HAPPY READINGSudah lima hari ini Aksa belum sadarkan diri, cowok itu masih setia terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Kini di depan ruangan Aksa terdapat kedua belah pihak, keluarga Aksa dan pastinya mamanya Kiara.
"Maafin Kiara ya, tante" ujar gadis itu menunduk, ia tak berani menatap Gina.
"Buat apa?" tanya Gina heran.
Kiara terdiam sejenak, gadis itu mulai menggenggam tangan Gina erat.
"Seharusnya aku cegah Aksa agar tidak bertemu, kia" jeda Kiara "Karena aku, Aksa jadi celaka" lanjut gadis itu yang kini mulai meneteskan air mata.
Gina membawa tubuh Kiara agar mendekat, ia mulai memeluk Kiara. Gina tau bahwa saat ini gadis yang ada di pelukannya kini tengah terpukul atas kejadian yang menimpa Aksa, begitu pula dengan dirinya, sangat terpukul saat melihat sang anak tengah terbaring lemah tak berdaya.
Gina mengelus surai rambut Kiara lembut, ia mulai membisikkan kata penenang. Namun bisikan itu masih bisa terdengar oleh Winda maupun Adam.
"Ini bukan salah kamu, jangan sering-sering menyalahkan diri sendiri" jeda Gina "Kalau Aksa melihat ini, pasti dia akan ikut sedih" lanjut Gina.
Winda tersenyum manis, ia senang masih ada orang yang sayang dengan anaknya, selepas hubungannya dengan papanya yang renggang, ternyata masih ada orang-orang baik yang selalu sayang terhadap anaknya.
Tak lama dokter datang, dokter meminta izin untuk masuk. Lama dokter di dalam, beberapa menit kemudian dokter itupun keluar.
"Dengan bapak Adam" tanya dokter.
"Iya saya, Adam"
"Baiklah, bapak silahkan ikut saya"
Sebelum dokter itu pergi, Kiara menghentikan langkah dokter tersebut.
"Emm.. Maaf dok, boleh saya masuk?" tanya Kiara sopan.
"Tentu boleh.. Tapi hanya bisa sebentar"
Kiara hanya mengangguk paham, dokter tersebut mulai berjalan menuju ruangannya dengan di ikuti Adam dari belakang.
"Tan, mah. Kia, ijin masuk dulu ya" izin kiara.
Winda dan Gina hanya mengangguk, tak butuh waktu lama kiara masuk ke dalam ruangan.
Tak lupa ia memakai baju hijau yang memang sudah di siapkan oleh pihak rumah sakit, pemandangan pertama yang gadis itu lihat adalah Aksa.
Hatinya seperti di tusuk benda tajam, sakit sangat sakit. Dia tidak bisa melihat Aksa seperti ini, biasanya cowok itu selalu tersenyum ke arahnya dan selalu jahil padanya.
Tapi sekarang, hanya ada sosok laki-laki terbaring lemah dengan selang infus yang rertancap di tangan kanannya, tak lupa dengan selang oksigen yang berada di hidungnya.
Kiara mulai mengambil duduk di kursi yang berada di samping ranjang, ia menatap Aksa sendu.
"Pasti sakit ya" jeda Kiara "Bangun yuk.. Katanya mau ngasih kejutan, mana? lo malah ngasih kejutan yang bikin gue takut" ujar Kiara dengan senyum getirnya.
Ruangan yang tadi nya bising dengan alat Elektrokardiograf, kini mulai terdengar isak demi isakan.
Kiara mulai menggenggam tangan Aksa pelan, tangan kirinya mulai terangkat untuk mengelus surai rambut cowok itu lembut.
"Gue mohon bangun.. Gue kangen senyum lo, gue kangen kejahilan lo, gue kangen suara lo"
"Lo mau lihat gue jadi dokter kan, lo harus bangun.. Sampai lo denger kata Gadis bernama Kiara Mackenzie itu sekarang adalah dokter cantik milik Aksa Delvin Arion"
KAMU SEDANG MEMBACA
KIARA [END]
Short Story"Ra, are you okey?" tanya Aksa. "I'm fine" "Gak usah bohong, maaf kalau kesannya gak sopan" jeda Aksa "tadi gue sempet denger kata-kata bokap lo". "Udah biasa kok" "Kalau mau nangis.. Nangis aja, ra" jeda Aksa "lo anak baik, lo udah berusaha. Janga...