyora mendorong bahu Abinawa, sehingga Abinawa tak lagi bersandar di bahunya. "Aku bisa sendiri."
"Aku tetap ikut, aku mau melihat anak-anak yang kau ajar. Mereka juga harus tahu bahwa ibu gurunya mempunyai suami yang tampan," Abinawa tersenyum lembut.
"Tapi jangan bersedih, ya. Kalau anak-anak didikku tidak suka padamu. Karena mereka sulit untuk akrab dengan orang lain, aku jamin itu," ucap Lyora.
Abinawa berpikir sejenak. "Baiklah, jika aku bisa akrab dengan mereka, kamu harus mengabulkan satu permintaan dariku."
"Baik, tidak masalah. karena aku yakin mereka tidak akan mau akrab denganmu. Apalagi berdekatan denganmu," merasa ditantang oleh Abinawa, Lyora menyetujui tantangannya. Lagi pula, ia nanti tinggal memberitahu pada anak didiknya untuk tidak mendekati Abinawa.
"Ya sudah, ayo kita berangkat!" Abinawa merangkul Lyora, tidak sabar bertemu dengan anak didik istrinya.
* * *
Melewati udara segar di pinggir persawahan sangat meringankan beban pikiran Abinawa. Angin sejuk menyapu permukaan kulitnya. Terlebih lagi, ketika melihat Lyora, ia semakin jatuh cinta.
Melihat rambut istrinya yang terurai itu ditiup oleh angin, membuat rambutnya sedikit berantakan. Justru Abinawa menyukainya. Seperti melihat kebebasan dari diri Lyora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Mission: Love
RomanceON GOING Di mata Abinawa, Lyora adalah berlian diantara kepingan perak. Lyora adalah bulan diantara miliaran bintang. Lyora adalah bunga mekar di padang tandus. Permintaan terakhir sahabatnya mewujudkan impiannya untuk menikahi Lyora. Meskipun hanya...