༅ ༅
(◍•ᴗ•◍)Seorang ibu bergerak telaten mengepang rambut putrinya yang baru saja selesai mandi, gadis kecil itu bergaun kuning lemon disertai dengan rambut nya yang dikepang kiri kanan bawah yang ujungnya dipasangi pita merah oleh ibunya. Manis di wajahnya bertambah karena senyum cerianya dan juga poni yang menutupi dahinya.
Namanya adalah Cloud, gadis kecil yang terlahir sebagai pemilik mata batin yang terbuka. Cloud kerap kali melihat wujud para setan bahkan para khodam seseorang, namun sikapnya biasa saja dan malah terbiasa ramah pada golongan sejenis mereka.
Cloud tak memiliki teman sejak kecil hal itu dikarenakan keistimewaan yang ia miliki itu. Setelah dirapikan oleh ibunya, Cloud bermain di taman sekitar rumahnya--sendirian seperti biasanya. Cloud menaiki ayunan kayu dan memilih untuk tak mengayunkan ayunan yang ia tumpangi.
Tanpa tenaga untuk mengayunkan nya, ayunan itu berayun sendiri yang membuat tubuh si indigo kecil Cloud pun naik turun karena duduk di ayunan itu. Cloud tau siapa yang mengayunnya, yang mengayunnya adalah seorang arwah wanita cantik mulus bergaun putih berambut se-punggung yang menemani Cloud dimanapun.
"Mita kesini lagi? " arwah yang diketahui bernama Mita itu mengangguk pada Cloud, "Cloud punya Mita, tapi Cloud juga pengen temen manusia" tangan Mita yang hampir transparan mengelus rambut Cloud dengan lembutnya.
Mita duduk di ayunan sebelah yang tidak digunakan oleh Cloud, tangan kecil Cloud memegang erat tali ayunan yang ia duduki saat ini dengan kepala menunduk. Bukan tak mensyukuri Mita dan beberapa arwah lainnya yang menemaninya, tapi Cloud ingin merasakan teman manusia juga.
Seseorang menyodorkan tangannya seperti hendak mengajak Cloud berkenalan, Cloud pun mendongak dan melihat seorang anak laki-laki sepantaran nya. "Halo namaku Frost, nama kamu siapa? " Cloud menjabat tangan Frost di anak kecil sepantaran nya itu.
Sambil tersenyum manis Cloud berkata, "namaku Cloud, salam kenal ya". Mereka pun menjadi teman sambil Mita mengawasi kedua anak kecil itu dari atas ayunan.
"Frost, sebenarnya aku bisa lihat hantu dan semacamnya... Kamu masih mau temenan sama aku 'kan? " baru pertama menemukan sahabat manusia membuat Cloud sangat khawatir akan hal ini. Frost tersenyum lembut pada Cloud, "aku juga bisa kok" Cloud sempat heran dengan jawaban yang diberikan Frost.
Ia memiringkan kepalanya menandakan tak mengerti dengan jawaban itu, "kamu bisa lihat mereka, dan aku juga bisa liat mereka. Contohnya teman kamu itu" sambung Frost sambil menunjuk kearah ayunan yang dipakai oleh Mita untuk mengawasi mereka berdua.
"Jadi kamu bisa liat Mita?" Frost mengangguk semangat, Cloud tersenyum lebar karena ia tahu bahwa kali ini ia akan terus memiliki teman untuk selamanya yaitu Frost. "Aku anak yang baru pindah kesini dan aku juga dari dulu nggak punya temen karena bisa liat mereka" nasib Cloud dan juga Frost sama saja ternyata.
Mita menyaksikan mereka berdua, "Cloud, Frost... Kalian berdua jangan pisah ya" kedua anak kecil itu pun kebingungan dengan pesan yang diutarakan Mita. Tak lama setelah pesan itu, Mita hilang entah kemana.
Keduanya tak bisa berkata-kata lagi setelah kepergian Mita. "Cloud, dibelakang kamu" ucap Frost, itu karena ia menatap ke belakang badan Cloud.
Cloud juga menampakan aura intimidasi nya sembari menatap ke belakang tubuh Frost. "Kita hitung sama-sama" kedua anak kecil itu sambil bergandengan tangan dan menatap satu sama lain. "Satu... Dua... TIGAA! " mereka berdua menarik tubuh mereka kebawah dan membiarkan kedua sosok dibelakang mereka saling bertengkar.
Pada awalnya, Frost melihat arwah penasaran penuh dendam di belakang Cloud yang etah kenapa mengincar Cloud. Dan Cloud melihat kunti merah dibelakang Frost yang juga entah mengapa mengincarnya.
Saat mereka menarik tubuh kebawah, kedua hantu itu bertabrakan dan saling bertengkar karena kesal. Dengan kesempatan itu, Frost dan Cloud melarikan diri dari kedua hantu tak jelas itu.
Karena pertemanan mereka dan juga karena pesan terakhir Mita... Keduanya pun menjalin persahabatan hingga menduduki bangku sekolah menengah atas. Mereka memiliki tiga teman, yaitu Snow... Ice... Dan Rain.
"Rain, disamping mu. Turun saat hitungan ketiga" Rain di gadis yang cukup ahli dalam insting mistis kini tak bisa mendeteksi energi yang ada di sampingnya. Ada seorang arwah gadis kecil yang mencari ibunya, secara kebetulan wajah Rain mirip dengan ibunya.
Tangan arwah itu membawa pisau, ia mencari ibunya karena dendam semasa hidup. Walaupun pisau itu ghaib tapi efeknya itu nyata dan sama seperti umumnya. Bahkan saat pembangunan sekolah mereka, ada arwah yang membantu menyemen bata untuk disusun juga membantu mengaduk semen dengan cara manual selain itu, pasir yang diberikan olehnya pun berkurang.
Sesat kemudian arwah anak kecil itu pergi meninggalkan kelima pemuda itu. "Ice deteksi dia" arahan Cloud membuat Ice si pemilik iris biru langit seketika menutup matanya seakan menerawang sesuatu.
Yang dimaksudkan oleh Cloud adalah sosok ular raksasa yang mengobrak-abrik kelas seusai jam pelajaran ketika para siswa-siswi serta guru kembali ke rumah. Dan itu membuat seisi sekolah menjadi resah. "Atap... Sedang tidur" Snow tertawa keras karena jawaban itu, "bwahahaha, setan bisa tidur" pemuda itu bisa membaca pikiran orang jika mau dan melepas keterkaitan suatu sosok.
Tapi ia sangat malas jika diminta untuk membaca pikiran ya tentu karena ia memerlukan tenaga juga lah pastinya. Mereka berlima adalah suatu kelompok yang bagus.
Frost dan Cloud bisa melihat sejenis mereka, Rain memiliki insting tajam terhadap keberadaan suatu hal semacam itu, Ice bisa menerawang sesuatu semacamnya, dan Snow bisa membaca pikiran serta melepas keterkaitan mereka dengan seseorang.
In syaa Allah, kalau saya minat bakal ngetik fiksi Cloud dkk... Kalau minat aja sih, kalau enggak ya nggak ngetik.
Part 16 selesoy...
KAMU SEDANG MEMBACA
Random Story
RandomWkwkwk Disini adalah tempat fiksi pendek yang genrenya berbeda setiap part. Bisa apa aja termasuk pengalaman pribadi/nyata. Kebanyakan horror mungkin atau ngakak. Semoga terhibur. (๑'•.̫ • '๑) Happy reading... Siap tempur!.....