16

383 43 8
                                    

"Apa yang kau fikirkan, kau tidak bahagia sudah membalas sebin?" Jehyun bertanya kepada yechan, pasalnya yechan sedari tadi hanya terdiam menatap keluar jendela mobil.

"Aku tidak memikirkan sebin."

"Lalu, kau memikirkan dia? Jaehan?"

Yechan menoleh, hanya senyum tipis yang diberikan.

"Yechan, apa kau percaya pada sebuah keajaiban dan takdir? Percayalah mungkin saja jaehan salah satu dari 2 hal itu."

Kini senyum yechan mengembang. Mengusak surai jehyun pelan.

"Kita akan kemana jehyun? Sepertinya ini sudah keluar dari Seoul."

"Sudah hampir Sampai tapi kau baru bertanya."

Mereka akhirnya sampai disebuah yayasan taman anak anak.

"Ini adalah salah satu yayasan yang aku kelola."

"Aku tidak menyangka, kau sudah sangat dewasa sekarang."

"Tentu,kau yang tidak tau yechan."

Mereka disambut ketua yayasan itu dan berkeliling melihat bagaimana guru dan anak anak berinteraksi.
Hanya senyum yang terlihat dari yechan dan jehyun.

"Paman tampan.!" Suara teriakan membuat mereka berhenti dan menoleh ke asal suara.

Taehyun berlari menuju yechan. Yechan tentu saja ingat siapa anak kecil ini.
Anak kecil yang sudah berminggu-minggu mengganggu fikirannya.
Menyambut Taehyun yang berlari ke arahnya. Membawa Taehyun dalam dekapannya.
Jehyun dan semua orang terheran atas apa yang mereka liat.

"Taehyun itu tidak sopan." Tegur pengurus yayasan yang bersama mereka.

"Biarkan saja, ini bukan masalah." Yechan menjawab dengan senyuman.

"Kau mengenalnya? Bagaimana bisa yechan?"

Tidak menjawab pertanyaan jehyun, yechan lebih memilih berbicara dengan Taehyun. Membuat semua orang disana terheran. Mereka berdua layaknya ayah dan anak. Kini bukan pengurus yayasan yang membawa yechan jehyun berkeliling melainkan Taehyun.
Taehyun sangat pandai berbicara dan menjelaskan setiap ruangan yang mereka lewati. Tak urung itu membuat yechan tidak bisa untuk tidak tersenyum dan sesekali mencium pipinya.
Senyum juga tidak luntur dari bibir jehyun. Sudah sangat lama dia tidak melihat yechan sebahagia ini.
Tidak terasa waktu yang mereka habiskan sudah cukup lama. Kini saatnya anak anak menyudahi sekolah.
Yechan ingin sekali mengantar Taehyun pulang. Tapi Taehyun menolaknya dan berkata bahwa papi nya akan menjemput, karena mereka sudah berjanji untuk makan es krim setelah pulang sekolah. Dan berakhir yechan jehyun menemani Taehyun sampai papi nya datang. Sambil bercerita mereka menunggu di hall sekolah.

"Papi !!" Taehyun berteriak dan melambaikan tangan pada jaehan yang tengah sedikit berlari menghampiri Taehyun.

Yechan menoleh kini jantungnya seakan terhenti setelah melihat sosok yang berlari kearahnya adalah Jaehan.
Tidak berbeda, jaehan terhenti dalam langkahnya. Terpaku tidak bergerak melihat Taehyun berada dalam pangkuan yechan.

Taehyun berlari menghampiri jaehan. Menarik tangan jaehan namun jaehan tidak bergerak sama sekali. Membuat Taehyun sedikit merengek. Pasalnya Taehyun ingin membawa jaehan mendekat dan bertemu dengan paman tampan yang selalu dia bicarakan.
Yechan paham, yechan mendekat ke arah jaehan.
Berhenti tepat di hadapan jaehan.
Keduanya terdiam. Tapi tidak dengan air mata yang tiba tiba jatuh dari keduanya.

"Papi kenapa menangis?" Tanya Taehyun berkali-kali,tangannya terulur mencoba meraih pipi jaehan.
Jaehan yang tersadar dengan cepat mengusapnya. Mengatur nafas agar dapat berbicara.
Jaehan membungkuk. Tersenyum cerah pada malaikat kecilnya.

"Tidak. Papi tidak menangis. Ayo pergi. Kita sudah berjanji untuk makan eskrim."

Taehyun mengangguk.
"Papi, apa kita boleh mengajak paman tampan?"

"Paman tampan akan pergi bekerja, kita tidak boleh mengganggu. Dan papi hanya ingin berdua bersama Taehyun papi." Ucap Jaehan dengan nada sedikit merengek dan mengerucutkan bibirnya. Begitu cara jaehan jika merayu Taehyun kecil. Cara yang selalu berhasil karena Taehyun tidak pernah bisa melihat papi nya bersedih.

"Baiklah papi. Paman tampan Taehyun pergi bersama papi dulu ya, nanti kita bertemu lagi dan makan eskrim sama sama." Taehyun mendongak, tersenyum pada yechan.

Hanya senyum dan sebuah tepukan pada kepala Taehyun yang yechan berikan. Bibirnya kelu tidak mampu mengucapkan apapun.
Taehyun menjauh dan melambaikan tangannya pada yechan, jaehan mengandeng Taehyun dan berjalan tanpa menoleh sama sekali.
Yechan ingin mengejar mereka berdua. Tapi jehyun memegangi nya.

"Biarkan mereka pergi yechan. Jangan terburu buru. Itu tidak akan baik."

Taehyun merosot. Terduduk di lantai. Pecah sudah tangisnya kini. Tangis tanpa mampu mengatakan apapun. Rasa nya sangat sakit dan rindu yang bercampur jadi satu.
Jehyun mendekap yechan. Memberikan pelukan dan menepuk-nepuk punggung yechan guna memberikan sedikit ketenangan.

***
Jaehan kini sudah berada dalam kamarnya. Terduduk di tepi ranjang. Menekuk lutut dan menepuk-nepuk dadanya yang terasa sangat sesak.
Air matanya pun tumpah setelah susah payah menahan dihadapan putranya.
Beruntung Luzi berada dirumah. Memintanya untuk mengurus Taehyun.

Hari yang sudah berganti malam.
Hangyeom dengan sabar mengetuk pintu jaehan berkali-kali menunggu dengan sabar Jaehan membukanya.
Gyeom baru kembali ke rumah. Tentu saja Luzi menceritakan keadaan jaehan yang sudah menagis dan tidak keluar dari kamar.
Luzi juga tidak tau menahu apa yang terjadi membuat gyeom semakin khawatir.

"Jaehan."

Berkali-kali memanggil dan menunggu jaehan keluar. Satu jam lamanya hingga pintu itu terbuka. Menampilkan jaehan yang sudah berantakan.
Mata yang merah dan bengkak. Hidung yang ikut memerah serta rambut yang acak acakan.

Gyeom menangkup pipi jaehan. Rasa khawatir nya semakin besar.
Dengan lembut bertanya ada apa. Hanya Isak tangis yang jaehan berikan.
Gyeom membawa jaehan dalam dekapannya. Mengelus punggung jaehan pelan. Menunggu jaehan terhenti dalam tangis dan menceritakannya.

****

Luzi mendatangi gyeom dan jaehan. Mengatakan ada seseorang yang datang.

"Shin Yechan."

Nama yang Luzi sebutkan. Gyeom berlari dari kamar jaehan menuju pintu depan.  Amarahnya tidak dapat dia tahan lagi.
Menarik tangan yechan kasar. Membawa nya keluar dari halaman rumah mereka menuju gerbang.

Bugghhh bugghhh bugghhh

Pukulan pada yechan dilayangkan gyeom.
Yechan tersungkur tidak melawan. Sudut bibir yang sudah mengeluarkan darah, lebam pada rahang dan pipi yechan dapatkan. Jika saja  Jaehan dan jehyun tidak berhasil menahan gyeom, mungkin saja yechan sudah tidak sadarkan diri.
Jaehan memeluk gyeom dari belakang, mencoba membuat gyeom meredakan emosinya.

"Jaehan." Yechan memangilnya. Tidak melepaskan tatapannya pada jaehan. Tatapan yang begitu dalam dan pilu.

Jaehan enggan menjawab. Yechan yang sudah hilang kewarasan. Mendekat membawa jaehan dalam pelukannya. Memeluknya sangat erat. Menangis terisak. Mengatakan kata yang sama berulang-ulang.

"Maafkan aku."

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

TBC.

My Atreo (yechan x jaehan) (Antella)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang