"Saya terima nikah dan kawinnya Nur Ayila khodijah binti Abdul jalil dengan mas kawin tersebut dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Ucap seorang laki-laki yang mengenakan sarung berwarna hitam, baju Koko berwarna putih dan songkok hitam, mengucapkan ijab qabul dengan lancar."Bagaimana para saksi sah?" Tanya penghulu menghadap kepada para saksi.
"Sah!"
*:..。o○ ○o。..:*
Pesantren Ar-Rahman
Hari ini adalah hari jum'at dan para santri pun melakukan kerja bakti, tak terkecuali dengan gadis yang memakai gamis biru dan hijab biru. Ya, memang birulah warna kesukaan Ayila.
Ayila menyapu lapangan di bantu oleh zizah sembari melantunkan sholawat
"Ayila!" Panggil seorang santriwati dari arah yang lumayan jauh,
Ayila yang sedang menyapu pun menghentikan kegiatannya.
"Wonten nopo to?" (Ada apa?) tanya Ayila
"Awakmu dipanggil bunyai, katane disuruh ke ndalem" ucap santriwati yang memanggilnya tadi
"zizah maaf ya, aku harus ke ndalem dulu, ini kamu yang terusin sama yang lain, gak apa-apa kan?" Tanya Ayila pada zizah, ia merasa tidak enak kepada sahabatnya.
"gak apa-apa kok Ayila, udah sana ke ndalem nanti di tungguin sama Ummah!" Ucap zizah, ia memanggil bunyai dengan ummah karena ia adalah seorang Ning disini.
Tetapi zizah tidak ingin dipangggil menggunakan embel-embel Ning Kecuali, kalau di hadapan bunyai dan pakkyai.
Ayila pun langsung menuju ke ndalem yang tidak jauh dari asrama santriwati untuk menemui bunyai
"Assalamu'alaikum" salam Ayila di teras rumah ndalem
"Wa'alaikumussalam" ucap seorang laki-laki yang berada di dalam ndalem sembari keluar.
Ayila melihat sekilas laki-laki itu, lalu menundukkan kepalanya. Di dalam hati, ia bertanya-tanya siapa laki-laki itu, dan kenapa dia memakai jubah dan sorban. Sebab selama 3 tahun ia menjadi santri
disini, Ayila belum pernah melihat santriwan maupun kyai yang ada di pesantren menggunakan sorban dan jubah.Ketika Ayila ingin bertanya kepada laki-laki tersebut, tiba-tiba datanglah bunnyai menghampiri mereka.
"Eh, nak Ayila udah datang, sini masuk" Titah bunyai.
"Nggih nyai" jawab Ayila sembari berjalan sedikit membungkuk di belakang bunnyai dan laki-laki itu.
Ayila pun masuk dan duduk lesehan melipat kedua kakinya kebelakang, la tidak duduk di sofa karena, ia merasa tidak sopan jika harus duduk bersebelahan dengan ibunyai.
"Eh, nak Ayila kok duduknya disitu, sini nak duduk disini" perintah
Bunyai sembari menepuk sofa sebelahnya."Nggih nyai" ucap Ayila sembari beranjak dari duduknya.
"Bunyai nimbali kula ten mriki wonten nopo nggih?"(Bunyai memanggil saya ke sini ada apa?) Tanya Ayila
"Owalah itu to, jadi orang tua kamu telfon, katanya mau ngomong
sama kamu." Ucap nyai sambil menyodorkan ponsel ke arah Ayila.Ayila pun menerima ponsel itu "Assalamu'alaikum umi" salam Ayila.
"Wa'alaikumussalam"jawab yang nelpon
"Umi ada apa kok tumben telpon Ayila" Tanya Ayila heran
"Jadi gini Ayila, tujuan umi nelpon kamu buat ngasih tau kalau kamu baru dinikahkan kemarin dengan laki-laki yang sudah abimu pilihkan "Ucap umi.
Ayila yang mendengarnya pun kaget, mengapa orang tuanya mengambil keputusan seperti ini. Kenapa mereka tidak menanyakan kepadanya ia mau menikah sekarang atau tidak? Mengapa mereka mengambil keputusan sendiri?
Banyak pertanyaan yang ingin Ayila tanyakan kepada uminya. Ketika Ayila ingin menanyakan kembali, memastikan siapa tau dirinya salah dengar. Tetapi sinyal di pesantren keburu menghilang
Lalu Ayila menyerahkan kembali handphone itu kepada bunyai, dan
tanpa sengaja mata ayila menengok kearah kanan, terdapat wanita bercadar duduk disamping laki-laki berjubah dan bersorban yang
menjawab salamnya tadi. "Oh ya Ayila, ini zarhan anak pertama saya dan ini istrinya, Aisyah".ucap Bunyai, karena memang bunyai dan pakkyai tidak terlalu mempublish anak-anaknya."Ayila" ucap Ayila dengan menangkupkan tangan di depan dada
kepada Gus Aqeel."Ayila, kamu umur berapa?" Ucap Ning Aisyah tiba-tiba.
"Ha? umur ana 18 tahun" jawab Ayila dengan gugup karna baru kali ini, ia berbicara dengan keluarga ndalem yang baru ia kenali.
"Afwan, Bunyai ana ke lapangan lagi nggih, mau lanjut kerja bakti, nggak enak sama yang lain." Pamit Ayila dengan sopan.
"Owalah iya silahkan, makasih ya udah mau kesini" ucap bunyai
"Mboten nyai, Sakjane niku kula sing matur, matur nuwun kaleh njenengan".(Seharusnya aku yang berterima kasih sama kamu) ucapku sembari menyalimi punggung tangan bunnyai
dan Ning Aisyah dengan hikmat."Kalau begitu ana permisi, Assalamu'alaikum" lanjut Ayila
"Wa'alaikumussalam"
Jangan lupa untuk vote yah, biar aku semangat.
31 Desember 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayila
General FictionNur Ayila khodijah Seorang santriwati dari pesantren Ar-Rahman. Dia sudah menjadi santri disana selama 3 tahun, setelah dia lulus di Tsanawiyah, dia yang memutuskan untuk melanjutkan menjadi santriwati di pesantren Ar-Rahman. Cerita ini bermula pad...