Chapter 05

302 15 1
                                    

Sepulangnya mereka dari pesta bukannya istirahat malah dapat kabar kalau Bulania dilarikan ke rumah sakit karena kecelakaan sore tadi. Bumi terlihat panik karena mengkhawatirkan keadaan Bundanya. Bumi pun melajukan mobilnya menuju Rumah sakit Harapan Hati bersama Aletta.

Sesampainya di sana dengan tergesa Bumi menuju kamar 206 yang berada di lantai 2, tempat Mamahnya di rawat.

" Kak Bumi" Jema menangis sambil memeluk Bumi dengan erat.

" Apa yang terjadi?" Tanya Bumi.

" Tante Bulan di tabrak sama motor, terus motornya langsung pergi gitu aja gak mau tanggung jawab" jawab Meta.

" Yang lain di mana?" Tanya Bumi yang tidak melihat satu anggota keluarga pun di sana.

" Mamah sama yang lain sedang mencari pendonor darah yang mau donorin darahnya buat Tante Bulan. Stok darah di sini habis Kak," jawab Meta.

" Memangnya apa golongan darahnya?" Tanya Bumi yang memang tidak tau golongan darah Bulania meskipun ia adalah ibundanya.

" Darahnya AB +" jawab Jema.

Bumi dan Aletta pun masuk ke dalam ruangan tempat Bundanya di rawat, terdengar hening hanya ada suara monitor yang berdenyit.

Bumi langsung memeluk Bundanya yang masih terpejam, Bumi tidak bisa membayangkan jika dirinya harus merasa kehilangan lagi setelah ia kehilangan Papahnya. Aletta mendekat kearah Bumi berniat mengusap kepala Cowok itu namun ia mengurungkan niatnya lagi karena takut Bumi merasa risih dan marah.

Aletta keluar dari ruangan itu, ia tidak tega jika melihat Bunda mertuanya terbujur lemas di kasur rumah sakit. Hal itu mengingatkan ia akan Bundanya dulu yang juga sempat sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal dirinya untuk selamanya.

" Baju lo steril gak tuh, berani banget masuk ke dalam." celetuk Jema, namun Aletta mencoba untuk tidak menghiraukan. Ia memilih pergi dari sana daripada menambah rumit suasana hati mereka.

" Gak tau di untung," nyinyir Jema yang sangat-sangat tidak suka kepada Aletta.

Bumi pun keluar dari ruangan tempat Bundanya di rawat dengan raut wajah frustasi.

" Di mana Aletta?" Tanya Bumi.

" Kabur gak tau ke mana." jawab Jema malas jika harus membahas tentang gadis itu.

" Sial" batin Bumi sambil mengepalkan tangannya menahan kesal, karena di situasi seperti ini gadis itu malah pergi begitu saja.

Beberapa menit kemudian seorang Dokter berkacamata hitam pun datang menghampiri mereka.

" Kepada keluarga Ibu Bulania?" Tanya Dokter berkacamata itu.

" Saya anaknya Dok," jawab Bumi yang langsung menghampiri si Dokter.

" Begini, ada seseorang yang mau mendonorkan darahnya untuk Ibu anda." Jawab sang Dokter yang membuat Bumi bisa bernapas lega mendengar kalau ada orang baik yang bersedia mendonorkan darah untuk Mamahnya.

" Boleh saya tau siapa orangnya Dok?" Tanya Bumi yang ingin membalas kebaikan si pendonor.

***

" Jangan banyak bergerak dulu ya kak," perintah sang suster yang menyuruh Aletta untuk tetap diam.

Aletta menatap wajah Bulania yang berada tepat di sampingnya.

" Bunda ... Sebenarnya Aletta takut sama jarum, tapi Aletta paksain supaya Bunda bisa sembuh." Batin Aletta yang mencoba untuk melupakan kejadian tadi saat ia mendonorkan darahnya untuk Bulania.

" Tolong rahasiakan ini dari siapapun ya Dok!" Pinta Aletta kepada sang Dokter dengan wajah sedikit pucat.

" Bukankah akan lebih bagus jika keluarga korban tau siapa yang telah mendonorkan darah untuk korban?"

Perfact Tonight ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang