XVI. Pengertian

3 0 0
                                    

jangan lupa vomentnya kakaa, terimakasih

jangan lupa vomentnya kakaa, terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Takdir sudah diatur Tuhan.

Mungkin itu yang ada di dalam pikiran Abinawa ketika memikirkan perjalanan hidupnya bersama Lyora. Ia tak ingin memikirkan apa alasan ia mencintai Lyora, karena Abinawa sudah terlanjur mencintainya.

Apa gunanya mengetahui alasan untuk hal yang sudah terlanjur kita lakukan? Agar tidak menyesal dikemudian hari? Setiap hal yang dilakukan tanpa berpikir selalu berakhir dengan penyesalan.

Tetapi untuk mencintai Lyora, Abinawa tak butuh alasan untuk itu.

Abinawa masih mendekap Lyora dengan lembut, mengusap kepalanya ketika ia tertidur. Menunggu Lyora untuk bangun ketika sinar matahari semakin terang.

Lyora menangis sepanjang malam setelah kedatangan Daneswara. Abinawa benar-benar bersusah-payah untuk menenangkannya, dan tidak ada satupun dari caranya yang berhasil. Lyora terus meracau, meskipun ia telah berasa di dekapan Abinawa.

Mungkin rasa bersalah sudah sangat membebani hati Lyora, dan memikirkan hal itu membuat Abinawa ikut hancur.

Lyora berakhir tertidur ketika fajar hendak tiba. 

"Hmm ...," gumaman Lyora langsung menarik perhatian Abinawa. Abinawa menarik Lyora semakin dekat. Ia kembali mengusap kepalanya, agar Lyora kembali tertidur.

Abinawa melihat bagaimana kelopak mata istrinya bergerak-gerak, perlahan terbuka. "Hei, tidurlah lagi," ucap Abinawa. Ia bisa melihat betapa bengkaknya kedua mata Lyora saat ini.

Mata Lyora baru setengah terbuka, ia merasa lelah. Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah, Abinawa yang sedang memeluknya dengan tatapannya yang memabukkan.

"Mau bangun sekarang?" Abinawa tidak mau membawa topik semalam, karena ia hanya ingin berfokus pada Lyora saat ini.

Tetapi Lyora tak kunjung menjawab, ia hanya menatap Abinawa lalu mengangguk kecil.

Abinawa duduk pertama, lalu ia membantu Lyora untuk duduk dan bersandar dengan bantal. Abinawa mulai khawatir melihat raut wajah Lyoranya. "Tunggu sebentar, ya. Aku ambil minum terlebih dahulu."

Baru saja hendak turun dari tempat tidur, tangan Abinawa dicekal oleh Lyora. Abinawa mengalihkan pandangannya pada Lyora, jantungnya serasa berhenti sejenak ketika melihat cara Lyora menatapnya.

"Tetaplah disini, bersamaku." Suara Lyora terdengar bergetar. Dan tatapannya, seolah berisi keputusasaan.

Abinawa kembali duduk di dekat Lyora, menatapnya dengan lekat. Ia mengangguk kecil, menuruti permintaan istrinya. Abinawa hanya menunggu Lyora untuk merasa tenang, karena ia yakin kata-katanya bagi Lyora hanya berdampak sesaat. Semua bergantung pada hati Lyora.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last Mission: LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang