jangan lupa vomentnya kakaa, terimakasih
Keberanian Abinawa membuat Lyora terkagum. Setidaknya Abinawa bukan pria pengecut, ia pria yang rela melakukan segalanya demi kebaikan. Jika disebut pahlawan, ia memang pantas untuk disebut pahlawan karena telah menyelamatkan Rakyan.
"Aku tidak apa-apa," ucap Abinawa terus-terusan karena ia menolak pergi ke dokter terdekat. Baginya, diobati oleh Lyora saja sudah cukup. Tangan Lyora adalah obat baginya.
"Ya, terserah kamu. Kamu memang keras kepala," ujar Lyora sambil membereskan kapas dan obat-obatan usai mengobati luka-luka Abinawa.
"Lagipula, ini luka terhormat," Abinawa berhenti sejenak, "tetapi kamu masih mau bersamaku, kan?"
Lyora baru saja hendak membuang tisu dan kapas yang terkena noda darah, tetapi ia berhenti ketika Abinawa menanyakan hal itu. "Memang apa hubungannya?"
"Karena luka di wajahku, aku jadi jelek, ya? Kamu masih mau bersamaku, kan?" Abinawa mengulang pertanyaannya lagi, ia tidak masalah mendapat luka di wajahnya, tetapi ia takut Lyora akan jijik padanya.
"Pfft,"Lyora menahan tawanya, ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
Abinawa yang melihat Lyora menyembunyikan tawanya, membuatnya tersenyum. Meskipun ketika ia tersenyum pipinya terasa perih. Lyora tersenyum di depannya, dan itu membuat Abinawa merasa jauh lebih baik. "Kamu tertawa?"
"Pertanyaanmu tidak masuk akal," Lyora menggeleng, lalu ia membuang kapas dan tisu bekas itu ke tempat sampah. Ia kembali menghampiri Abinawa yang duduk di kasur.
Lyora lanjut berkata, "mana mungkin aku akan meninggalkanmu hanya karena luka di wajahmu? Lagipula kamu sendiri yang bilang kalau itu luka terhormat, kan?"
Abinawa mengangguk, "aku hanya takut."
Lyora tersenyum kecil, "terima kasih, ya. Kamu mau menyelamatkan Rakyan, padahal itu jelas membahayakan nyawamu."
Mendengar perkataan Lyora, Abinawa menggeleng. "Tidak, aku tidak menyelamatkannya, aku membantunya bebas dari ayahnya. Aku hanya berharap, semoga Rakyan senang di panti asuhan. Ia pasti punya banyak teman di sana."
* * *
Dalam hitungan hari, luka di wajah Abinawa mulai mengering. Dengan memar di beberapa bagian tubuhnya tidak membuat Abinawa mulai menjaga kesehatannya agar cepat pulih, justru semakin giat merokok.
Kebiasaan merokoknya tetap sama, Abinawa tidak pernah merokok di dekat Lyora. Ia selalu menginjak rokoknya ketika Lyora mendekatinya. Ia tak mau Lyora terkena dampak buruk karena menghirup asap rokoknya, sedangkan ia sendiri tidak memikirkan dampak buruk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Mission: Love
RomanceON GOING Di mata Abinawa, Lyora adalah berlian diantara kepingan perak. Lyora adalah bulan diantara miliaran bintang. Lyora adalah bunga mekar di padang tandus. Permintaan terakhir sahabatnya mewujudkan impiannya untuk menikahi Lyora. Meskipun hanya...