POV Ayila
Aku berjalan menuju asrama dengan melamun.
"Ayila!"
"Ayila!"
"Nur Ayila Khodijah!"
"Subhanallah!" Ucapku kaget
"zizah kamu ngagetin aja" Ucapku
"Lagian kamu dipanggil tiga kali nggak jawab, oh ya itu mata kamu kok sembab. Kamu kok akhir-akhir ini sering ngelamun juga, ada masalah?" Tanya zizah
"Iya aku lagi ada masalah, aku mau tanya sama kamu. Kalau semisalnya ada orang tua yang menikahkan anaknya tanpa sepengetahuannya, apakah anak itu berhak marah kepada orang tuanya?" Tanyaku kepada zizah
"Hmm kalau menurut aku sih, selama yang orang tuanya lakukan adalah hal yang terbaik untuk anaknya yah, fine-fine aja." Jawab zizah
"Tumben kamu tanya gitu ke aku, biasanya kamu paling males bahas pernikahan" Kata zizah
"Gak apa-apa sih, cuman tanya aja."
"Astaghfirullah, ini udah masuk ashar lebih baik kita ke kamar sekarang. Ambil mukena setelah itu ke masjid" kataku
Aku dan zizah pun berjalan cepat, supaya tidak terlambat untuk sholat ashar. Kalau sampai terlambat, pasti nanti aku dan zizah akan di takzir oleh ustadzah, Setelah sholat ashar, ada kegiatan mengaji.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap ustadzah
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh" Ucapku dan santriwati lainnya
"Jadi anak-anak hari ini, ustadzah ingin kalian menyetor hafalan kalian. Dimulai dari Risa"
10 menit kemudian
"Ayila!"
"Nggih ustadzah"
"Kamu lanjut hafalan juz 29 surah Al-Mulk."
Aku pun melafalkan surah Al-Mulk dengan lancar
"Masya Allah Ayila, Alhamdulillah. Kamu sudah juz ke 29 sebentar lagi in syaa Allah kamu akan menjadi Hafidzah Al-Qur'an. Jangan lupa untuk terus muroja'ah ya" ucap ustadzah
"Alhamdulillah ustadzah, jazakillahu Khairan. Jika bukan karena bimbingan dari Ustadzah, saya tidak akan bisa seperti ini." Ucapku
"Saya hanya perantara, Ayila" Ucap ustadzah
Setelah acara mengaji dan setoran hafalan selesai, aku berjalan. menuju asrama untuk mengambil perlengkapan mandi.
Sesampainya aku ke kamar aku langsung ke kamar mandi untuk mengantri
Setelah selesai mandi aku memakai gamis hijau dan hijab hijau.
Aku masuk ke kamar dan beres-beres kamar. Setelah itu aku pergi ke dapur untuk membantu bibi, memang biasanya sebelum Maghrib begini bibi selalu masak terlebih dahulu.
"Assalamu'alaikum" Ucapku
"Wa'alaikumussalam" ucap bibi
"Eh mbak Ayila, ada keperluan apa mbak sampe nyari bibi disini." Tanya bibi
"Enggak bi, Ayila kesini cuman mau bantu-bantu aja. Soalnya Ayila nggak ada kegiatan." Jawabku
"Ada yang perlu Ayila bantu bi"
"Oh, ini gas sama gulanya habis. Jadi kalau mbak Ayila Ndak keberatan. Bibi bisa minta tolong ambilkan gas sama gulanya di dapur ndalem"
"Gak apa-apa kok bi, Ayila malah seneng"
"Matur nuwun nggih"
"Sami-sami"
Aku berjalan menuju ndalem untuk mengambil gas dan gula.
POV end
✧・゚: *✧・゚:*
POV Gus Zarhan
Aku baru bangun tidur dan aku melihat di sampingku tidak ada Aisyah, kemana dia?
"Dek!"
"Dek!"
"Dek Aisyah!"
"Praaanggg"
Suara nyaring yang terdengar dari dapur, aku mengira bahwa dek Aisyah ada di dapur. Aku pun berjalan ke dapur, aku melihat wanita yang memakai gamis hijau tersebut berada di dapur. Aku mengiranya dia adalah dek Aisyah, karena terakhir kali aku melihat dek Aisyah dia sedang mengenakan gamis itu.
Aku pun memeluknya dari belakang, dek Aisyah sempat kaget karena aku memeluknya dari belakang.
"Dek, kamu dari mana aja? Mas kangen."
"Loh, mas Zarhan!"
Aku kaget mendengar suara wanita dari belakang aku mengenal suara wanita itu. Aku pun membalikkan badan dan.... Kalau itu Aisyah lalu yang aku peluk adalah.....
Aku membalikkan badan wanita yang tadinya aku peluk, seketika aku kaget.
"Ay-Ayila!"
"Gu-gus Zarhan" Ucap Ayila menunduk takut
Aku yang melihat ketakutannya pun memegang pundaknya.
"Kamu jangan takut, saya suami kamu. Jadi kalau saya memeluk kamu kamu jangan takut apalagi kaget." Ucapku
"Iya Ayila" balas Aisyah
"Aisyah kamu dari tadi kemana aja, mas nyariin kamu dari tadi." Tanyaku
"Afwan mas, tadi Aisyah mandi soalnya gerah banget. Hehe" ucap Aisyah
"Afwan Gus, Ning, ana mau ngambil gas sama gulanya tadi disuruh sama bibi." Ucap Ayila
"Eh, kok cepet banget sih kita aja belum ngobrol lama Lo" ucap lesu Aisyah
"Sekali lagi maaf, in syaa Allah lain waktu ana akan nyempatin waktu buat ngobrol sama Ning." Ucap Ayila
"Kamu kuat angkat gas itu sendiri?" Tanya Ning Aisyah
"In syaa Allah Ning" jawab Ayila
Ayila mengangkat gas dengan kedua tangannya, dan ternyata Ayila memang bisa mengangkatnya. Membuat Gus Zarhan dan Ning Aisyah Kaget.
"Kau memang istimewa Ayila, humairahku" batinku lalu tersenyum.
POV end
~~~~~~~~~
Makasih udah baca
Jangan lupa voteTanggal 04 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayila
General FictionNur Ayila khodijah Seorang santriwati dari pesantren Ar-Rahman. Dia sudah menjadi santri disana selama 3 tahun, setelah dia lulus di Tsanawiyah, dia yang memutuskan untuk melanjutkan menjadi santriwati di pesantren Ar-Rahman. Cerita ini bermula pad...