05. Kotak Bekal

72 17 6
                                        

Selamat membaca

...

Pagi ini, seorang gadis yang sudah siap dengan seragam sekolahnya itu tengah berkutat di dapur, rambut panjangnya ia cepol dengan asal agar tidak menghalangi kegiatannya. Tangannya memasukkan beberapa lauk yang sudah dimasaknya tadi pagi-pagi sekali ke dalam kotak bekal.

Kepalanya masih terus memutar ulang permintaan seseorang kemarin.

Flashback on

Seorang wanita yang kini duduk dihadapan Asya berdehem pelan, "Asya, saya ada satu permintaan lagi."

"A-apa tante?" Entah kenapa meski sudah beberapa kali berbincang dengan wanita dihadapannya ini Asya tetap saja gugup.

"Tinggal di rumah saya, ya."

Bola mata Asya rasanya ingin keluar. Ia memang ingat 'kesepakatan itu' tapi kenapa malah bertambah begini?

"Saya... cuma merasa supaya kamu jadi lebih mudah bantu saya," tatapan wanita itu penuh harap.

"Tapi..."

"Iya saya ngerti, kamu pikir-pikir aja dulu. Tapi saya berharap kamu mau. Kamu taukan saya dan anak saya..."

Asya kemudian tersenyum canggung, hatinya jadi tidak nyaman saat melihat pancaran kesedihan dari wanita di depannya ini, "Asya pikir dulu ya, tan."

Ucapan Asya sedikit mengembalikan senyum di wajah wanita itu.

Flashback off

Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan. Setelah memasukkan bekalnya ke dalam tas, Asya melangkah menuju halte untuk menunggu bus menuju sekolah.

"Asya!" Sebuah tangan merangkul pundaknya sesaat setelah Asya turun dari bus. Asya tersenyum mendapati Keyla.

"Ke kelas bareng yuk." Asya mengangguk mengiyakan.

Seminggu sudah Asya resmi menjadi siswa SMA Garuda Pertiwi. Dirinya masih belum terlalu mengenal teman-teman sekelasnya. Selama seminggu ini, baru Keyla dan dua temannya yang mulai akrab dengannya. Asya tak begitu memusingkan masalah teman, tujuannya disekolah ini adalah belajar dan satu hal lagi. Selama ia tak membuat masalah maka dia tidak perlu memusingkan yang lainnya.

"Eh, Key, gue ke kamar mandi dulu ya."

"Oke."

Kaki jenjang Asya melangkah menjauhi Keyla. Sebenarnya bukan kamar mandi tujuannya, tapi loker siswa. Kakinya berhenti di depan sebuah loker atas nama Athariz Dirganta. Ia mengeluarkan bekal yang sudah disiapkannya dan meletakkan di dalam loker milik lelaki itu. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Beruntung tempat ini sepi jadi dia tidak perlu begitu khawatir.

Selepas itu Asya melangkah kembali menuju kelasnya.

Tanpa ia sadari, si pemilik loker telah melihat semuanya dari sudut lorong. Kakinya kini mendekati loker miliknya. Ia mengeluarkan kotak bekal yang baru saja diletakkan Asya. Nafasnya menghela berat. Buru-buru memasukkan kotak bekal itu ke dalam tasnya saat bel masuk sudah berbunyi.

***

"Lay lay lay lay lay... Panggil Devan si jablayy. ."

"Asu." Devan menggeplak keras kepala Gala yang asal memasukkan namanya ke lagu itu.

"Ih, sakit tau bang! Jahat!" Gala mengusap kepalanya dengan ekspresi menggelikan.

"Maaf ayang, kamu cih nackal," Devan mengikuti drama yang dibuat Gala, hal itu sontak membuat Jevan si kembaran menjauhinya, "Bukan kembaran gue."

ATHARIZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang