POV Ayila
Aku pun kembali ke lapangan untuk melanjutkan kegiatan menyapuku. Tapi aku masih terngiang-ngiang dengan perkataan. umi tadi "sudah menikah." Apa maksudnya?
"Ayila!"
"Subhanallah!" Ucapku kaget.
"kamu itu kenapa sih dari tadi ngelamun terus, dipanggilin nggak jawab." Kesal zizah.
"O....enggak kok, aku cuman pusing aja" Ucapku sambal memegang pelipisku.
"Kalau Kamu pusing kenapa nggak ke UKS aja" Tanya zizah, karena dia cemas aku Kenapa-kenapa
"Nggak usah, palingan nanti pusingnya hilang." Ucapku
"Oh ya tadi kamu ngapain di ndalem sana sama Ummah?" Tanya zizah
"Tadi aku dipanggil karena orang tua aku telpon." Ucapku
Setelah menyapu pun kita ke asrama dan mengambil mukena, karena sudah adzan dhuhur. Setelah selesai sholat aku dan zizah kembali ke asrama
"Tadi yang imamin siapa ya?Suaranya Masya Allah merdu banget."
"lya tadi siapa ya?"
Aku tak sengaja mendengar percakapan santriwati lainnya pada saat aku dan zizah berjalan menuju ke kamar.
Aku pun sempat melihat orang di depan ndalem laki laki yang memakai jubah dan sorban. Aku dapat melihatnya karena asrama santriwati dekat dengan ndalem. Apakah dia orang yang dikenalkan Bunyai atau bukan?. Aku tidak tau, karena pada saat itu aku menunduk dan tidak melihat wajahnya. Aku menunduk karena tidak merasa enak, karena dia bukan mahrom ku.
Aku adalah orang yang penasaran jadi aku pun menanyakan orang itu kepada zizah, karena zizah adalah keluarga ndalem,
"Zizah, siapa laki-laki yang mengenakan jubah dan sorban itu? Aku tidak pernah melihatnya disini." Ucapku sambil menunjuk ke arah dimana laki-laki itu berada, akhirnya zizah pun menoleh ke arah yang aku tunjukkan.
"O...itu dia adalah......."
"Ayila, zizah!"
Belum sempat zizah mengatakan siapa laki-laki itu sudah ada yang Memanggil mereka.
"Ada apa?" Ucapku dan zizah
"Kalian lupa ini waktunya makan siang, nanti keburu rame lo. "Ucap santriwati yang memanggil kami tadi.
"Astaghfirullah, aku lupa. Ya udah zizah ke ruang makan yuk, keburu rame." Ucapku sambil menggenggam tangan zizah.
"Ayuk!" Ucap zizah
Kami pun berjalan cepat, karna jika kami lari nanti gamis yang aku pakai sobek. Ternyata benar diruang makan sudah ramai yang mengantri untuk mengambil makanan.
"Yah, udah rame. Pasti lama nih nunggunya." Ucap zizah
"Udah sabar aja, nanti kalau kurang kita kedapur buat ngambil makanan yang masih ada." Ucapku
"Ya udah deh kita tunggu aja." Ucap zizah
Aku dan zizah menunggu selama 15 menit, tetapi pada saat giliran kami lauknya habis.
"Kok cuman nasi doang, lauknya dah habis." Ucap zizah kecewa
"zizah, mending kita kedapur buat lihat makanannya masih ada atau enggak" Ucapku
"Ya udah ke dapur yuk buat ngecek." Ucap zizah
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucapku dan zizah memasuki dapur
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Ucap bibi
"Eh Ning zizah, sama mbak Ayila. Ada apa ya kesini?" Tanya bibi
"Jadi gini bi, tadi kami ngantri buat ngambil makanan. Tapi pas giliran kami lauknya habis, jadi tujuan kita kesini buat lihat lauknya masih ada atau enggak." Ucapku kepada bibi
"Masih kok, lauknya masih ada. Tapi..."
"Tapi apa Bi" ucap zizah, karena dirinya sekarang pasti sudah sangat kelaparan
"Tapi ini jatah untuk santriwan." Ucap bibi
zizah yang mendengarnya langsung lesu Sambil memegang perutnya karna aku tau dia pasti kelaparan.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap sessorang di depan pintu dapur.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Ucap bibi, aku,dan zizah
"Bi, maaf, apakah makanan untuk santriwan sudah siap? Soalnya mereka sudah kelaparan." Ucap seseorang itu, suarannya seperti laki-laki yang di ndalem tadi.
"O nggih gus Niki makanannya sampun siap."(Oiya Gus ini makanan nya sudah siap) Ucap bibi
Aku pun kaget mendengarnya Gus? Apa tadi bibi panggil dia Gus, siapa dia? Bukan hanya aku yang kaget, tapi juga zizah. Perasaan bunyai dan pakkyai hanya punya 2 orang anak Ning zizah dan Ning kesya. Lantas siapa dia?
~~~~~~~~
Makasih udah baca
Jangan lupa voteTanggal 02 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayila
General FictionNur Ayila khodijah Seorang santriwati dari pesantren Ar-Rahman. Dia sudah menjadi santri disana selama 3 tahun, setelah dia lulus di Tsanawiyah, dia yang memutuskan untuk melanjutkan menjadi santriwati di pesantren Ar-Rahman. Cerita ini bermula pad...