Asrama Kampus

38 26 16
                                    

Seorang remaja baru saja lulus sekolah dan akan menempuh kehidupan yang sebenarnya di kota baru. Minho, namanya.

Ia diterima di sebuah universitas dengan beasiswa yang sempat di tawarkan oleh guru di sekolahnya dahulu.

Karena keterbatasan dana, Minho hanya bisa tinggal di asrama kampusnya sekaligus untuk menghemat pengeluaran tiap bulannya.

Asramanya itu pun hanya beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang meninggalinya, kebanyakan pada memilih untuk ngekos entah untuk alasan apa. Padahal tinggal di asrama cukup untuk menghemat uang, menurut Minho.

Saat sudah memindahkan barang bawaannya seperti koper dan yang lainnya, Minho berganti baju agar bisa beristirahat setelah perjalanan panjang tadi.

Drap drap drap

Tetapi, ia tak bisa tertidur karena suara langkah kaki yang berasal dari lantai atasnya terdengar cukup mengganggu ketenangannya.

Drap drap drap drap drap drap

Saat Minho mencoba untuk mengabaikannya dan berusaha untuk tidur, ia lagi-lagi tak bisa dan mendengar langkah kaki itu menjadi semakin keras dan itu bukan langkah kaki biasa lagi, terdengar seperti langkah orang berlari.

"Haish, mereka ngapain malem-malem gini masih main kejar-kejaran sih?! Ganggu aja deh, gue jadi nggak bisa tidur." Gerutu Minho kesal.

Lalu ia mencoba untuk menyumpal telinganya dengan beberapa tisu agar tidak mendengar suara itu lagi.

Berhasil! Akhirnya Minho bisa kembali tertidur karena ia tak mendengar suara langkah itu lagi.













































































Keesokan paginya sebelum berangkat ke kampus, Minho pergi ke supermarket 24 jam dulu untuk membeli beberapa makanan ringan untuk stok makanan di kamarnya nanti.

Saat sedang menunggu antrian untuk membayar, ada seseorang yang menepuk bahu Minho dari belakang.

Minho menoleh, lalu mendapati tetangganya yang dulu sempat pindah rumah saat Minho masih tinggal di rumah lamanya. Ternyata tetangganya itu malah tinggal di sekitar kampusnya sini.

"Han Jisung?" Panggil Minho ragu, karena ia sudah sedikit lupa sama namanya.

"Iya, bener. Kak Minho sekarang masuk di kampus yang deket sini? Ngekos dimana, Kak?" Tanya Jisung.

"Iya, di kampus xxx. Gue tinggal di asramanya kok, kebetulan ada asrama disana." Jawab Minho seadanya.

Raut wajah Jisung terlihat terkejut campur khawatir. Minho menjadi heran, ada apa dengannya?

"Kenapa, Sung?" Tanyanya.

"Itu... Asrama kampusnya udah lama nggak dioperasikan lagi semenjak kejadian pembantaian massal beberapa tahun silam yang ada disana, Kak. Gue dapet info itu dari Kak Brian yang udah jadi alumni di universitas sana." Jawaban dari Jisung membuat Minho terdiam.

Tunggu, apa-apaan ini? Tak ada mahasiswa yang tinggal disana? Mana mungkin?

"Lo... Nggak lagi bohong kan?" Tanya Minho sedikit tak percaya.

Jisung menggeleng. "Gue kan masih SMA dan cara satu-satunya tau beginian ya dari kakak gue, Kak. Dia bilangnya gitu pas dulu dapet kabar pembantaian dari pihak kampusnya." Jelasnya.

"Tapi, gue liat beberapa orang yang tinggal disana kok. Mungkin udah di operasikan kembali..." Balas Minho ragu.

Pasalnya, saat semalam ia sampai di asramanya itu, lingkungan disana benar-benar sepi. Dalam pikirannya saat itu, karena sudah malam dan sudah waktunya untuk beristirahat, wajar kalau keadaan menjadi sepi.

Tapi setelah mendengar ini, membuatnya berpikir ulang. Apakah dugaannya itu salah? Kalau ternyata di asramanya itu ternyata hanya dia penghuninya, bagaimana selanjutnya nanti?

Ah, Minho jadi kepikiran.

"Yaudah kalo gitu, Kak. Gue balik ya, kayaknya gue udah ditunggu Bunda gue. Bye, Kak Minho!" Ucap Jisung lalu pemuda itu berlalu pergi.

"Silahkan pesanannya, Kak."

Lamunan Minho buyar saat mendengar seorang pelayan kasir yang seakan menyuruhnya mendekat ke kasir agar belanjaannya bisa di totalkan.

Minho sampai lupa kalau dia lagi antre sedaritadi.



































































































Setelah berbelanja, Minho memutuskan balik ke asramanya.

Pas setelah itu, Minho melihat seorang mahasiswa yang sepertinya juga tinggal di asramanya karena pemuda itu berdiri di dekat pintu asrama.

Minho mendekatinya dan menanyakan kejadian semalam seperti, apakah mendengar sesuatu dari lantai di atasnya dan semacamnya.

Responnya hanya gelengan, membuat dahi Minho berkerut.

Jadi, apakah benar jika asrama ini sudah tak berpenghuni lagi? Hal ini membuatnya gelisah.

Apa ia harus mengeceknya sendiri? Apa Minho harus pergi ke lantai dua untuk melihat sesuatu yang terjadi disana?

Baiklah, dengan terpaksa, ia akan melakukannya untuk membunuh rasa penasarannya.

Minho mengucapkan terima kasih pada pemuda itu lalu pergi menuju lift yang memang berada di asramanya.

Dengan perasaan yang campur aduk antara penasaran dan ragu, ia menunggu lift sampai pada lantai dua.

Tetapi roman-romannya kok Minho merasakan jika lift ini malah membawanya ke lantai tiga ya? Karena Minho merasa lama sekali cuman untuk sampai di lantai dua yang mana hanya naik satu lantai. Harusnya tadi ia menaiki tangga saja.

Saat mencoba memencet tombol untuk membuka lift, dengan waktu yang pas, pintu lift pun terbuka lebar.

Bisa Minho lihat jika di luar ruangan itu ada banyak garis polisi dan bercak darah dimana-mana.

































































































































































Lalu mata pemuda itu menangkap siluet beberapa orang yang berdiri lumayan jauh dari nya. Sesaat mereka menoleh dengan wajah yang hancur dan berlari cepat ke arah Minho.

 Sesaat mereka menoleh dengan wajah yang hancur dan berlari cepat ke arah Minho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stray Kids Creepy PastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang