Selamat membaca
...
Gadis berkucir kuda itu melangkah ragu melewati lorong kelas yang sudah sepi karena jam pelajaran sudah berlangsung sejak beberapa menit lalu.
Gadis dengan name tag bertuliskan Asyana Sabilla itu kini berdiri di depan kelas XII MIPA 3. Dengan perlahan, jemari tangannya mengetuk pintu kelas itu beberapa kali sebelum masuk. Hal yang pertama kali Asya dapatkan adalah seluruh atensi kelas tertuju padanya. Dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya, ia melangkah mendekati guru yang sedang mengajar di kelas itu.
"Kamu murid baru itu ya? Ayo silahkan perkenalkan diri kamu," ujar bu Asih, guru biologi di SMA Garuda Pertiwi.
"Asyana Sabilla, panggil aja Asya. Semoga kita semua bisa berteman."
"Kiww kiwww,"
"Ihiyyy,"
"Neng cantikk punya siapa sihh,"
"Omgg hati abang terjungkal nih,"
"Tau ga persamaan kamu sama rokok apa? Sama-sama bikin candu..."
"..."
Seluruh keriuhan kini berhenti setelah mendengar gombalan yang keluar dari mulut Gala di bangku paling belakang. Semua tatapan tajam kini dilemparkan untuknya.
"Tolol," gumam Jevan kesal dengan tangan yang mengeplak kepala belakang Gala agar cowok itu kembali diam. Gala hanya bisa cengengesan dan kembali membenarkan posisi duduknya.
Bu Asih hanya geleng-geleng melihat kelakuan muridnya. "Cari bangku yang kosong ya, silahkan duduk Asya," bu Asih mempersilakan Asya agar bergabung dengan teman kelas lainnya.
"Terimakasih bu," mata Asya mencari bangku yang masih kosong, dia mendapatkannya di baris ke 3 dari depan. Kakinya melangkah ke sana.
"Keyla," ujar seorang gadis dengan jepit rambut biru yang mengulurkan tangannya.
Asya menoleh ke teman sebangkunya itu dan membalas uluran tangannya. "Asya," ucapnya.
"Lo kok pindah sekolah? Nanggung banget gak sih kalo pindah sekarang?" tanya Keyla bingung dengan suara dikecilkan agar tidak mengganggu pembelajaran, pasalnya mereka sudah menginjak kelas dua belas sejak tiga bulan lalu.
Asya tersenyum canggung, "Disuruh orang tua, gue bisa apa?"
Keyla mengangguk mengerti, "Ntar ke kantin sama gue aja, sekalian gue kenalin ke temen-temen gue," ajak Keyla yang disetujui Asya.
***
"Gue aja yang pesen, kalian mau apa cepetan?" tanya Lola.
Asya kini sudah duduk disalah satu meja kantin bersama tiga teman barunya. Selain Keyla dan dia yang satu kelas, Lola dan Amora berada di kelas MIPA 2.
"Gue bakso," jawab Amora tanpa mengalihkan pandanganya dari ponselnya.
"Gue juga," sahut Keyla. Lola menaikkan alisnya kepada Asya bermaksud menanyakan apa yang gadis itu mau.
"Samain aja."
"Oke, tunggu bentar ya girls." Selepas itu Lola segera mendekati stand bakso yang belum begitu ramai.
Suara bisik-bisik mulai terdengar tatkala lima cowok berjalan memasuki kantin. Bahkan tak jarang para gadis yang memekik tertahan melihat mereka berjalan.
Asya mengalihkan pandanganya dari Keyla begitu lima cowok itu berjalan melewati mejanya.
"Circle nya Athariz," ujar Amora yang berbisik di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHARIZ
Teen Fiction"Seluruh biaya hidup kamu saya tanggung dengan satu syarat, bantu anak saya sembuh dari traumanya." Asyana Sabilla dengan berat hati menerima kesepakatan itu. Hidup sebatang kara kini membuatnya tak menolak apapun demi kelangsungan hidupnya, meski h...