Dulu, ketika Iyak masih berada di bangku SMA dia membayangkan betapa serunya dunia perkuliahan.
Orientasi yang wajib dilakukan. Bertemu kating ganteng tapi galak. Kemudian ketika dia dibentak-bentak sampai mau nangis dan cepirit dikit akan datangan pangeran berkuda putih sepertu yang di film-film maupun novel.
Tidak berhenti di situ. Orientasi adalah awal mula dari hubungan yang terus berlanjut hingga kemudian menjadi pacaran.
Wuidiiih.
Pacaran dengan kating.
Ganteng.
Banyak fans-nya.
Apa tidak istimewa hidupnya?
Lantas kenyataan menghantam Iyak.
Semua hal yang iya bayangkan hanyalan sebatas angan. Tidak ada orientasi untuk bertemu kating ganteng.
Dibentaknya sih iya. SETIAP HARI!
Tapi nggak ada tuh kating ganteng yang ujug-ujug datang untuk menyelamatkan dirinya dari terkaman singa. Adanya justru kating-kating yang saling unjuk gigi bahwa di sini dialah yang paling oyi.
Ngeheee. Ngehe.
Mana setiap hari ada PR. Belum lagi jargon setiap kelompok harus ada inovasi di setiap pertemuan. Makin ngehe!
Mari kembali ke masa sekarang.
Jika bayangan Iyak (dulu) dia akan mengerjakan tugas dengan pacar tercinta sambil cubit-cubit manja, itu semua sirna dalam kepalanya.
Yang ada dia ke mana-mana sendiri. Untung ada si Blacky. Iyak nggak kelihatan nelangsa-nelangsa amat.
Yaaah, seperti sekarang ini.
Di kafe langgannya mengerjakan tugas sedari menjadi mahasiswa baru, monitor laptop telah menampilkan jurnal-jurnal yang dia baca untuk dipilah menjadu sumber pustakanya.
Mantaaap.
Lima kali menghadap dosen pembimbing dan belum jua ada hilal mendapatkan coretan bolpoin membentuk pola tulisan...
ACC!
Agaknya level 'benar' untuk seorang Profesor untuk sangat berbeda jauh ya, kawan-kawan.
Iyak sudah berkonsultasi dengan beberapa dosen lainnya dan semuanya mengatakan bahwa proposalnya ini sudah benar. Layak untuk melakukan seminar proposal
Tapi kenap? Kenapa dospem (dosen pembimbing) satunya itu tidak juga sudi memberikan tiga huruf ituuu.
Iyak pingin nangis. Tapi malu nanti dilihat banyak orang.
"Revisi lagi, Mbak?"
Seketika helaan napas keluar dari mulut Iyak. "Masih nanya, Bon?"
Bono meringis. Dia letakkan sepiring Foxy Platter pesanan Iyak. "Nih, piring kedua."
Bola mata Iyak otomatis berputar. "Nggak perlu alarm pengingat kalau aku udah dari siang di sini ya, Bonoooo."
Bono ngakak. Tangannya sibuk menata segelas Superberry Tea di atas lapin yang terbuat dari kayu. "Dan ini gelas ke tigamu, Yak."
"Bonoooo!!!"
Yang disebut namanya langsung ngibrit. Bono memang sengaja menggoda Iyak supaya itu bocah nggak spaneng-spaneng amat mengerjakan revisian. Sebab sedari datang tadi wajahnya sudah suntrut dan tidak bisa diajak bercanda.
"Lu apain anak orang, Bon." Di sampingnya, Mas Indra, Si Pemilik Kafe bersuara.
Bono menyelesaikan dulu sisa tawanya sebelum menjawab. "Usilin dikit, Mas. Dari tadi mukanya kenceng mulu. Empet yang ngeliat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boba Coffee
RomanceSekelumit kehidupan seorang mahasiswi tingkat akhir bernama Oriana. NB : Cerita ini merupakan versi baru dari Boba Coffee sebelumnya.