Part 37 : Mistaken II

2.2K 105 14
                                    

Rendy POV

Akhirnya gue tiba juga di depan rumah kosan gue setelah diantar sopirnya Robby. Gue langsung ngebuka pagar dan bergegas masuk menuju kamar milik gue. Gue harus segera ngecharge HP gue yang entah sedari kapan udah mati.

Besar harapan gue bisa nemuin tanda jika Nando nyari gue di ponsel itu. Mungkin saja dia udah terlanjur datang kemari tadi pagi buat ngejemput gue seperti hari-hari sebelumnya. Entah kenapa, gue ngerasa senang banget jika diperhatikan dan dikhawatirkan oleh Nando.

Selain itu, gue juga harus buru-buru mandi dan bersiap untuk segera pergi kerja. Gue sadar jika sekarang udah kelewat jam kantor tapi gue kan ada urusan sama si bos sebelumnya. Jadi datang terlambat pun kayaknya nggak bakal jadi masalah dibandingkan jika gue harus bolos kerja hari ini.

Terlebih gue juga masih ingin ngeliat wajah Nando di kantor, meski gue nggak tahu bakal gimana kelanjutan hubungan gue sama dia, setelah apa yang gue lakuin dengan Robby semalam. Pokoknya hanya cukup ngeliat wajahnya saja gue udah puas. Gue udah kangen sama gombalan noraknya yang selalu menghiasi hari-hari gue.

"Pagi, Mas Rendy. Baru pulang, yah?" tanya bapak kos yang kebetulan lewat saat ngeliat gue sedang berdiri di depan pintu kamar milik gue.

"Iya Pak, habis menginap di rumah teman semalam," jawab gue sopan.

"Oww, begitu yah. Bapak hanya ingin bilang jika semalam ada yang mencari Mas Rendy. Tapi dia cuma bilang teman Mas Rendy saja saat bapak bertanya siapa namanya. Kasihan lho dia itu, terus menunggu Mas Rendy sampai dua jam sebelum akhirnya pulang. Lalu pagi tadi dia sempat datang lagi ke sini, tapi sayangnya Mas Rendy masih belum pulang juga. Sepertinya ada hal penting yang ingin dia bicarakan, jika bapak menilai dari kegigihannya itu."

Deg...

Jantung gue serasa berhenti sesaat. Apa jangan-jangan dia itu Nando?

"Pak, kalau boleh saya tahu dia naik mobil apa?" tanya gue harap-harap cemas.

"Kalau tidak salah sih Mitsubishi Pajero berwarna hitam, Mas," jawab bapak kos sambil memegang dagunya.

"Pasti yah, Pak? Bukan Honda CRV hitam?" tanya gue memastikan sebab dua mobil itu jika dilihat sekilas tampak mirip.

"Yah Mas Rendy ini, masa bapak tidak bisa membedakan antara Honda dan Mitsubishi. Dari lambangnya saja jelas lain. Oh iya, bapak jadi ingat sekarang. Bapak pernah melihat temanmu itu sebelumnya. Dia yang mengantar Mas Rendy malam-malam mencari kos di sini kapan hari itu. Mobil yang dia pakai sama dengan yang semalam dan pagi tadi."

Astaga, jadi benar ternyata dia memang Nando.

"Wah, makasih yah, Pak. Maaf, saya harus masuk ke dalam dulu sekarang. Saya harus buru-buru bersiap untuk pergi ke kantor," ujar gue senang dan semangat sambil tangan gue ngebuka pintu kamar.

"Iya sama-sama, Mas. Mari, bapak permisi dulu," tukas pria itu berpamitan hendak pergi.

"Mari, Pak..." balas gue sambil ngeanggukin kepala untuk menghormati orang yang lebih tua seperti adat jawa di sini. Lalu dia pun pergi ninggalin gue.

Gue segera masuk ke dalam kamar sembari langsung menutup pintunya. Setelahnya, gue langsung jingkrak-jingkrak kegirangan. Ternyata Nando masih peduli sama gue.

Namun hati gue mendadak gelisah yang kontan langsung ngebuat gue jadi lemas kehilangan semangat. Kayak anak labil ya gue, habis senang terus tiba-tiba jadi galau. Gue lantas ngebaringin tubuh gue di atas kasur setelah ngecharge HP gue yang colokannya terletak di sebelah ranjang gue.

Pikiran gue pun menerawang saat kedua mata gue menatap langit-langit kamar.

Buat apa Nando semalam kemari? Apa dia ingin ketemu dengan gue? Atau jangan-jangan semalam dia berusaha menghubungi gue lewat telfon tapi nggak gue angkat. Terus dia jadi khawatir sampai dia mutusin untuk ngeliat kondisi gue langsung di kosan ini.

Berarti sewaktu Nando menghilang di club semalam, dia ternyata pulang buat mengambil mobilnya sendiri untuk pergi kemari. Apa dia sebegitu carenya terhadap gue? Ah, belum tentu juga. Jangan-jangan gue yang ke GR-an lagi. Gue nggak boleh mengambil kesimpulan sendiri. Lebih baik gue segera cek ponsel gue yang udah bisa gue nyalain sekarang sambil tetap gue charge.

Gue terhenyak kaget saat mendapati missed call sebanyak 28 kali dan 10 sms yang semua dari Nando. Gue lantas ngebuka smsnya itu satu persatu.

Sender: Nando
"Gimana, Ren? Sudah berhasil baikan sama Bobby? Cuit... cuit... congrats, yah!"

Sender: Nando
"Ih, Rendy sombong amit! Smsku nggak dibalas. Mentang-mentang yang baru baikan, cuit... cuit..."

Sender: Nando
"Wah... nih anak kalau sudah senang, langsung lupa deh sama teman. Gitu yah, Rendy jahat sama aku T_T"

Sender: Nando
"Kamu lagi ngapain sih, Ren? Kok nggak balas smsku. Jangan-jangan kamu lagi ehem... ehem... yah sama Bobby, hihihi... Sorry yah, kalau sudah mengganggu. Nanti kalau sudah selesai balas smsku, yah."

Sender: Nando
"Ren... sudah belum? Lama amat ehem... ehemnya. Anyway yang jadi botnya siapa tuh? Hihihi... yang ini nggak usah dijawab nggak papa. Sorry, aku jadi kepo :)"

Sender: Nando
"Balas donk smsku, Ren. Satu kata aja nggak papa. Jangan bikin aku parno donk. Kalau masih nggak balas juga, aku telfon lho sekarang. Biar deh ehem-ehemmu jadi terganggu, hehe..."

Sender: Nando
"Angkat donk telfonku, Ren! Atau balas smsku, please. Jangan bikin aku khawatir, Ren :("

Sender: Nando
"Ren, kamu jangan keterlaluan gini donk! Aku beneran khawatir, nih! Please, kasih kabar ke aku!"

Sender: Nando
"Ren, aku sudah di depan kosmu. Kamu kemana saja sampai selarut ini belum pulang? Apa kamu menginap di tempat Bobby? Aku sedang bicara dengan bapak kosmu sekarang."

Sender: Nando
"Ren, jika aku ada salah aku minta maaf. Sorry, bila aku jadi mengganggumu dengan telfon dan smsku. Tapi tolong kasih aku kabar. Please, jangan siksa aku seperti ini. Aku sungguh mengkhawatirkanmu, Ren."

Dan itu merupakan sms terakhir darinya.

Maafin gue, Nan. Gue begitu bodoh. Gue telah salah menilai. Sekali lagi gue kemakan emosi gue sendiri saat ngeliat lu jalan sama pria lain. Padahal lu sebenarnya sedang mikirin gue.

Gue pun jadi sadar sekarang. Saat ngeliat lu meluk Bobby, gue bukan marah karena Bobby diam saja. Tapi gue marah sebab gue cemburu lu meluk orang lain bukan meluk gue. Intinya, gue nggak suka ada pria lain yang deketin lu, Nan.

Apa gue terlalu possesif terhadap Nando? Mungkin. Tapi yang pasti, rasa cemburu gue itu udah ngebawa gue ke masalah yang lebih rumit. Gue berniat ngebales perbuatan Nando yang gue kira bakal ngesex sama teman-temannya itu, dengan cara gue bercinta juga dengan Robby.

Tapi ternyata Nando nggak ngelakuin hal itu. Gue jadi ngerasa semakin nggak pantas buat Nando setelah apa yang udah gue perbuat. Apa memang itu artinya gue harus ngelepas Nando?

Entahlah... gue ingin tidur saja saat ini dan berharap nggak akan bangun lagi. Gue lelah... bahkan terlalu lelah dengan keadaan ini. Gue ingin menyerah. Gue mencintai orang yang nggak bisa gue miliki bahkan membuatnya semakin jauh dari sisi gue.

Kedua mata gue pun semakin berat seiring hati gue yang udah mulai mati rasa karena terlalu sakit. Mungkin gue nggak jadi ngantor hari ini.

Terttt... terrttt...

Getaran HP gue sukses ngebuyarin niat gue yang sedikit lagi terlelap. Ternyata ada sebuah sms masuk di inbox gue. Apa itu dari Nando?

Sender: Robby
"Hei, pemalas! Jangan kira kamu bisa enak-enakan karena semalam kamu sudah bercinta denganku. Tidak ada alasan buat membolos, ngerti! Ingat posisimu, aku masih tetap atasanmu. Jangan kamu pikir dengan menyerahkan tubuhmu itu bisa merubah kenyataan. Jangan mimpi! Ayo cepat masuk kerja! Atau kamu mau aku pecat, hah? Dasar pemalas! Nanti kalau sudah sampai kantor, temui aku segera!"

Grrr... gue mau istirahat aja nggak dia kasih kesempatan. Apa dia nggak ngerti kalau gue lagi galau sekarang? Dasar monster sadis dan nggak berperasaan! Kata-katanya pedas banget, kalah deh cabe rawit. Rasanya ingin gue pites deh tuh orang, kalau nggak ingat dia itu boss gue.

Akhirnya gue jadi terpaksa bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Batal deh rencana molor gue di siang bolong. But, it's good. Mungkin dengan kesibukan kantor, gue bisa sejenak ngelupain keresahan hati gue.

To be Continued.

Cinta yang Rumit (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang