Apa kabarr bestingg aku?
...
Selamat membaca
...
Kepadatan sekolah kembali terjadi seperti pagi-pagi sebelumnya. Mulai dari gerbang hingga di dalam kelas suara sapaan hingga kegaduhan menghiasi pagi hari SMA Garuda Pertiwi ini. Dan seperti biasa, semua atensi siswi disana tertuju pada cowok dengan hoodie hitam yang baru turun dari motor kebanggaannya.
Bisik-bisik histeris kembali mengganggu pendengaran cowok itu. Athariz mulai melangkah masuk ke dalam sekolah seorang diri. Seperti biasa, dia akan mengunjungi lokernya terlebih dahulu sebelum masuk kelas.
Helaan nafas kasar kembali terdengar kala netranya menangkap seorang gadis yang berdiri di depan lokernya. Ini sudah kali ketujuh dia mendapati gadis itu di depan lokernya setiap pagi. Merasa muak, Athariz kali ini mendekati gadis berkucir kuda itu.
"Ambil," titah Athari ketika sudah berada lima langkah di belakang gadis itu.
Sedangkan gadis itu menoleh ketika mendapati suara datar namun tajam itu memenuhi pendengarannya.
Asya terkejut ketika menyadari Athariz sudah berada di depannya. Tatapan cowok itu menghunus tajam pada kedua mata Asya.
"Gue bilang ambil itu kembali," kata Athariz sekali lagi.
Asya menelan ludahnya sekali. Dengan berani ia menggeleng bermaksud menolak perkataan Athariz.
Dengan kesal Athariz mengambil kasar kotak bekal yang sudah bertengger di dalam lokernya, lalu memberikannya kepada Asya kembali dengan kasar.
"Tapi Atha, ini buat lo," kata Asya ingin kembali memberikan bekalnya ke tangan cowok di depannya ini.
Tatapan Athariz semakin menajam, "Gak butuh!" tekannya lagi.
Entah sadar atau tidak, ini adalah percakapan pertama mereka. Meski dengan keadaan tidak begitu baik.
Lagi, Asya tidak mundur, dia tetap pada pendiriannya, "Tolong terima. Sekali aja," pinta Asya.
Athariz menggeram, ia membanting kesal kotak bekal yang sudah kembali berada di tangannya. "Gue bilang, gue gak butuh!"
Setelah mengucapkan itu dia berlalu dari sana dengan emosi yang dia tahan. Tanpa membalikkan badannya ia kembali berkata, "Jangan pernah sekali lagi lo simpan itu di loker gue!"
Cowok itu benar-benar pergi meninggalkan Asya seorang diri yang menatap nanar masakannya yang tercecer di lantai. Entah kenapa hatinya pedih.
"Demi bunda lo, gue harus siap sakit hati," Asya berkata lirih.
***
"Atha, gue nebeng lo boleh?"
Athariz menoleh dan mendapati Asya yang tengah berdiri di samping mejanya. Di detik selanjutnya ia kembali fokus memasukkan barangnya ke dalam tas tanpa menggubris Asya.
"Atha.." panggil Asya sekali lagi. Ia tahu, bahkan sangat menyadari bagaimana ia sekarang menjadi pusat perhatian semua orang di dalam kelas ini.
"Di panggil tuh," kata Jevan sambil menyenggol lengan Athariz.
Mata Athariz memutar malas. Ia kemudian berdiri dan menyampirkan tasnya ke bahu. Matanya kini menatap datar Asya. "Lo siapa?" Pertanyaan sarkas itu keluar dari mulut Athariz.
Asya mematung. Benar kata Athariz, dia siapa? Hubungannya dengan Athariz apa? Teman? Entahlah, yang Asya tahu, Athariz berhubungan dengan kondisi hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHARIZ
Teen Fiction"Seluruh biaya hidup kamu saya tanggung dengan satu syarat, bantu anak saya sembuh dari traumanya." Asyana Sabilla dengan berat hati menerima kesepakatan itu. Hidup sebatang kara kini membuatnya tak menolak apapun demi kelangsungan hidupnya, meski h...