ES DOGER

0 0 0
                                    

⚘  ⚘
(◍•ᴗ•◍)

Tau es doger  'kan? Iya yang enak itu lho...

Angin malam berhembus terus-menerus membawa hawa dingin yang menyapu kulit saat berada di luar, sinar rembulan datang menyinari penjuru langit menggantikan matahari yang sudah bertugas pagi hingga sore. Waktunya bagi Angga untuk giliran ronda malam, jadi ia bersama seorang teman dan 2 bapak-bapak akan berkumpul sejenak ke pos ronda.

"Jadi, biar saya ama Dewa aja ya pak yang keliling? " tanya Angga pada pak Rezky dan pak Irvan yang sedang duduk di pos ronda. "Yaudah lah, biar gua ama Irpan yang tunggu disini" Angga menyerobot tangan Dewa yang bergerak lincah memainkan game mobil mejen/mobil lejen.

Bukannya jalan untuk keliling berpatroli, mereka berdua menaiki sepeda bmx sambil membawa sebuah senter. Angga yang menyetir, dan Dewa yang menyenteri jalan yang sesekali gelap sambil mengingatkan Angga untuk pergi menyisir kearah lainnya.

Ditengah patroli mereka yang harusnya serius, Angga malah mengebut'kan sepedanya dan berakibat Dewa yang terjungkal kaget. Tapi, mereka juga bisa lelah berpatroli sejak tadi dan akhirnya memutuskan untuk istirahat di sebuah gazebo depan pagar rumah warga.

Rasa haus menghampiri mereka berdua setelah berpatroli cukup lama. "Ngga, gua aus nih" adu Dewa sambil mengipas dirinya yang keringatan, walaupun suasana dingin entah kenapa mereka berdua bisa keringatan hingga kaus mereka mencetak aliran peluh mereka. "Sama, gua juga. " tak lama mereka berdialog seseorang dengan gerobaknya lewat.

Tukang es doger.

"Bang... Bang..... Aku tuku, ngelak wis-an" karena tukang es doger itu berbahasa Jawa, jadi semua pembelinya harus translate bahasa Jawa. "Piro dik? " Angga dan Dewa mengacungkan dua jari mereka masing-masing.

Tukang es doger mengangguk, "papat ya? " tanya tukang es doger itu. "Loro bang... Loro dudu' papat" hanya dua yang mereka inginkan tapi malah akan dibuatkan empat. "Oke siap dik" bang es doger mengacungkan jempol lalu memberikan mereka masing-masing satu cup es doger.

Tukang es doger juga merasa lelah lalu ikut duduk di gazebo warga. "Tumben, sampe bengi bang? " tanya Dewa karena sadar bahwa ini sudah pukul setengah 2 dan tukang es doger masih berkeliaran. "Arep mangkal, eh dalan ujung kono ditutup. Wes males puter balik, keliling kene ae. Biasane nek mangkal yah mene yo wes rame kok dik" Angga dan Dewa setia mendengarkan penjelasan dari tukang es doger itu.

Wajar kalau tukang es doger ini mangkal, karena gerobaknya di atas motor, diangkut maksudnya. "Ayo neng pos ronda ae bang mbaturi kene jogo pos ronda... Wes gilir keliling" Akhirnya Angga dan Dewa menaiki sepeda menuju pos ronda dengan tukang es doger menaiki motornya ke pos ronda.

Di perjalanan menuju pos ronda, Dewa mendengar sesuatu dari arah belakang mereka. "Bang disik o neng pos ronda, engko aku karo Angga tak nyusul! " teriak Dewa, tukang es doger pun menurut.

Angga heran dengan yang dikatakan oleh Dewa pada tukang es doger itu, memang ada apa sampai mereka harus menyusul. "Ada apaan Wa?" Dewa merogoh lipatan sarung yang dikalungkan Angga pada lehernya, "ada maling" Angga terdiam.

Dewa pun menghubungi pak Rezky dan pak Irvan yang kemungkinan masih menunggu mereka sampai di pos ronda menggunakan walkie-talkie yang digunakan para warga yang giliran ronda malam.

"Pak pukul kentongan nya, ada maling di jalan manggis. Rumah pak Irman" ucap Dewa, Angga nyimak •_•.

'Oke, lu berdua kesini aja. Biar gua ama si Irpan bunyiin kentongan trus kesana'

"Oke Pak! " teriak Angga karena Dewa tak lantas menjawab.

~'~'~'~

Angga dan Dewa sudah sampai dan kini sedang duduk di pos ronda ditemani tukang es doger yang masih stay di sini menemani mereka sementara, pak Rezky dan pak Irvan sedang menggebuki maling bersama para warga sekitar.

Tuk.. Tukk.. Tukkk..

Kentongan yang masih ada dan menggantung di salah satu tiang pos ronda berbunyi sendiri, pemukulnya ada di pegangan Angga dan ketika dilihat tak ada pergerakan dari kentongan itu.

"Bang es doger, siji meneh" ucap Angga, ia kembali kegerahan. Tukang es doger mengambilkan satu cup es doger dan menyerahkannya pada Angga dan ditariknya selembar uang 2 ribu dari jari Angga yang mengapit uang rupiahan itu.

Dukkk.....

Terdengar kembali suara misterius, kali ini adalah suara sesuatu yang jatuh dari atap pos ronda ke belakang tempat yang kini sedang disinggahi oleh 3 orang.

"Opo kui bang? " tanya Dewa, "ora eruh, ayo dik di delok disik" Angga dan Dewa pergi melihat apa yang ada di belakang pos ronda bersama dengan tukang es doger. Tak ada apapun disana hanya ada perkebunan kosong yang ditumbuhi rerumputan liar.

Sampai mereka bertiga membalikkan badan hendak kembali ke pos ronda, Tiba-tiba.....

"EMAKKKKK! "
"DUH GUSTI!! "
"BUNDAAAAAA! "

Teriakan random itu tercipta kala ketika pasang mata melihat sesuatu yang tak mereka harapkan muncul.

sesosok perempuan berbaju lusuh, berambut lurus sebahu, dengan bercak darah dimana-mana, air darah kental pun mengalir dari telinga sosok itu, dan yang paling menakutkan adalah sosok itu yang berjalan merangkak dengan bola mata putih sempurna dan kepala yang bisa berputar 360° bak burung hantu.

Tak lama mereka berteriak, Angga dan Dewa serta tukang es doger... Menaiki kendaraan mereka. Tukang es doger menancap gas full karena ketakutan, dan Angga menyetir sepedanya dengan Dewa di boncengan.

Dewa terus menepuk bahu Angga yang tengah mati-matian mengayuh  sepedanya sambil membonceng Dewa. Karena sosok itu merayap seperti sedang mengejar mereka, Dewa membaca Ayat kursi beserta Angga sendiri, sementara Angga mempercepat laju sepedanya itu.

Ini pukul 2 pagi.....

Tadinya, Dewa membaca ayat kursi sambil menyeruput es doger Angga yang tak terminum. Namun, tak sengaja cup es doger yang sudah habis pun jatuh terselip antara busi di ban sehingga menimbulkan suara yang cukup mengganggu pendengaran. Karena suara itu pula, sosok yang tadinya mengikuti mereka, sekarang pergi sudah.

Kedua pemuda itu menghembuskan nafas panjang, "selamet kita berdua Wa" ucap Angga, mereka berhenti sejenak untuk menetralkan nafas yang ngos-ngosan. "Iya Ngga, eh tapi begimana ama bang es doger? " mereka baru mengingat kalau mereka dan tukang es doger mengambil dua arah yang berbeda tadi.

In sisi lain.. .

Tukang es doger menancap gasnya walau sudah ada di  jalan raya tapi sosok itu masih tetap mengikutinya setelah mengikuti Angga dan Dewa. Anehnya, sosok itu terus bergumam "gracias" apakah sosok ini hantu imigran?. Sementara si tukang es doger mengatakan, "Gusti Allah, kulo nyuwun slamet" itulah kira-kira yang diucapkan oleh tukang es doger di saat genting yang ia rasakan.

Tin.. Tinnn... Gubrakkk

Fokusnya pada sosok itu, membawanya pada petaka yang tak diduga dan tak disangka. Tergelincirnya motor itu beserta tukang es doger kedalam jurang. Evakuasi pun dimulai beberapa waktu kemudian.

Tukang es doger itu tewas karena tergelincir masuk kedalam jurang. Badannya utuh namun kepalanya remuk karena terjepit motor serta terhantam bebatuan. Sosok itu menghantui hingga menyebabkan kecelakaan pada tukang es doger.

Part 15 selesoy...

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang