Chapter 5

49 6 1
                                    

Iya, update lagi 🙂 mumpung lagi senggang kita gas saja. Gas ngeng!~~

••

"Jimin-ah"
Jimin yang disebut namanya menoleh ke asal suara. Itu Seokjin yang memanggilnya.
"Oh, hyung. Kau sudah pulang"
"Apa yang kau lakukan disini? Ini sudah sangat larut. Pergilah tidur"
Jimin melihat angka yang tertera pada ponsel ditangannya.

02.15AM

Ah, ternyata sudah hampir pagi ya...
Pikirnya dalam hati. Dan ia masih terjaga. Seorang diri duduk di ruang tv. Dengan tv yang menyala, tanpa suara. Entah acara apa yang terputar.

"Aku tidak melihat jam, Hyung. Maaf. Dan lagipula aku tidak bisa tidur. Aku- aku memikirkan Jungkook..."
Seokjin lalu duduk di sofa lainnya. Tak jauh dari Jimin. Menyandarkan dirinya yang sudah sangat lelah.
Ia lalu menghela nafas panjang.
"Jimin-ah, apa kau tau ini tanggal berapa?"
"Huh?", Jimin sedikit bingung dengan pertanyaan Seokjin. Tapi dengan segera menyalakan layar ponselnya untuk melihat tanggal.

Jimin menjadi terdiam kembali setelah melihat layar ponselnya.
Ia lalu menatap Seokjin.
Seokjin tetap bersandar pada sofa dan memejamkan matanya.

3 September

"Sudah berapa banyak 1 September yang kita lewatkan? Apa kau ingat?", ucap Seokjin kemudian.
"Sudah berapa banyak janji yang aku ingkari padanya? Aku bahkan tidak bisa menghitungnya, Jimin-ah".
"Aku hanya mengucapkannya, tanpa pernah menepatinya".

"Apa kau tahu, pesan terakhirnya padaku adalah tentang ia yang menanyakan kabar ku. Menanyakan tentang sarapan ku. Apa aku sudah makan siang. Apa aku punya waktu untuk makan dengannya. Dan aku... aku hanya membacanya tanpa membalas pesannya".
"Dan itu dikirim pada hari ulang tahunnya... 2 tahun lalu... "
"Itu benar-benar yang terakhir. Setelah itu ia tidak pernah lagi mengirim pesan... dan bahkan aku tidak menyadarinya".
"Aku bahkan lupa, kalau disini yang seharusnya ditanyakan kabarnya adalah dirinya".

Jimin pun lalu membuka kolom chat pada ponselnya. Menggulirnya hingga ke bagian bawah.
Disana.
Ada tanda merah dari notifikasi pesan yang belum di baca.
Dengan nama Jungkook.
Terakhir dikirim.
6 bulan yang lalu.
Mata Jimin membulat. Sungguh terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Ia pun langsung menekan bilah chat Jungkook.

Hyung, selamat.
Fashion show kali ini benar-benar keren. Sukses selalu untukmu, Hyung.
Aku harap, aku bisa melihat koleksi musim depan.

Jimin melanjutkan gulirannya ke atas.
Pada pesan lama. Yang ia yakini belum pernah ia baca.

Hyung, koleksi musim panas mu kali ini keren sekali. Warnanya sungguh cantik.

Wah, kau dan Taehyung hyung sangat keren. Acaranya sungguh sukses.

Hyung, apa kalian benar-benar tidak punya waktu luang?

Hyung, selamat ulang tahun.

Semakin lama pesan yang dibacanya, semakin deras airmata yang ia keluarkan.
Bagaimana bisa, adiknya tetap memperhatikan dan mendukung mereka semua. Disaat mereka semua mengabaikannya.
Megapa mereka menjadi begitu bodoh.

Jimin paham, kesabaran pun ada batasnya. Lelah pun ada masanya.
Dan Jungkook sudah mencapai batasannya. Berlari sendirian melelahkan.


"Hayoon-ah"
"Apa kau mau bicara sebagai teman saat ini?", jawab yang dipanggil.
"Aku merasa sangat bodoh saat ini"
"Ya, kau memang bodoh"
Namjoon mengerling, dan hanya mengangguk setelahnya sambil menghelas napas keras.

Hayoon, Park Hayoon, adalah sekretaris Namjoon. Yang merupakan sahabat baiknya dari jaman kuliah.

"Kau bisa memperbaiki semuanya saat ia kembali nanti", ucap Hayoon.
"Jungkook, ia berbeda. Jika dibandingkan dengan Jimin atau Taehyung sewaktu kecil, Jungkook lebih mudah mengerti jika diberi tahu. Jungkook tidak pernah tantrum atau pun memaksakan kehendaknya. Ia akan mengerti jika orang lain memiliki kesibukan. Ia tidak pernah ingin jadi beban orang lain. Bahkan ketika eomma dan appa tiada. Ia hanya akan menangis sendirian di kamarnya. Ia tidak ingin melihat kami sedih atau terluka. Tapi.. kami lah yang melukainya terlalu dalam"
Hayoon hanya diam tanpa menanggapi apapun, ia tahu saat ini yang Namjoon butuhkan hanya didengarkan.

"Kau tau, dulu... Jungkook pernah bertanya padaku tentang pergi berkemah. Aku berjanji padanya kami akan pergi berkemah bersama. Seingat ku saat itu ia duduk di kelas 5. Hal itu tidak pernah terlaksana, karna aku ataupun hyung dan adik ku yang lain selalu sibuk. Setelah beberapa kali bertanya, ia tidak pernah menanyakannya lagi".

"Aku bahkan baru sadar kalau Jungkook tidak pernah meminta apapun pada ku. Atau pada yang lain. Dan kemarin kau bilang ia bahkan tidak pernah menyentuh uang yang kami berikan. Aku akan sangat malu jika saat ini aku bertemu dengan eomma dan appa. Aku, kami semua telah mengecewakan mereka bukan? Mengurus satu adik kecil saja tidak bisa".

"Aku yakin, Jungkook akan hidup dengan baik dimanapun ia berada", Hayoon mulai bersuara.
"Dari apa yang kau katakan dapat dilihat kalau Jungkook anak yang mandiri. Selain itu Jungkook juga cerdas. Ia akan hidup dengan baik. Mulai saat ini adalah giliran kalian untuk memperbaiki diri. Jadi ketika ia kembali. Tebuslah kesalahan kalian. Kapan pun itu, aku harap kalian akan kembali menjadi keluarga utuh yang saling menyayangi satu sama lain".




"Bagaimana disana? Kau suka apartemennya? Apa lokasinya dekat dengan kampus? Bagaimana dengan supermarket? Apa barang-barangnya lengkap?", tanya orang di ujung telepon
"Kau ini selalu saja berisik", sahut Jungkook.

Siapa lagi saat ini yang bisa menghubunginya selain Kim Mingyu.
Mingyu sedang menghubunginya lewat video call.
"Hei, teman! Selain Mingyu mu ini siapa lagi yang peduli padamu, huh?"
"Ya, kau benar. Memang tidak ada yang peduli pada ku", sahut Jungkook lagi.
Mingyu memukul mulutnya, Jungkook yang melihat hanya tersenyum kecil
"Kau tau bukan seperti itu maksud ku", kata Mingyu lagi.
"Apartemennya bagus. Tidak terlalu besar. Tapi sangat hangat. Cukup untuk ku sendiri"
"Aku akan berkunjung bulan depan"
"Urus saja urusan mu disana. Jangan mengganggu ku"
"Kau jangan cari teman baru ya, aku akan sedih kalau kau melupakan aku"
"Kau ini benar-benar bodoh, apa kau tau itu?"
"Kalau aku pintar aku akan ikut denganmu!", sahut Mingyu lagi, wajah nya sudah seperti anak 5 tahun tantrum. Jungkook ingin sekali tertawa.
"Hei, Kim, apa kau benar-benar yakin mau masuk kedokteran?"
"Tentu saja. Kau meremehkan aku?! Kau tau cita-cita ku adalah untuk jadi dokter mu. Jadi kau tidak lagi memerlukan Seokjin hyung yang tidak beguna itu. Lihat saja saat kau kembali aku sudah jadi dokter😤", Kim Mingyu ini benar-benar. Jungkook tersenyum kecil.
Dan Mingyu pun ikut tersenyum.
"Kalau kau jadi dokter, aku tidak mau sakit lagi. Aku takut kalau-kalau kau malpraktik", ucap Jungkook bercanda.
"Wah! Kau benar-benar mengajak ku berkelahi ya, Jeon Jungkook".







..
🍋kali aja ada mau jajanin aku
🍋https://trakteer.id/v_lemoneey/tip
🤭🤭

👇 tap the star. ThankU~

Sweet(X) HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang