Part 24

2.4K 104 5
                                    

Erick POV

"Hakk... ayo buka mulutnya, pintar! Dikunyah yah, sayang..."

Nah, kalimat diatas seharusnya terjadi ketika kita sedang menyuapi seseorang. Tapi berbeda jauh dengan yang kuhadapi sekarang, saat Leo memaksaku untuk menyuapinya.

"Duh... pelan-pelan donk Rick, kalau nyuapin. Sendoknya kena gusiku kali..." protes Leo.

"Ih... sudah maksa masih saja protes! Ayo buruan dikunyah daripada ngomel melulu..." gerutuku geram.

"Wah... ada yang nggak rela, nih!" sindirnya.

"Memang!"

"Ya sudah, nggak mau makan deh aku..." ancamnya.

"Eh, jangan donk... Kamu kan belum makan apa-apa dari pagi, Leo."

Aku jadi merasa seperti sedang menyuapi anak TK yang suka ngambek. Sialnya, aku juga harus ekstra sabar dan mengalah. Nasib... nasib... Arrgghh!

"Makanya jadi orang jangan galak-galak, Rick..."

"Iya, iya, sorry."

"Duh... pelan-pelan donk, Rick! Kasar amat! Sendoknya kena gigiku tahu!"

"Salahmu sendiri. Sudah tahu sendok mau masuk mulut, gigi masih saja ditutup!"

"Aduhh... bisa sabar nggak sih, Rick! Aku masih mengunyah, nih..."

"Nggak bisa! Aku orangnya nggak sabaran. Ayo buka mulut!"

"Clap... clap... baksonya enak juga, Rick. Kamu beli dimana?"

"Ya jelas enak lah! Lha wong itu bakso daging tikus. Gwahahaha...."

"Whatttt!!!"

==========

Nando POV

Selama perjalanan dari kantor menuju RS, pangeranku itu malah terlihat sibuk sendiri, sedang asyik menelfon seseorang dengan mesra memakai headset ditelinganya. Entah dengan siapa dia berbicara, aku nggak tahu. Dia mencuekanku yang sedang menyetir disebelahnya. Duh, aku berasa jadi sopir deh kalau kayak gini. Nggak sekalian saja dia duduk dibelakang biar seperti sedang naik taxi. Apa dia nggak nyadar jika aku tengah dibakar api cemburu yang bisa buat masak kambing guling, saking membaranya?

Hmm... aku putar saja deh lagunya D'masiv buat menyindir itu orang.

Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku

Asem dah, Rendy malah ikutan nyanyi. Mana suaranya bagus pisan, euy! Aku yakin yang sedang dia telfon malah semakin klepek-klepek deh kayak ikan koki mendengar lantunan merdu suaranya itu. Wah, kok aku malah terkesan jadi mendukung mereka berdua pacaran. Lebih baik aku matikan saja deh lagunya.

Ya ampun, nggak ada lagu malah sekarang dia ganti cekikikan sendiri. Duh, siapa sih bocah yang bisa membuat pangeranku jadi mengacuhkan diriku seperti ini? Kepo deh jadinya aku. Awas yah, itu orang bakal aku habisin tanpa ampun kalau ketemu!

Kalau ternyata seorang cewek, dia akan kujadikan pembantu di rumah buat bersih-bersih dan nyiramin tanaman nyokap. Lumayan dapat pembokat sekaligus tukang kebun gratisan. Lalu jika dia sampai seorang cowok, aku lihat-lihat dulu deh. Kalau dia memenuhi standar dan kriteria maka aku akan memacarinya juga, threesome gitu ceritanya hehehe... Tapi kalau nggak masuk kriteria, yah nanti aku tukar tambah deh sama yang gantengan dikit hihihi...

Aku lantas mencondongkan sedikit kepalaku ke arah Rendy sambil memanjangkan antena telingaku untuk mencuri dengar.

Aha!!! Aku berhasil mendapatkan sebuah clue. Rendy memanggil "Bi" pada lawan bicaranya ditelfon itu. Berarti sudah bisa dipastikan bukan si Sarden. Yes!! Ke laut aja deh kamu, Den. Tapi masa Robby? Nggak mungkin lah, sebab dia itu kan straight.

Cinta yang Rumit (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang