09. Memilih?

79 4 0
                                    

Selamat membaca

...

Asya menatap dalam Athariz yang kini tengah duduk disampingnya, tepatnya di balik kemudi yang sudah siap meluncur dalam hitungan detik selanjutnya.

Gadis itu tentu gugup dengan dua alasan, pertama karena ia akan dibawa melaju dengan kencang karena balapan ini, kedua karena kini ia berada pada jarak yang sangat dekat dengan Athariz.

Nafas kasar terbuang dari bibir mungilnya. Andai keadaannya sekarang tidak seperti ini, mungkin ia bisa mengambil kesempatan ini untuk membantu keinginan orang tua lelaki di sebelahnya ini.

Mungkin lelaki itu merasa diperhatikan dengan lama oleh gadis disebelahnya hingga membuatnya menoleh dan menemukan pandangan mereka. Perbedaan kedua arti pandangan mereka dapat Asya rasakan. Gadis itu yang menatap Athariz dengan sorot yang tidak dapat diartikan, sedangkan Athariz yang menatap Asya tajam.

"Jaga pandangan lo dari gue," peringat Athariz datar namun tersirat akan kebencian.

Asya tersentak sebelum mengalihkan tatapannya. Saat tersadar sepenuhnya dari lamunannya ia mendengar suara deru mobil saling bersahutan dengan sorak-sorai penonton yang ada di arena balap ini.

Tepat disaat itu juga Asya kembali mencengkram erat seatbelt dengan harap dapat mengurangi kecemasannya saat ini.

Dua putaran terlewati, kini tinggal putaran terakhir. Mata Asya terpejam erat, ia merasakan jiwanya seperti hilang begitu saja.

"Buka mata," suara berat Athariz menyadarkannya untuk kembali menghirup udara banyak-banyak.

Matanya perlahan terbuka dan mendapati mobil yang ia naik telah berhenti di tempat awal tadi. Ia ikut keluar begitu Athariz sudah keluar dari mobil. Tepat saat itu juga mobil yang Anca tumpangi berhenti di sampingnya.

"Atha!" Panggil Asya ketika Athariz hendak menghampiri teman-temannya. Dan secara tidak sadar gadis itu menahan pergelangan tangan Athariz.

"Sialan," desis Athariz, "Jangan sentuh gue!" bentaknya dengan menghempaskan tangan Asya keras.

Tubuh Asya membeku. Ia menatap kedua mata lelaki didepannya ini sendu. "Maaf," ucapnya tulus.

Dari kejauhan teman-teman Athariz datang mendekat.

"Selamat bro."

"Sesuai prediksi."

"Lo gapapa, Sya?" Tanya Jevan yang lebih memilih menghampiri Asya terlebih dahulu ketimbang mengikuti yang lain mengucapkan selamat kepada Athariz.

Sedangkan Athariz sendiri melirik ke arah Jevan begitu mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut lelaki itu.

"Gapapa kok."

"Syukur deh."

"ASYA!!" suara teriakan yang terdengar tak jauh itu membuat semua kepala menoleh kearah asal teriakan itu.

"Anca!" Asya yang panik melihat temannya di tahan oleh dua laki-laki langsung berlari menghampiri di ikuti yang lainnya.

"Mau ngapain lagi lo anjing?!" Geram Gala.

"Lepasin Anca!"

Bara menatap Asya dengan tajam. "Nasib temen lo sekarang itu gara-gara lo, cewek pengganggu," desis Bara.

Tangan Bara kini berpindah di leher Anca.

"Banci! Kalau kalah ya terima aja bangsat!"

Alis Bara terangkat satu dan menatap Devan yang juga tengah menatapnya tajam. "Siapa yang bilang pertandingan hari ini udah berakhir?" Senyum sinis terbit di sudut bibir Bara.

"Karena kalian udah menangin balapan kali ini, sekarang gue kasih pilihan," Bara menjeda kalimatnya sembari menarik Anca mendekat. Ia juga menyuruh anak buahnya untuk membawa Asya ke sampingnya yang kebetulan gadis itu berada di dekatnya.

"Kalian pilih, mana yang mau lo pada selamatin malam ini di antara dua cewek ini?" Lanjut Bara.

"Pilih-pilih apaan anjir! Dari awal gak pernah ada kesepakatan ini!"

Bara mengangkat kedua bahunya, "Terserah kalian, gimana bos Athariz?"

Athariz menatap Bara datar. Laki-laki itu maju satu langkah. Badan tegapnya berdiri di depan Bara dan menatapnya tajam.

"Gue gak peduli," desisnya yang membuat semua orang disana menahan nafas.

"Athariz! Mereka cewek!" Tegur Gala.

"Justru karena itu, gue gak mau peduli." Setelah mengucapkan itu, Athariz membalikkan badannya menjauhi kerumunan itu.

"Akhh!!" Rintihan itu menghentikan pergerakan Athariz seketika. Kepalanya berbalik dan mendapati Asya yang tengah dicekik oleh Bara.

Tatapannya terpaku pada sorot mata Asya yang menatapnya memohon pertolongan. Bahkan teman-temannya kini sedang ditahan oleh beberapa anak buah Bara. Senyum sinis terlihat di bibir Bara kala matanya menangkap kedua tangan Athariz terkepal kuat.

Bara semakin menguatnya cengkramannya pada leher Asya hingga membuat gadis itu terbatuk menahan sesak.

Sepersekian detik selanjutnya, tanpa ada yang menduga sama sekali, Athariz menerjang tubuh Bara hingga membuatnya melepaskan tangannya dari leher Asya.

Kepalan tangan Athariz menghantam pipi hingga rahang Bara berkali-kali.

"Anjing!" Umpat Athariz setelah memberikan pukulan terakhirnya. Tangannya masih mencengkram kerah Bara erat.

"Ahh, ternyata cewek itu," ujar Bara dengan kekehan sinisnya.

"Bangsat!" Satu tendangan mendarat di perut Bara hingga membuat laki-laki itu jatuh tersungkur. Bara tentu tak diam saja, tubuhnya ikut membalas apa yang saat ini Athariz perbuat padanya.

"Athariz!"

Bahkan Athariz tak menggubris panggilan teman-temannya. Entah apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

"ATHARIZ STOP!! ASYA PINGSAN!" selepas itu Athariz menghentikan pergerakannya seketika. Badannya berbalik dan mendapati Asya yaang sudah terbaring lemah di aspal sendirian. Ingat sendirian, karena tak ada satupun teman-temannya yang bisa lolos dari banyaknya anak buah Bara. Begitupun dengan Anca yang masih berusaha melepas tangannya dari cengkraman Putra.

Dan kali ini, Athariz semakin tidak mengerti dengan dirinya ketika ia merasakan kakinya yang melangkah lebar mendekati Asya dan membawa gadis itu ke dalam gendongannya.

"Ke rumah sakit, Riz! Masalah disini biar kita yang beresin!" Teriak Devan di tengah-tengah keributan.

Tanpa kata lagi, Athariz segera membawa Asya menuju rumah sakit terdekat. Hingga dia tidak sadar bahwa Bara menatap kepergian kedua orang itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

...

Bersambung...
.
.
Terima kasih bestingg-bestingg aku yang udah mampir🥰
.
.
Kasih aku satu bintang 🌟
.

.
Tinggalkan vote dan comment kalian yaa 🥰🙌

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATHARIZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang