"Haloo, lo gak pingsan kan? "
Sheeka mulai merasa terganggu, dia memutuskan membuka pintu nya. Seorang gadis dengan tubuh jangkung dan kurus.
"Syukur deh, gue kira lo pingsan. "
Sheeka menyipitkan matanya, dia segera pergi meninggalkan gadis yang masih ingin mengoceh dengannya. Moodnya terlalu buruk untuk bisa berkomunikasi dengan orang asing.
"Cewek gendeng. " gumam gadis itu menatap kepergian Sheeka.
Kelas sudah tidak setegang tadi, semuanya tampak tenang dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Walaupun masih ada yang melirik tajam padanya. Sheeka segera mengambil tasnya dan keluar kelas. Sebelum pergi keluar, Sheeka sempat melihat Harsa yang menatapnya dengan tatapan jijik. Kalau boleh jujur, hati Sheeka langsung remuk. Dia membuang mukanya sembari menahan tangis.
Se-menjijikan itukah Sheeka? Hingga dia dibenci hanya karena mencintai orang lain?
Apakah mencintai orang lain adalah sebuah kejahatan?
Sekarang keadaan berbalik, padahal dia dulu yang berjuang, tapi mengapa dia yang disalahkan?
▼△▼△▼△▼△▼△▼△▼△▼△
Tanda tutup didepan pintu menandakan bahwa Sheeka harus putar balik. Perpustakaan yang akan menjadi tempat pelatihan OSN kini tutup sementara waktu. Sheeka membuka ponselnya dan mendapatkan notifikasi. Ternyata tempat pelatihan nya pindah ke lab komputer.
Sheeka segera berjalan ke lab komputer. Terlihat seseorang tengah duduk di lantai. Sheeka mengenali sosok itu, siapa lagi kalau bukan kulkas dingin yang bisa berjalan.
Tatapan fokus Aksa nampak tidak terganggu dengan kehadiran dirinya di sini. Sheeka hanya bisa melihat laki-laki yang hanya fokus pada bukunya. Menganggu nya tentu bukanlah perilaku yang sopan.
"Kamu sendirian? " suara berat nan lembut mampu menghangatkan hati Sheeka. Sheeka pun tertunduk lalu mengangguk, dia malu karena ketahuan memperhatikan kakak kelasnya.
"Sebentar ya? Saya mau ambil kunci dulu. "
Aksa melewati Sheeka yang terdiam menunduk. Aroma lembut seperti aroma sabun bayi menorehkan sisa pada panca indra Sheeka.
"Gila, emang ada cowok ya cowok aromanya selembut itu? "gumam Sheeka.
Aksa kembali dengan cepat, dia langsung membuka pintu lab. Sheeka dan Aksa masuk secara bersamaan. Hanya mereka berdua yang ada di lab tersebut. Sheeka sedikit canggung karena belum pernah berduaan dengan seorang lelaki. Mengingat dia tidak pernah dengan laki-laki manapun.
Selama didalam lab Aksa dan Sheeka hanya fokus pada kegiatan nya masing-masing. Tidak ada satupun interaksi diantara mereka yang berani buka suara terlebih dahulu.
Terkadang Aksa pergi keluar untuk sekedar membeli jajan. Dan sebaliknya. Sheeka memperhatikan snack yang dimakan oleh Aksa. Semua makanannya memiliki rasa coklat. Baiklah, Sheeka akan mengingatnya bahwa kulkas menyukai rasa coklat.
"Kenapa kamu sendirian? " tanya Kulkas terlebih dahulu.
"Maaf? Ouh Layla sedang berkabung kak. "
Aksa mengangguk paham. Dia kembali ke mejanya dan fokus belajar. Tidak berselang lama guru pembimbing mengunjungi mereka berdua, untuk hanya sekedar melihat proses yang terlihat.
"Mas Aksa tolong berikan penjelasan di depan tentang jawaban anda?" perintah Guru tersebut.
Aksa memulai penjelasannya dengan spidol biru pada papan tulis. Seperti biasa tulisannya sangatlah berantakan, bahkan hampir tak terbaca. Begitu banyak kurva dan rumus yang tercetak dipapan tulis. Aksa memulai penjelasannya lebih pelan dan hati-hati. Dia menjelaskan nya seperti menjelaskan pada anak usia lima tahun.
Bahkan sesekali di penjelasannya Aksa memperhatikan Sheeka dan bertanya apakah dia sudah cukup jelas atau belum. Ketika Sheeka belum paham, Aksa akan duduk didepan Sheeka dan bertanya dimana yang belum paham.
"Mana yang belum paham, hm?"
Sheeka menjawab pertanyaan Aksa dengan jantung yang berpacu cepat. Gila, memangnya kulkas boleh seperti ini?
Dan dengan sabar Aksa mengajari adik kelasnya dengan penuh perhatian.
"Penjelasan saya telah selesai terimakasih. "
"Yak, terimakasih Mas Aksa. Jadi begitu mba Sheeka semoga apa yang dijelaskan mas Aksa bermanfaat. "
"Aamiin Pak. " ujar Sheeka.
Guru pembina meminta mereka berdua untuk pulang karena bell sekolah sudah berbunyi. Sheeka pun segera membereskan buku-bukunya.
Aksa membereskan lab seperti semula. Keduanya keluar secara bersamaan lalu pergi dengan arah yang berbeda.
Selama perjalanan bayang-bayang dari Aksa terus berputar di memori Sheeka. Tak ada yang spesial memang, tapi berkesan pada hati nya. Dan selama sore itu pipi Sheeka memerah disertai degupan jantung yang berpacu.
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheeka [On Going]
Novela Juvenil" Ya Tuhan Ku hamba-Mu ini benar-benar sedang terzalimi, hamba ingin berdoaaa. Semoga hamba dikelilingi para cowok ganteng huaaaaaaaa. " ucap Sheeka tersedu-sedu. ❖ ── ✦ ──『✙』── ✦ ── ❖ Doa orang yang terzalimi itu memang akan dikabulkan. Tidak pedu...