Part 40 : Under the Same Roof V

2.4K 108 19
                                    

Erick POV

Kencanku dengan Lenny malam ini berakhir lebih cepat dari yang kuduga. Lenny meminta maaf padaku, dia ingin istirahat lebih awal karena kelelahan. Sepertinya mengambil alih sementara pekerjaanku di kantor sampai Nando bisa menguasainya, sudah menyedot tenaga dan menguras pikirannya.

Sungguh kasihan pacarku itu. Aku jadi merasa bersalah padanya. Tapi dia selalu berhasil meyakinkanku jika yang dilakukannya tak seberapa dibandingkan dengan pengorbananku untuk menjaga kakaknya yang sedang sakit. Dia memang sungguh wanita yang baik.

Namun sayang, dia tidak menyadari jika permintaannya padaku untuk menjaga dan tinggal bersama kakaknya itu, lambat laun akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Hatiku sekarang sudah bercabang. Aku tak lagi hanya mencintai dia seorang saja tapi aku juga mulai mencintai kakaknya itu.

Bahkan kini aku sudah tak menganggap tugas untuk menjaga Leo adalah sebuah pengorbanan. Aku mulai menikmati kedekatan dan setiap moment yang kulalui bersamanya. Perlahan tapi pasti, dia mulai bebas memilih ruang di hatiku. Posisinya pun semakin kuat hari demi hari tanpa kusadari. Sebesar apapun usaha yang aku lakukan untuk menyangkalnya, tetap tak mampu mengusir dia dari hatiku.

Maafkan aku, Len. Aku sungguh takut bila cinta kakakmu yang begitu besar dan tulus padaku itu, nantinya malah akan membuatmu tergeser dari hatiku.

Aku pun sadar jika tak ada masa depan bagi cintaku dan Leo. Kami adalah sesama pria. Cinta kami berdua adalah cinta terlarang. Terlebih dia telah memiliki keluarga dan aku pun sudah punya tunangan. Belum lagi cinta Leo adalah cinta semu, yang mungkin dapat hilang saat ingatannya kembali. Apa aku bisa berharap banyak pada cinta semacam ini?

Jujur, aku sangat takut apabila cintaku tumbuh terlalu dalam padanya. Aku tak akan pernah siap saat hari itu tiba, dimana dia hanya akan mengingatku sebagai adik angkatnya saja dan melupakan cintanya padaku.

Lantas apa yang harus aku lakukan sekarang?

Keraguan dan berbagai macam pertanyaan terus menghantui pikiranku sepanjang perjalanan pulang dari mengantar Lenny menuju ke apartment Leo.

Aku segera memarkirkan mobilku di area parkir basement seperti biasanya ketika telah sampai. Aku bergegas turun dari mobil dan segera memacu langkah menuju flat milik Leo di lantai atas. Aku sudah tak sabar ingin menemuinya. Sial, hanya dengan melihat sepiring nasi goreng saja, sudah bisa membuatku rindu tak karuan padanya.

Aku lantas membuka pintu dengan perlahan karena aku takut akan membangunkannya. Aku sangat yakin jika dia pasti akan menungguku pulang di ruang tamu sampai tertidur.

Ah, ternyata benar dugaanku. Leo tampak ketiduran di atas sofa ruang tamu ditemani remang cahaya televisi yang masih dalam keadaan menyala, sementara lampu ruangan itu sudah dia padamkan seluruhnya.

Malam memang belum terlalu larut, masih pukul 00:15 dini hari. Namun dengan kondisi yang masih mengkonsumsi obat-obatan dari dokter, dia pasti harus tidur lebih awal. Dia tak akan kuat menahan rasa kantuk yang menyerang saat menungguku pulang karena efek samping dari obat-obatan tersebut. Padahal bukannya aku sudah bilang jika dia tak perlu menungguku. Dasar bandel.

Aku segera mengambil remote di atas meja, di depan sofa tempat dia tertidur dan langsung mematikan televisi itu.

Aku lantas mendekat dan berjongkok di depan sofa. Cahaya bulan yang berpendar remang menerobos masuk melalui kaca jendela, membuatku dapat memandangi wajahnya yang sedang tertidur. Tampak begitu damai dan tenang. Aku hanya menatap terus setiap lekuk wajahnya itu tanpa berbuat apa-apa. Aku sungguh sadar jika aku memang telah benar-benar jatuh cinta padanya.

Cinta yang Rumit (BoyxBoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang