Chapter 08

333 12 1
                                    

Terkadang mereka tidak sadar kalau perkataan mereka sudah menghancurkan harapan seseorang.

***

Beberapa hari kemudian Aletta sudah siap dengan memakai kemeja biru pastel dan rok putih selutut.
Aletta menatap pantulan dirinya melalui cermin, terlihat cantik dan elegan.

Setelah itu ia pun berjalan keluar menghampiri Bumi yang sudah menunggunya di mobil.

" Lama," sindir Bumi sambil memasang seltbat nya disusul oleh Aletta.

Aletta menatap Bumi dengan sekilas ia mengagumi ketampanan yang dimiliki oleh suaminya. Entah keberuntungan atau kesialan karena ia bisa menikah dengan Pria setampan Bumi.

" Ada apa?" Tanya Bumi saat merasa diperhatikan oleh orang yang ada di sebelahnya. Aletta menggeleng sebagai jawaban kemudian ia pun tersenyum.

" Gadis aneh" batin Bumi.

" Bumi. Malam ini kan sahabat aku tunangan, kamu mau gak nemenin aku datang ke pestanya?" Tanya Aletta berharap Bumi mau menyetujui permintaannya.

" Tidak" jawab Bumi singkat ia masih fokus menyetir mobilnya.

" ... "

Aletta menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil sambil membuang napasnya gusar. Ia terpaksa meminta Bumi untuk menemaninya, sebab di surat undangannya tertulis 'wajib membawa pasangan. Sebenarnya hal itu membebaninya, namun Aletta akan terus mencoba membujuk Bumi agar dirinya mau menemani Aletta untuk datang ke pesta itu.

" Sepertinya akan turun hujan, apa kau membawa payung?" Ucap Bumi sambil menatap keluar jendela. Tak lama berselang benar saja, hujan pun turun dengan deras dan untungnya mereka masih berada di dalam mobil.

" ... "

Aletta tak menghiraukan ucapan Bumi, ia masih kesal karena Bumi sudah menolak ajakannya, ia lebih memilih menatap jalanan dari balik jendela.

" Berani sekali tidak menjawab ku?"

" Beranilah, lagian suruh siapa nolak ajakan aku udah tau Bella sahabat aku , masa iya aku gak datang ke pestanya." Jawab Aletta dalam hati.

" Apa kau ingin saya turunkan di sini, hm?" Tanya Bumi terdengar seperti ancaman.

" Yaudah turunin aja, aku masih punya kaki untuk berjalan." Jawab Aletta memberanikan diri menjawab Bumi, ia terbawa emosi karena Bumi suka sekali mengancamnya.

Bumi memberhentikan mobilnya di pinggir halte, Aletta yang paham tanpa disuruh pun segera turun dari mobil tersebut tetapi beberapa detik kemudian Bumi malah berteriak kepadanya.

" TIDAK ADA YANG MENYURUH MU TURUN ALETTA!!!" Bentak Bumi yang membuat Aletta kembali duduk di kursinya dengan perasaan takut.

Bumi tampak menarik napasnya kemudian membuangnya gusar, ia benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran gadis itu. Bisa-bisanya ia mau turun di tengah hujan deras seperti saat ini.

" Bukannya tadi kau mengancam akan menurunkan ku? Mengapa sekarang malah melarang?" Tanya Aletta dengan tangan yang disilangkan di depan dadanya. Bumi benar-benar tidak mudah untuk ditebak, Cowok itu selalu memiliki cara untuk membuatnya salah dalam hal menebak.

Tanpa menjawab apapun lagi Bumi pun turun dari mobilnya sedangkan Aletta hanya bisa menggerutu sebal.

" Dasar temperamental, gitu aja marah,"

" Kan bisa dia bilangin nya baik-baik gak usah pake bentak-bentak segala."

Tak lama berselang Bumi kembali masuk ke dalam mobilnya sambil membawa payung yang baru saja ia beli di toko kelontong terdekat. Menatap Aletta sekilas kemudian ia pun kembali fokus menyetir mobilnya.

Perfact Tonight ( ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang