Bepikir ⭐

166 13 0
                                    

"Assalamu'alaikum" Ucap seseorang di depan pintu ndalem.

"Wa'alaikumussalam" Ucapku, umi, Abi, Bunyai, Ning Aisyah

"Ada apa ini? Eh, umi, Abi kalian disini." Ucap Gus Zarhan. Sambil menyalimi tangan Umi dan Abi

"Dia siapa umi, Abi?"

"Dia istrimu, Ayila" kata umi

Gus Zarhan pun melihatku yang sedang berada di samping Ning Aisyah, dia tersenyum tipis. Aku tau apa yang dia pikirkan, dia berpikir kalau aku akan menerimanya sebagai suami.

"Le, kamu kok berdiri aja sini duduk. Aisyah, Ayila sini duduk." Ucap Bunyai

Aku, Ning Aisyah dan Gus Zarhan pun duduk di sofa.

"Jadi gimana Ayila apakah kamu sudah siap untuk tinggal di ndalem dan menjadi istri Zarhan." Tanya Bunyai

"Hmm, Ayila pikir-pikir dulu ya nyai." Jawabku

"Loh, kok masih panggil nyai sih. Panggil ummah aja." Kata Bunyai

"Nggih nya- eh Ummah." Kataku

Aku melirik ke arah Gus Zarhan yang sedang menatapku, aku pun langsung menunduk kembali.

"Maaf sebelumnya, kalau boleh tau kenapa Gus Zarhan memilih Ayila untuk menjadi istri kedua. Padahal Ning Aisyah lebih baik dari pada saya." Tanya Ayila

Semua pun terdiam mendengar pertanyaan dari Ayila.

"Dan kenapa umi dan Abi menyetujui pernikahan aku dan Gus Zarhan, padahal Gus Zarhan sudah menikah. Kenapa umi? Kenapa Abi? Apa salah Ayila. Ayila belum siap untuk menjadi seorang istri, kenapa kalian menyembunyikan pernikahan ku. Kenapa kalian tidak bertanya terlebih dahulu kepadaku. Pernikahan bukanlah hal yang sepele! Pernikahan adalah hubungan sakral. Kenapa!" Setelah mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dalam pikiran dan hatiku, aku kembali menunduk dan menangis dalam diam. "Afwan hiks" Kataku

"Ayila ke asrama dulu udah adzan ashar, assalamu'alaikum." Kata Ayila, sambil berlari menangis pergi meninggalkan ndalem dan menuju ke asrama.

"Bagaimana aku menjelaskan padamu Humairah, aku memang mencintai Aisyah. Tapi di sisi lain aku menyayangimu, dan ada satu hal lagi yang membuatku menikahimu secara diam-diam, Karna aku tau kalau kau tidak akan setuju." Batin Gus Zarhan

"Nak" kata Bunyai sambil memengang pundak Gus Zarhan.

"Nggih ummah"

"Seng sabar Yo, Ayila butuh waktu untuk menerima semua kenyataan ini" ucap Bunyai

"Nggih ummah, in syaa Allah Zarhanakan terus menunggu jawaban dari dek Ayila" Ucap Gus Zarhan

sementara disisi lain ada seorang wanita yang memakai gamis hijau, Khimar hijau, dan cadar hijau sedang menangis dalam diam, Menatap ke arah ruang tamu dimana ada dua keluarga sedang berkumpul.

"Kau memang menunggu jawabannya, tapi apakah kau tidak memedulikan perasaanku mas? Aku juga sakit, hatiku sangat sakit Mendengar suamiku sendiri mengatakan bahwa dia mencintai wanita lain." Batin Ning Aisyah

Ning Aisyah pergi ke kamarnya untuk menenangkan diri dan
menangis sepuasnya. Gus Zarhan yang melihat Ning Aisyah pergi ke kamar pun menyusulnya. Sesampainya di kamar Gus Zarhan melihat istrinya sedang berdzikir sambil melihat alam sekitar dari jendela. Gus Zarhan memeluk Ning Aisyah dari belakang.

"Dek, kamu kenapa?" Tanya Gus Zarhan, sambil mendusel-duselkan kepalanya di leher istrinya.

"Mas Zarhan? Sejak kapan disini" Tanya Ning Aisyah

"Dek, maafin mas ya. Mas nggak bermaksud untuk nyakitin kamu, in syaa Allah mas akan berusaha untuk Adil kepada kamu dan Ayila"Ucap Gus Zarhan

"Gak apa-apa kok mas,Aisyah ikhlas asal mas bisa adil kepada aku dan Ayila, Aww!"

"Kamu kenapa dek?" Tanya Gus Zarhan cemas

"Gak apa-apa kok mas, ini bayi Kita tadi nendang" Ucap Ning Aisyah sambil meletakkan tangan Gus Zarhan ke perutnya, ya Ning Aisyah sudah hamil selama 4 bulan.

Kenapa Ayila tidak mengetahuinya? Karena Ning Aisyah memakai baju yang longgar jadi perutnya tidak kelihatan terlalu buncit.

Gus Zarhan jongkok di hadapan Ning Aisyah dan memegang perut istrinya yang buncit.

"Assalamu'alaikum, Anak Abi nendang ya?" Ucap Gus Zarhan sambil mendekatkan telinganya ke perut istrinya.

"Wa'alaikumussalam, iya Abi" jawab Ning Aisyah sambil menirukan suara anak kecil.

Gus Zarhan dan Ning Aisyah pun tertawa, setelah itu Gus Zarhan memeluk Ning Aisyah dan sambil mengelus perut Ning Aisyah, dan bersholawat.

Ning Aisyah yang mendengarnya dan merasakan nyaman di pelukan suaminya itu, menangis dan tersenyum. Walaupun gus Zarhan bukan hanya miliknya seorang, akan tetapi dengan perhatian kecil yang Gus Zarhan berikan sudah membuatnya bahagia.

Tak terasa sudah berapa lama pasutri itu berpelukan sehingga Ning Aisyah tertidur di pelukan suaminya, karena lelah menangis.

~~~~~~~

Makasih udah baca

Jangan lupa untuk vote

Tanggal 04 Januari 2024

AyilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang