04. Lepas kendali

89 18 2
                                        

Selamat membaca

...

"Sialan," Athariz berdesis, kedua tangannya memegang kepalanya kuat ketika darah dalam tubuhnya mulai berdesir hebat.

Matanya kian menajam pada empat sosok di depannya.

"LEMAH LO!"

Anak lemah!

"ARGHHH!!" Teriakan Athariz terdengar yang tentu saja mengalihkan atensi ke empat gadis di sana.

Keempat gadis itu sontak mematung melihat keberadaan Athariz.

"Atha.." mendengar teriakan Athariz yang mampu menyentil ketakutannya saat itu, dengan sekuat tenaganya ia melepas kungkungan Bianca dan Lauren.

Athariz dengan langkah lebarnya mendekati keempat gadis itu, kedua tangan yang mengepal di samping tubuhnya, wajah hingga telinga yang memerah cukup menyadarkan keempat gadis itu kalau posisi mereka tidak dalam keadaan baik.

"Athariz kamu-"

Plak

Ucapan Karla terpotong begitu tamparan keras menyapa pipi kanannya. Tangannya sontak menyentuh pipinya yang terasa panas akibat ulah Athariz.

"Tutup mulut sialan lo!"

"M-maksudnya-" bingung dengan ulah Athariz yang tiba-tiba.

"GUE BILANG TUTUP!" Bentakan serta dorongan kuat pada tubuh Karla membuat gadis itu terjatuh.

Bianca dan Lauren menghampiri Karla.

"LO APA-APAAN SIH, RIZ?!" Teriak Bianca kesal yang tanpa dia sadari kalau teriakannya itu berhasil meningkatkan emosi Athariz.

Athariz maju dan meraih kerah Bianca kasar seolah tak peduli kalau yang dihadapinya adalah seorang wanita.

Lelaki itu hendak mendorong Bianca keras, tapi niatnya terhenti begitu ada yang menahan lengan satunya.

Kepalanya menoleh melihat seorang gadis lain yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dipahami.

Tak peduli, lelaki itu tetap menghempaskan Bianca hingga punggungnya membentur dinding. Hal itu sontak membuat Asya menarik lengan Athariz hingga membuatnya mundur selangkah.

Kali ini Athariz menatap Asya tajam, kedua tangannya kini beralih mendorong gadis itu hingga menempel pada dinding dibelakangnya. Salah satu tangannya yang semula berada di bahu gadis itu berpindah ke lehernya.

"J-jangan," Asya menggeleng begitu tangan kekar itu mulai mencekik lehernya.

Athariz kehilangan kendali, trauma itu benar-benar membuatnya gelap mata. Tanpa belas kasihan, tangannya semakin kuat mencekik leher Asya.

Asya mulai kesusahan bernafas, tangannya mencoba melepaskan tangan Athariz dari lehernya. Tapi percuma karena kekuatannya tak sebanding dengan milik lelaki itu.

"G-gue gak bisa n-nafas," ujar Asya terbata-bata.

Sekali lagi Athariz tak peduli. Mata Asya mulai berkaca-kaca.

"Tha... A-Asya sesak.." lirih Asya.

Bertepatan dengan itu, lagi-lagi pintu dibuka dengan keras oleh dua cowok dan satu cewek.

Panik, Jevan segera berlari dan menarik Athariz hingga tangannya terlepas dari leher Asya.

"Kendaliin diri lo!" ucap Jevan yang masih menahan tubuh Athariz.

"Lo gapapa?" Tanya Devan menghampiri Asya yang sudah meluruhkan tubuhnya ke lantai.

Melihat Asya yang masih kesulitan bernafas dan tangan yang memukul dada, tentu saja membuat Devan dan Anca panik.

ATHARIZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang