Brian🥋

81 7 3
                                    

Sheeka menatap kursi kosong yang bersebelahan dengan tempat duduknya. Sang pemilik sudah 4 hari tidak masuk sekolah. Anehnya, guru-guru tidak ada yang protes dengan ketidakhadirannya di kelas.

Ya, siapa lagi kalau bukan Kalya. Semenjak kejadian di gang tersebut, Kalya menjadi lebih murung dan tidak pernah bisa diajak berkomunikasi. Setelah dia pulang dari rumahnya, Kalya tak menghubungi dan tak bisa dihubungi. Sudah beberapa kali Sheeka mencoba menyepam pesan dan telfon. Tapi keterangan dari operator mengatakan bahwa nomornya sudah tidak aktif.

Kekhawatiran Sheeka bertambah dengan tutupnya toko roti milik Kakak Kalya. Toko itu tutup satu hari setelah kejadian tersebut. Sheeka menggigit bibirnya. Dia takut bila sesuatu yang buruk telah terjadi dengan Kalya. Apakah ada hubungannya dengan laki-laki asing kemarin?

Sheeka harus memastikan nya. Pertama dia akan bertemu dengan kakak kelas yang telah menolong Kalya kemarin. Tapi dia bahkan tidak tahu dimana kelasnya. Dia hanya tahu nama panggilan nya saja.

"Sheeka.. " panggil salah satu siswa kelas.

"Ada yang nyariin. "

Sheeka meletakkan tas nya dan berjalan menuju depan kelas. Tampak seorang laki-laki tengah bersandar pada tembok. Matanya menatap pintu, menunggu dirinya keluar kelas.

"Kak Brian? " panggil Sheeka.

Laki-laki itu bangkit dan berdiri tepat dihadapannya.Brian memiliki tubuh jangkung, sedangkan Sheeka tingginya hanya sedada Brian. Sheeka harus mendongak ketika ingin menatap wajah Brian.

Wuaah

Sheeka baru menyadari bahwa Brian ternyata tampan. Kemarin kemarin dia tidak terlalu memperhatikannya, karena bukan waktu yang tepat untuk menikmati visual milik si kakel. Tapi kini dia bisa melihatnya dengan jelas. Alis tebal hitam pekat, hidung tajam seperti paruh burung, garis leher yang tegas, dan mata sipit yang penuh misteri. Laki laki itu tersenyum manis pada Sheeka sebagai awal penyambutan.

"Kamu temen nya Kalya kan? " tanya Brian. Sheeka mengangguk dengan cepat.

"Gini gue mau ngasih tahu lo secara khusus, kalau....Kalya udah pindah sekolah. " jelas Brian.

Sontak mata Sheeka melotot, dia terkejut sekaligus tidak percaya dengan informasi yang dia peroleh dari kakak kelasnya. Apalagi Kalya tidak pernah mengabarinya tentang hal itu.

"Gak mungkin, Kalya gak mungkin pindah sekolah tanpa ngabarin saya. "tutur Sheeka dengan penuh penekanan.

" Gimana ya gue ngejelasin nya? Kalya emang sengaja gak ngabarin elo, karena dia gak mau bikin lo tambah khawatir. Jadi dia langsung cusss... "Brian memperagakan omongannya dengan tangan.

Sheeka terdiam sesaat. " Terus Kak Brian tahu gak Kalya pindah kemana?"

Brian menggaruk tengkuk nya, lalu menggelengkan kepala. Sheeka tersenyum kecut kemudian berterimakasih kepada Brian yang mau repot-repot mengabarinya.

"Oh iya! "

Sheeka berbalik, dia menatap Brian yang tengah merogoh sakunya. "Ini dari Kalya. " Brian menyerahkan nya pada Sheeka.

"Gue balik dulu ya, tatah" Brian pergi dengan melambaikan tangannya. Sheeka hanya bisa tersenyum sopan.

Di genggamnya, sebuah kotak kecil berwarna coklat dengan pita putih yang mengikat. Ketika pita putih itu ditarik, sebuah kupu-kupu keluar dari kotak. Sheeka sempat kaget, tapi dia segera menatap kearah isi kotak. Sepucuk surat dengan gelang berbandul bulan sabit. Dia menyimpan kembali isi kotak dan kupu-kupu tersebut. Sheeka memutuskan untuk melanjutkan nya nanti.

▼△▼△▼△▼△▼△▼△▼△▼△

Sheeka baru saja kembali dari kantin, tapi dia sudah dihadang dengan circle nya si Derala. Suara bisik bisik terdengar sana sini. Dia dapat merasakan tatapan merendahkan yang dilemparkan padanya.

"Tuh tuh, orangnya yang jadi pelakor."

Deg

"Padahal nih ya, masih cantikan Derala kalikk. "

Degg

"Gak sadar diri banget sih jadi orang. Minimal ngaca lah, ya kali anak tukang bakso nyaingin anak pengusaha. "

Sheeka menghentikan langkahnya. Tubuhnya bergetar hebat. Dia tahu siapa yang mereka bicarakan, dari topik yang sedang dibahas.

"Sheeka... " Seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

"Ada yang mau gue omongin sama lo." Vina anak yang paling berkuasa dikelasnya. Dia menatap Sheeka dengan tajam dan intimidasi.

"Apaan? "Sheeka berusaha menguatkan dirinya yang mulai ketakutan.

"Apa bener lo ngejar-ngejar si Harsa padahal dia udah sama Derala? "

Kata-kata yang sangat menusuk hati. Sungguh Sheeka merasa malu setengah mati. Dia memang mengejar Harsa tapi dia tidak mengejar nya ketika Harsa sedang memiliki kekasih. Malah dia mengejar Harsa ketika dia masih sendiri.

"Kenapa gak jawab? Berarti bener lo selama ini lo pelakor? "

"Iwhh, jijay banget. "

Hahahaha

"Gue gak nyangka, gue pikir lo polos ternyata lo busuk ya? "

"Iiih jauh-jauh dari cewek muka dua."

Brukkk

Sheeka segera keluar dari kelas dan berlari menuju ke toilet. Sheeka tak mengindahkan tatapan yang tertuju padanya. Dia segera masuk dan menutup pintu toilet. Didalam Sheeka menangis sesenggukan. Hancur, hancur sudah harga dirinya.

Sheeka membenturkan kepalanya pada dinding kamar mandi berwarna krem. Entah berapa kali dia membenturkan kepalanya, yang jelas itu cukup menganggu penghuni toilet sebelah.

Tok tok tok

"Emm.. Permisi tapi bisa gak lo berhenti? cukup mengganggu tahu. "

Sheeka tak mengindahkan nya dia lebih memilih diam. Meskipun ketukan pintu sudah berulang kali.

To be continued○○○○○○○○○○○◌○○

Sheeka  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang