Chapter 4

46 5 2
                                    

>> A day before Jungkook leave

"Ya! Jungkook-ah! Jadi kau benar-benar akan pergi? Lalu bagaimana dengan ku? Aku tidak punya teman lagi. Ya! Bawa saja aku, bagaimana? Atau aku minta saja Appa mengirim ku kuliah disana juga", Mingyu mulai berceloteh. Ia sedang berada di kamar Jungkook yang sedang memeriksana bawaan terakhirnya.
"Kau mau aku di marahi oleh Paman Kim, ya?", sahut Jungkook
"Ei, appa mana pernah marah pada mu. Lagipula kau ini sudah seperti anaknya sendiri dari pada aku"
"Sudahlah, berhenti merengek. Ayo, turun. Kita makan bersama. Kapan lagi kau akan makan dengan ku"
"Gereonikka! Ya! Bawa aku saja. Hmm?"
"Kau benar-benar berisik, Kim Mingyu"

--

"Bibi Lee, Paman Han, ayo makan bersama", ucap Jungkook.
"Ajak juga staff yang lainnya. Kita makan di halaman belakang saja agar lebih menyenangkan"
"Ah, iya. Baiklah. Aku akan menyiapkan semuanya", jawab Bibi Lee.

Suasana makan kali ini terasa menyenangkan bagi Jungkook karna ia makan di temani beberapa orang. Kadang staff lain tidak mau diajak makan bersama karna sungkan. Tapi hari ini semuanya berkumpul. Dengan Mingyu juga.
Makan siang kali ini sekaligus juga terasa menyedihkan.
Orang-orang makan dengan canggung, beberapa terlihat sedih karna tahu tuan kecil mereka akan segera pergi.
Entah kapan akan bertemu lagi.

"Bibi Lee", panggil Jungkook.
"Oh? Ah, wae, Tuan Kecil?"
"Ah, itu lagi. Apa kau mau berdebat dengan ku sampai aku pergi? Berhenti dengan panggilan itu", ucap Jungkook sambil tertawa.

"Iya, J-Jungkook ah, apa ada yang kau inginkan? Apa makanannya kurang?"
"Tidak. Makanannya enak seperti biasa. Terima kasih. Sudah mengurus dan menjaga ku selama ini. Aku harap aku bisa terus melihat mu nanti. Terima kasih atas semua makanan enak yang tersaji setiap hari. Terima kasih juga karna selalu mau menemani ku saat aku di rawat di rumah sakit".
"Terimakasih juga, paman Han. Sudah mau mengantar ku kemana-mana setiap hari. Maaf jika selalu merepotkan"
"Apa maksudnya merepotkan, Tuan Kecil! Tidak ada yang seperti itu. Tuan Kecil itu kesayangan kami semua", sahut Paman Lee dengan mantap.
Disambut dengan anggukkan dari yang lainnya.

"Terimakasih untuk kalian semua. Maaf jika selama ini aku mungkin ada buat salah. Untuk seterusnya, tolong jaga rumah ini, tolong jaga mereka. Dan juga, tolong... jangan katakan apapun lagi tentang ku..."

Semuanya langsung terdiam. Jungkook tersenyum dan segera menghabiskan makanannya. Mingyu yang duduk di sampingnya pun hanya bisa menatapnya sendu.

--

>> D-Day

Bibi Lee memeluknya sangat erat. Air mata mengalir pada wajahnya.
"Kenapa menangis? Bukan kah bibi bilang aku pergi untuk mencari kebahagian ku. Harusnya Bibi tersenyum"
"Tapi kau pergi sangat jauh. Aku bahkan tidak tau kau mau kemana", sahut Bibi Lee.

Ya, selain Mingyu, dan Kakeknya (bertambah Ayah Mingyu) tidak ada yang tahu kemana tujuan Jungkook pergi.

"Aku janji, aku akan mengabari mu. Dan aku berjanji aku akan baik-baik saja. Jangan khawatir. Kondisi ku sudah lebih baik sekarang", ucap Jungkook lagi.
"Paman Han akan mengantar mu, eoh?"
"Tidak, Bibi. Mingyu yang akan mengantar ku. Mari kita berpamitan disini."


>> back to present

"Bibi aku mohon, aku tanya sekali lagi, apa kau benar-benar tidak tahu kemana Jungkook pergi?", tanya Namjoon lagi.
"Maafkan aku, Tuan Muda. Tapi kami semua benar-benar tidak tahu menahu. Tuan Kecil bahkan tidak mengatakan apa-apa sampai hari keberangkatannya", jawab Bibi Lee.

Namjoon benar-benar frustasi saat ini.
Bahkan sekretaris nya tidak mendapatkan info apapun tentang kepergian Jungkook.
Nomor telepon dan email Jungkook bahkan sudah tidak dapat dilacak lagi.

"Bagaimana dengan sekolahnya? Bagaimana bisa sekolah tidak memiliki catatan apa pun tentang beasiswa dan lain sebagainya?!"
"Maaf, Tuan Kim. Menurut sekolah, Jungkook mengambil beasiswa individu tersendiri yang dimana sekolah tidak punya wewenang apapun terkait beasiswa tersebut. Maafkan saya"

"Apa kau sudah mengecek info beasiswanya?"
"Sudah, Tuan. Tapi tidak ada nama Kim Jungkook yang terdaftar dimana pun"
"Mingyu? Apa Mingyu tahu sesuatu?"
"Tidak, Tuan. Tuan Muda Kim sepertinya juga tidak tahu apa pun. Karna ia pun juga sedang mencari informasi kontak Tuan Muda Jungkook".

"Lalu bagaimana dengan informasi keuangan Jungkook, apa sudah ada pergerakan?", tanya Namjoon lagi.
"Maaf, sekali lagi Tuan Kim. Seluruh rekening atas nama adik Anda sudah tidak digunakan selama 5 tahun."
"Mworago?!"
"Dan untuk aset atas nama Jungkook juga telah dialihkan kepemilikannya menjadi atas nama kalian semua", jawab sekretarisnya lagi.
"Apa maksudnya kalian semua?"
"Atas nama Anda dan Saudara Anda yang lainnya. Tidak termasuk Jungkook".
"Ya Tuhan, Jungkook"

--

"Kau sudah lakukan seperti apa kata ku?"
"Sudah Tuan Kim. Sekolah akan tutup mulut mengenai apa pun tentang Tuan Muda Jungkook".
"Bagus lah kalau begitu. Terus awasi ke enam anak itu".
"Baik, Tuan".

Maafkan Kakek mu ini, tapi ini demi satu cucu kecil ku. Sudah cukup kalian mengabaikannya bertahun-tahun. Biarkan dia mencari kebahagiaanya sendiri sekarang.



"Hoseok hyung?"
"Eo, Jimin-ah, wae?"
"Itu, aku ingin mengatakan sesuatu", ucap Jimin lagi.
"Ya, katakan saja", jawab Hoseok
"Aku memperhatikan ini dari kemarin, tetapi aku tidak ingin menambah masalah lagi. Dan semua orang tidak ada yang bisa ku ajak bicara selain dirimu saat ini. Kau tahu, lemari di depan tangga yang berisi foto-foto?"
"Hmm, ada apa dengan itu?", tanya Hoseok
"Semua foto, yang terdapat Jungkook, semuanya tidak ada... "
"Apa maksud mu? Apa yang tidak ada?!"
"Aku ingat semua foto yang ada disana, Hyung. Karna aku yang hampir memasang semuanya", ucap Jimin lagi. "Tapi fotonya berkurang. Setiap foto yang terdapat wajah Jungkook. Itu tidak ada disana"

Hoseok langsung beranjak dan pergi ketempat dimana yang dimaksud oleh Jimin.

Benar saja hanya tertinggal foto-foto mereka saja yang ada disana. Tidak ada satupun foto Jungkook. Bahkan foto kebersamaana yang dimana ada Jungkook juga tidak ada.

Hoseok pun segera memanggil Bibi Lee dan staff pelayan lain. Orang-orang yang biasa membersihkan rumah.

"Bisakah kalian jelaskan, kemana semua foto lainnya? Kalian pasti tahu kan?", tanya Hoseok.
Bibi Lee yang semula berdiri diam lalu menjauh, dan kembali tak lama kemudian dengan sebuah kotak di tangannya.
Jimin yang berada di samping Hoseok langsung mengambilnya ketika Bibi Lee menyerahkan kotak tersebut tanpa suara.
Dibukanya kotak tersebut, dan disanalah semua foto yang tidak ada di lemari berada. Dengan keadaan hampir habis terbakar.

*Flashback*

Sekembalinya dari agensi Yoongi. Jungkook kembali kerumah dengan wajah lesu.
Lagi.
Usaha terakhirnya berakhir sia-sia.
Saat ingin menaiki tangga, Jungkook terdiam. Terpaku menatap lemari yang berisi banyak foto. Foto lama lebih tepatnya.
Karna tidak ada kebersamaan yang terjadi dalam beberapa tahun. Mana mungkin ada foto baru.

Dengan perasaan kesal. Jungkook memanggil salah satu staff pelayan.
Memintanya untuk menurunkan frame-frame foto dari tempatnya. Khususnya foto yang mana terdapat wajah dirinya.
Jungkook melepaskan foto tersebut satu persatu dari framenya. Bahkan sampai foto ketika ia masih sangat kecil. Foto bersama eomma dan appa-nya.
Setelah terkumpul. Ia membawanya ke halaman belakang. Dengan sebuah pamantik di tangan.

"Ya Tuhan, Jungkook! Apa yang kau lakukan?", Bibi Lee datang dengan panik. Segera mengambil air. Dan menyiramkannya pada foto-foto yang sedang terbakar.
Jungkook, ia hanya berdiri disana tanpa ekspresi apapun.
"Kenapa dipadamkan?", tanyanya setelah beberapa saat. Tetap tanpa mengubah ekspresi apapun di wajahnya.
"Biarkan saja habis terbakar. Mereka tidak akan tahu. Mereka tidak akan ingat. Kenapa dipadamkan?"
"Jungkook. Bibi mohon. Tenangkan dirimu, hmm? Bilang pada ku apa yang terjadi. Tidak seperti ini".
"Aku lelah, Bibi..."

*Flashback End*

Jimin kembali menangis setelah mendengar apa yang dikatakan Bibi Lee. Sedangkan Hoseok, ia kembali ke kamarnya tanpa mengatakan apa pun.

Kesalahan mereka memang besar. Tapi apa harus, Jungkook bertindak sejauh ini. Pikir Hoseok.





👇Tap the Star. Thank You~

Sweet(X) HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang