LILEO & KISAH HORRORNYA #2

0 0 0
                                    

ꪉ ꪉ
(◍•ᴗ•◍)

Setelah pertemuannya dengan Anggi di rumah horror itu, 1 setengah bulan kemudian, babang Lileo menikahi Angin atas perasaannya sendiri dan juga desakan dari Cianika. Rencananya hari ini mereka akan berkemah di kawasan pantai, di pulau pribadi yang di beli oleh si Galileo Thafandrea untuk mendiang istrinya tepat 3 tahun yang lalu.

"Nda, Cia mau cake" Anggi mengulur sebuah cake rasa coklat pada Cianika yang sedang duduk tenang di ruang tamu villa. Ia menyuapkan cake itu pada putrinya "Ayah mu mana Cia? . " Cianika menoleh kanan kiri, seperti mencari ayahnya.

Jari mungilnya menunjuk ke arah kamar, ber'isyarat pada ibunya untuk menunjukkan di mana keberadaan sangat ayah. "Ayah ada di kamar?. " Cianika mengangguk, gadis mungil itu memiliki mata batin yang terbuka sejak bertemu Anggi.

Anggi berdiri dan berjalan menuju kamar, membuka pintu kamar lalu berteriak. "BANGUN! JANGAN TIDUR TERUS KAMU MAU CIA NANTI JUGA TIDUR TERUS, NANTI SUAMINYA MARAH GIMANA HAH! BANGUN. " Anggi berteriak pada Lileo.

Lileo tidur di atas ranjang dengan pose yang sama sekali tidak estetik, seharian tidur sejak pagi seperti bapak-bapak FB yang tanpa pekerjaan dengan seribu jokes membagongkan nya.

"BANGUN! " Anggi menjewer telinga Lileo dengan kuat, hingga suaminya itu melek dan menariknya. "Aku masih mengantuk sayang. " malah curhat ni bapak-bapak.

"Ayah di bawah kakimu ada sesuatu yang matanya belwalna melah, dia mengelus kakimu sambil mengelualkan giginya. " Cianika dengan langkah kecil berjalan ke kamar ayahnya, dan menunjukkan apa yang ia lihat di kaki ayahnya.

Sontak Lileo menarik kuat kakinya, namun kakinya juga ditarik dari bawah hingga sulit ditarik oleh Lileo sendiri. Anggi tak tinggal diam, wanita yang kini adalah ibu rumah tangga ini, kemudian membacakan ayat kursi. Kaki Lileo pun dapat di tarik lagi.

Manusia yang tadinya duda itu langsung menghembus nafas lega, syukur saja istrinya hafal ayat kursi. Cianika menyusul kedua orang tuanya ke atas ranjang, ia mengelus rambut bonekanya penuh penekanan.

"Cia, jangan mengelus bonekanya begitu. Nanti rambutnya rusak. " Anggi menasihati putrinya, Cianika memasang wajah garang sembari menatap jendela kamarnya. "Pelgi." gadis kecil itu berucap dengan kobaran amarahnya.

"Cia bilang pelgi!. " Cianika membentak-bentak, tatapan matanya sungguh tajam. Anggi dan Lileo kira, Cianika mengatakan hal itu pada mereka berdua namun mereka salah. "Ayah, Nda, mahluk itu udah pelgi." Cianika menunjukkan sederet gigi susu nya yang masih mungil mengkilat.

Lileo menghembuskan nafasnya pasrah, kemudian ia menelfon pengurus villa.

"Bisa datang ke sini bu?. "

'Baik Pak, saya akan ke sana. '

"Baik terimakasih. "

Ia menutup telfon itu, ia akan menemui Bu Trixie salah satu dari sekian banyak penghuni pulau. Ia adalah satu-satunya manusia yang tinggal dan mengurus villa ini, hanya dia manusia di pulau ini.

Wanita 26 tahun dengan nama lengkap Trixie Felisha itu adalah pengurus villa, sekaligus ahli supranatural yang di kenal Lileo selain istrinya--Anggi. Cianika juga mengalami kejadian mengerikan, ia kerap berbicara pada angin, ia bisa melihat mahluk tak kasat mata namun tanpa adanya ketakutan.

Jujur saja Cianika adalah gadis kecil yang cukup berani untuk tidak menangis ketika melihat sosok-sosok mengerikan itu, bahkan ketika menonton film horror pun ia tidak takut. Menonton vidio Nadia Omara saja ia berani sendirian, jadi untuk melihat mahluk semacam itu bukan hal yang jarang terjadi bagi Cianika.

Setelah sekitar setengah jam menunggu, akhirnya Trixie datang. Sesosok wanita berambut hitam kecoklatan yang lurus, badan ideal, kulit eksotis, dan wajah yang cukup cantik bak peri dunia dongeng. "Masuk lah Trixie. " Anggi mempersilahkan Trixie masuk. "Terimakasih teman lama. " dulunya Trixie dan Anggi adalah teman satu komplek, namun Trixie memutuskan untuk pindah dan menetap di pulau ini.

"Bibi Tlixie, Cia melihat mahluk itu melangkak ke atas kepalamu. " Cianika melihat sesosok wanita berkulit pucat, berambut lurus, berbadan kurus kering , dengan keadaan basah merangkak menaiki kepala Trixie. "Kami juga melihatnya, Cia. " Ucap Anggi dan Trixie bersamaan.

Apa hanya Lileo saja yang tidak bisa melihatnya?. "Dia itu teman bibi Trixie, dia tidak akan melukai nya. " Anggi mencoba menjelaskan pada Cianika.

Cianika mengangguk paham, kemudian mengulur tangannya me mahluk itu. "Apa kamu mau belteman dengan Cia juga?. " sungguh berani Cianika itu, ia malah mengajak mahluk itu berteman. Mahluk itu menjabat tangan Cianika sebagai persetujuan "kenalkan namanya Maya. " kata Trixie nama mahluk itu adalah Maya.

Maya menatap lekat boneka yang di pegang oleh Cianika "Cia, apa Maya boleh meminjam boneka mu?" tanya Trixie, Cianika memberikan bonekanya pada Maya. Yang Lileo lihat hanyalah boneka yang sedang melayang, ia bergidik ngeri saat putri dan istrinya malah akrab dengan mahluk itu.

Cianika dan Maya pun duduk di lantai sembari bermain bersama-sama, sementara Anggi dan Trixie menghampiri Lileo yang kebingungan. "Mau di buka mata batin mu, sayang? " Lileo langsung menggeleng. Kenapa ia dikelilingi orang dengan kondisi mata batin terbuka.

"Telusuri mahluk yang ada di sini, istriku sedang mengandung 2 minggu, aku tidak mau kandungannya terganggu. Hanya karena menerawang dan mencari mahluk tadi. " Trixie mengerti setelah Lileo menceritakan semua hal yang tadinya terjadi di sini.

Wanita itu mulai menerawang seluruh villa, dengan mata tertutup ia berucap "mahluk itu ada di kamar Cianika, dia merubah wujudnya menjadi Cianika sembari tidur di ranjang kecil putrimu. " tenaga Trixie terkuras habis hanya untuk menerawang seluruh villa, ini akibatnya karena ia jarang berlatih menerawang lagi, dulunya bahkan ia bisa menerawang satu negara.

Anggi berlari ke kamar Cianika disusul oleh Lileo yang khawatir dengan kandungan istrinya, Trixie pun ikut berlari ke sana. Namun Cianika yang asli sudah ada di kamar itu dengan Maya--si hantu basah merayap, berdiri tegak sembari menatap mahluk yang sedang tertidur piala di ranjang nya.

Tapi si mahluk bangun dan tau kalau Cianika dan Maya menatapnya, ia kemudian menghilang tanpa jejak. Lileo, Anggi, dan Trixie sudah bingung mau bagaimana lagi mencari mahluk itu. Sementara energi Trixie habis, dan tidak mungkin meminta Anggi yang sedang mengandung untuk menerawang.

Akhirnya Lileo melihat putrinya yang berdiri di samping Maya, mengarahkan tangan kanan nya ke depan dan memejamkan mata.

"Kolam lenang. " dengan dirinya yang masih cadel, Cianika menerawang sembari mengatakan lokasi mahluk itu. Walau villa ini ada di sebuah pulau pribadi dekat pantai, namun Lileo memilih untuk membangun kolam renang, mencegah kemungkinan putrinya tenggelam jika berenang di laut.

Gadis kecil itu berlari bersama Maya ke kolam renang, Trixie dan orang tua nya belum menyusul. Sampai beberapa menit, para orang dewasa itu akhirnya datang juga.

"Ayah, kata mahluk itu, dia ingin berictilahat di pohon cepelti biasanya. Tapi pohon pohon banyak di tebang,.. " belum selesai berbicara tapi Cianika menangis, ia menangis sekencang-kencang nya. Mahluk itu memeluk Cianika, disaksikan oleh Maya yang kesal dengan mahluk itu.

Cianika itu pemberani, tetapi tetap saja ia seperti anak kecil lainnya. Ia tidak suka energi negatif dari mahluk semacam itu, ya kecuali Maya sih. Trixie membacakan ayat kursi, dan mahluk itu pergi meninggalkan Cianika yang segera di raih oleh Lileo.

Karena urusannya sudah selesai, dengan Lileo menghubungi penebang pohonnya untuk berhenti. Trixie pergi pulang, bersama dengan Maya yang naik ke atas pundaknya. Namun belum terlalu jauh, Cianika menangis lagi, kali ini ia menangis lebih kencang dari sebelumnya.

"M-may-ya... Hikss. " gadis kecil itu sesenggukan dan mengharapkan Maya si hantu basah merayap bisa terus bersama dirinya. Dengan persetujuan Trixie, Maya pun tinggal bersama dengan Cianika dan orang tuanya.

Cianika senang bisa bermain dengan Maya setiap saat, hingga.....

Lileo beserta keluarga harus segera pergi kembali ke kota meninggalkan pulau, Cianika ingin membawa Maya juga. Tapi Maya adalah hantu yang terikat dengan pulau ini, ia tidak bisa meninggalkan pulau ini.

Part 24 selesoy...

Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang