Disinilah mereka, Inha dan Ilha, berjalan menyusuri bibir pantai yang berada di belakang taman bermain dengan membawa senjata. Bukannya apa, mereka hanya ingin menikmati suasana damai nan sunyi sebelum mereka kembali berperang.
Inha menghela nafas panjang, mengeluarkan gumpalan tekanan yang selama ini ia pendam. Dia akan berterima kasih pada Ilha karena mengajaknya mencari udara segar. Sungguh, ini membuatnya tenang.
Angin semilir menerpa keduanya. Rambut Inha yang tergerai, bergoyang goyang mengikuti irama angin. Hal itu mengundang senyuman tipis dari Ilha. Dia merasa senang jika Inha menikmati momen mereka berdua.
"Inha-ya..." Suara Ilha memecah keheningan. Dia menatap Inha dari samping.
"Hm?" Inha menoleh ke arah Ilha, mengangkat kedua alisnya seolah bertanya 'Ada apa?'
"Apakah kamu menyukai seseorang?"
Pertanyaan itu membuatnya terdiam. Dia memalingkan wajahnya. Pengakuan Soocheol pada Nara beberapa hari lalu kembali berputar di benaknya. Sekarang dia tidak yakin apakah dia tetap akan menyukai Soocheol atau tidak.
"Mungkin... tidak." Ucap Inha tanpa menoleh ke arah Ilha.
Ilha tahu jika Inha menyukai Soocheol. Dia sengaja bertanya seperti itu, berharap Inha terbuka padanya. Yah, dia berharap apa? Dia bahkan tidak dekat dengan Inha sebelumnya jika bukan karena bencana ini.
"Jadi begini-"
"Tunggu." Inha memotong ucapan Ilha saat dia menahan lengan Ilha, membuat langkah mereka terhenti. Dia menoleh ke arah yang dilihat Inha.
"Apa yang dia lakukan?" Ucap Ilha saat mereka melihat Yeongsoo seperti mencium Soyeon yang tergeletak. Soyeon bahkan tidak bergerak membuat keduanya curiga. Inha langsung berlari ke arah mereka dengan menarik pergelangan tangan Ilha.
Ilha menendang pinggang Yeongsoo saat mereka mendekat sedangkan Inha menghampiri Soyeon. Sesuai dugaannya, Soyeon pingsan. Yeongsoo pasti melakukan sesuatu padanya hingga membuatnya pingsan, pikir Inha.
"Apa kamu gila? Aku melihat semuanya, brengsek." Ucap Ilha dengan marah yang menggebu - gebu.
"Melihat apa?" Lihatlah betapa bodohnya dia padahal ada dua saksi mata yang melihatnya melecehkan Soyeon.
"Astaga, apa kamu sudah gila?"
"Dia pingsan. Jadi, aku hanya membantunya." Yeongsoo membela dirinya yang membuat kedua insan itu mengerutkan kening.
"Jangan konyol, brengsek." Ilha menendang perutnya. Kali ini Inha membiarkannya. Dia juga merasa kesal pada Yeongsoo karena melakukan hal yang tidak senonoh pada teman sekelas mereka.
Kemudian Ilha mendekati Soyeon yang kini kepalanya diletakkan di paha Inha. Ilha memeriksanya, melihat wajahnya.
"Kamu yang melakukan ini?" Ilha menoleh ke arah Yeongsoo dengan nyalang. Tatapan tajamnya selalu dia layangkan pada lelaki itu.
"Tidak! Bukan aku!"
"Shibal." Ucapnya sebelum dia membopong Soyeon dengan bantuan Inha. Mereka akan memindahkannya di tempat aman atau lebih aman lagi di tempat teman temannya berada.
Sementara itu, Yeongsoo melirik senjatanya yang tergeletak tak jauh dari tempatnya. Pikiran negatif memasuki benaknya. Ini waktunya balas dendam, pikirnya.
Dia mengambil senjatanya dan berdiri, berjalan mendekati mereka yang kini membopong Soyeon. Dia memukul kepala bagian belakang Ilha dengan senjata yang dipegangnya setelah itu dia bersiap menembak mereka berdua, seperti memberi ancaman pada mereka.
Mau tidak mau, Ilha menoleh karena amarah. Dia hampir meledakkan amarahnya jika Yeongsoo tidak mengarahkan senapannya pada mereka.
Inha membelalakkan matanya. Dia tidak mengira, Yeongsoo yang selama ini dia anggap baik menjadi seperti ini. Apakah mungkin karena Yeongsoo menahannya selama ini saat Ilha selalu merundungnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School x Fem Reader
Fanfic✎ Apakah aku akan meninggalkan ibuku? ✎ Hei! Jangan bertindak sebelum berpikir. Lebih baik kita tenangkan diri masing-masing. ✎ Apakah aku harus mengorbankan diriku untuk teman-temanku? Menceritakan tentang kelas 12-2 yang berjuang melawan bola-bola...