Teriakan🔊

256 12 1
                                    

Ruangan tertutup menggemakan suara cempreng seorang perempuan. Sejujurnya Ali merasa cukup penasaran dengan siapa yang berteriak. Rasa penasaran ini didasari oleh pengalaman nya yang berulang kali di beri semangat oleh perempuan. Tapi kali ini berbeda. Menurutnya perempuan ini sungguh tidak tahu malu meneriaki namanya dengan keras, lebih keras dari dentuman drum. Segitu sukanya kah ke dirinya, sampai berteriak dengan heboh?

Setelah selesai babak pertama, Ali mencari keberadaan perempuan yang tidak tahu malu itu. Dia menatap satu persatu peserta suporter. Salah satu pesertanya menarik perhatiannya, tatapan tertuju pada seorang gadis yang duduk didepan. Rasa tidak asing dia rasakan ketika mengamati gadis itu.

Ali ingat, dia gadis yang mengacuhkan sapaan hangatnya. Sontak, tatapan tajam dia lemparkan ke gadis itu. Secara bersamaan, gadis itu menatap nya namun dia langsung buang muka. Rasa kesal dan malu bercampur aduk di dada Ali. Kesal karena gadis itu buang muka, dan malu karena dia ketahuan memperhatikan seseorang diam-diam.

Babak kedua dimulai, suara peluit melengking memulai perebutan juara. Beberapa kali Ali terpeleset hingga menimbulkan luka lecet pada lututnya. Ali bangkit dan terjatuh, lagi dan lagi. Dia kalah dengan keringat bercucuran membasahi bajunya.

"Haaa.. " Ali bersender pada dinding. Kakinya diluruskan. Dia sadar dia tidak mungkin menang.

Dan benar ketika melanjutkan pertandingan babak ke 2 Ali kalah. Sorakan bahagia itu bukan untuk dirinya melainkan untuk lawan yang telah mengalahkannya.
.
.
.
"Semangat Ali jangan menyerah. "

Orang yang disemangati hanya terseyum kecut. Bagaimana caranya dia semangat sedangkan dirinya kalah dari bocah SMP. Ya, memang dia pasti akan mendapatkan juara 3. Tapi rasanya dia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa dia kalah.

Sesaat Ali menatap sekelilingnya. Pertandingan telah selesai. Orang-orang berebut untuk keluar dari Gor. Mantanya menangkap sosok gadis yang tengah berjalan dibelakang rombongan. Ali mengenali gadis itu. Dia menjatuhkan botol dan menendang pelan kearahnya.

"Oy! " teriak Ali.

" Bisa tolong ambilkan botolnya. "

Gadis itu mengangguk dan mengambil botolnya. Ali memperhatikan gadis itu dengan serius. Cara dia mengambil botol, cara berjalannya.

"Mirip Penguin. " batin Ali.

Ali menerima botolnya sambil terus menatapnya. Mengapa gadis ini tidak mau menatap dirinya? Dia pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Siapa itu tadi? "tanya salah satu teman nya.

" Gak tahu. "jawab Ali.

" Lah... "

"Ayo pulang capek nih. "

Ali pulang dijemput orang tuanya. Ayah dari Ali berusaha menyemangati putranya supaya tidak pantang menyerah.

"Kamu udah berusaha semaksimal mungkin. Papah bangga sama kamu. Ayok pulang papah traktir kamu. "

Ali tersenyum. Sepanjang perjalanan Ali terus memikirkan gadis yang membuat dia bertanya-tanya siapa namanya. Mengapa dia tidak mau menatap matanya? Tunggu.

Jangan-jangan perempuan yang berteriak dengan kencang adalah dia? Apakah mungkin. Jika benar iya, Ali tidak habis pikir dengan nya. Mengapa dia mau meneriaki namanya? Atau dia suka dengan Ali?

Ali menggelengkan kepala nya. Bukan saatnya untuk memikirkan hal semacam itu. Apapun itu, Ali tetap ingin tahu perihal gadis tersebut. Walaupun hanya sekilas

Haccuuuu

Sheeka mengelap hidungnya yang berair. Padahal cuaca sedang panas walau sore hari. Tapi mengapa dia bisa bersin begini.

"Lo kenapa dah? " tanya Kalya yang tiba-tiba muncul entah darimana.

"Enggak tahu, ada yang kangen kali. " jawab Sheeka dengan asal.

Kalya terkekeh. "Heh hadist darimana yang bilang kalau bersin itu ada yang kangen. Ngaco banget sih lo. "

"Lagipula nih ya, siapa juga yang mau kangen sama elo? Ada yang ngedeketin lu aja gak ada. " Lanjut Kalya.

Sheeka memincingkan matanya. Dia merasa tertohok dengan kalimat Kalya yang setajam silet. Tega sekali mengatakan kepada sahabatnya kalau tidak ada yang mendekati nya.

"Iya-iya deh, gue kayak lo seorang bintang sekolah. " Sheeka memutar kan matanya.

"Lah kok malah bahas itu sih? "

"Udahlah ayok pulang gue capek, gue bakal traktirin lo bakso kalo lo berhenti nyerocos. " Sheeka berjalan mendahului Kalya.

"Waah, beneran nih. " Kalya mengikuti Sheeka dari belakang.

"Kalau lo berhenti ngomong. "

To be continued
.
.
.

Haii Readers. 😆

Udah lama nih gak nyapa. Gimana? Masih nunggu yang gak tentu? hehehe😁😜

Oke disini Author mau kasih banyak makasih karena udah dukung cerita ini.

Huhuhu 🥺

See you next time.















Sheeka  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang