7. Istrimu yang sudah mati

7.9K 69 0
                                    

Tepat di malam yang telah dijanjikan, Veter membawa Camelia untuk menikmati malam perayaan wedding anniversary mereka yang tertunda. Jika biasanya Camelia yang selalu antusias, namun kali ini Camelia terlihat tidak terlalu menikmatinya.

Hotel Pusat Kota•

Makan malam yang membosankan pun berakhir dengan tidak nyaman, dikarenakan Veter yang terus mendapatkan panggilan masuk dari para kliennya. Tentu, itu sangat mengganggu, padahal Camelia sudah menonaktifkan ponsel miliknya.

”Lebih baik kita kembali pulang. Sepertinya, kau harus mengurus pekerjaanmu sebagai seorang pimpinan.” Ucap Camelia.

”Ah, maafkan aku Camelia, seharusnya malam ini berakhir indah, bukan?” ucap Veter.

”Aku akan mencoba memahami situasi. Aku juga cukup lelah,” ucap Camelia.

”Kakak!” Seseorang memanggil mereka yang sedang berdiri di depan lobby utama.

”Veter, Camelia?” ucap Annette yang sedang bersama Mr. El juga Joseph.

“Ah, paman, bibi, aku hampir lupa, inikan hotel milik paman El,” ucap Veter dengan tersenyum ramah.

”Kembalilah, kita akan minum-minum sebentar. Bukankah, makan malam kalian begitu singkat?” ucap Mr. El.

“Yah, kami baru saja akan memesan kamar, namun klien terus mengganggu waktu kami.” Ucap Veter.

”Itu hal wajar, mengingat kau ialah orang penting. Camelia tentu akan sangat memahami kondisimu saat ini, bukankah begitu Camelia?” ucap Annette.

“Yah, benar. Oleh sebab itu aku memintanya untuk pulang saja, dan menyelesaikan pekerjaan di rumah.” Balas Camel pada ucapan Annette yang terdengar tidak menyenangkan itu.

•••

Tepat di sebuah ruang makan vip, mereka duduk berhadapan. Namun, suasana terasa cukup canggung, terlebih, Camel sedang bad mood malam ini.

”Kakak, apakah kakak akan terus berada di luar negeri?” tanya Joseph pada Veter, untuk mencairkan suasana canggung diantara mereka.

”Untuk perihal pekerjaan, tentu saja. Namun, setelah itu akan segera kembali ke kota ini.” Balas Veter dengan tersenyum kecut.

“Joseph, seorang pria sibuk untuk bekerja itu adalah hal wajar. Kelak, jika kau sudah memiliki wanita, wanitamu harus memahami pekerjaanmu, bukan hanya menuntut ini dan itu.” Timpal Annette.

Lagi-lagi, ucapan Annette terdengar tidak menyenangkan.

”Bukankah begitu, Camelia?” ucap Annette pada Camel.

”Ucapan bibi ada benarnya juga. Namun, membangun rumah tangga bukankah dilakukan bersama? Jika salah satu hanya fokus dengan pekerjaan, lalu kapan meluangkan waktu untuk keluarga, meski hanya sebentar. Menurutku, semua harus balance, tidak berat sebelah, agar terjalin harmoni.” Tegas Camel, kali ini ucapan Camel membuat Annette sedikit tersinggung.

”Namun yang kuperhatikan hingga saat ini, hubungan rumah tangga kalian begitu-begitu saja, hanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bukankah ucapan Camelia malam ini bertolak belakang dengan kenyataan yang ada? Benar bukan?”

”Annet, jaga ucapanmu. Meskipun mereka adalah keponakan kita, tidak seharusnya berbicara hal yang cukup sensitif seperti ini.” Ucap Mr. El memperingati istrinya, Annette.

”Kau diam saja, ini antara aku dan mereka, bukankah kau tidak pernah tertarik dengan perbincangan seperti ini?” ucap Annette, seolah memandang rendah suaminya.

“Mommy, sudah berapa kali mommy bertindak semena-mena pada daddy? Bukankah itu tindakan tidak sopan sebagai seorang istri pada suami?” timpal Joseph.

TERGODA PAMAN dari SUAMIKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang