Yoongi termenung duduk di lantai sambil bersandar ke dinding kamar Jungkook.
Sambil menatap sosok sang adik yang sedang tertidur pulas.Yoongi memindahkan tubuh adiknya ke kamarnya setelah ia rasa tidak lagi ada pergerakan dari Jungkook.
Adik kecilnya dulu memiliki mata bulat. Nampak seperti berisi bintang-bintang di dalamnya. Pipinya gembul dengan rambut hitam potongan kelapa. Gigi kelincinya menyembul ketika tersenyum.
Jauh dengan apa yang dilihatnya saat ini. Mata sendu yang terlihat lelah. Wajah yang sudah entah berapa lama tidak pernah tersenyum. Apalagi tertawa.
Tubuh yang dahulu kecil, kini bahkan lebih tinggi darinya.
Dan tato yang hampir menutupi seluruh lengannya itu. Segalanya sungguh berbeda.Kamar Jungkook hanya kamar sederhana yang memiliki kasur 160x200, terlihat kecil untuk menampung tubuh Jungkook yang bahkan lebih besar dari Yoongi sendiri. Kasur yang langsung menapak di lantai tanpa ranjang atau dipan.
Sebuah meja kecil disampingnya yang dapat menampung lampu tidur, handphone, gelas dan satu frame kecil.
Lemari baju yang tidak terlalu besar. Meja belajar rendah sederhana yang juga dapat digunakan tanpa memerlukan kursi.
Tersusun rapi berapa buku di atasnya. Juga sebuah komputer, laptop, dan kamera. Juga beberapa alat lukis beserta catnya.
Dindingnya lagi-lagi bersih tanpa ada satu hiasan apa pun.
Jauh sekali dengan kamar Jungkook dulu yang ia tinggalkan.Yoongi mengalihkan pandangannya pada frame kecil di meja.
Ia pun bergerak mendekat. Lalu dengan seksama memandanginya.
Frame yang berisi foto kedua orang tua mereka.
Yoongi ingat itu adalah foto yang diambil saat acara peringatan pernikahan orang tua nya. Foto terakhir yang di ambil beberapa bulan sebelum mereka tiada.Saat dimana keluarganya utuh dan penuh kebahagiaan.
--
Waktu berlalu tanpa di sadari.
Yoongi menatap layar ponselnya yang menunjukkan pukul 2.45 pagi.
Ia pun memutuskan untuk segera beranjak, takut jika Jungkook terbangun dan menyadari jika ia ada apartemennya.Jika dahulu ia akan melihat Jungkook yang tersenyum ceria ketika bangun pagi. Maka itu akan berbanding terbalik dengan saat ini.
Yoongi pun bangun dari duduknya dan membawa tubuhnya ke arah dapur, dengan niat untuk menyiapkan sekedar air mineral untuk Jungkook. Hal yang dapat dilakukan agar Jungkook tidak curiga.
Di meja dapur dapat Yoongi lihat beberapa wadah yang berisi obat-obatan Jungkook. Wajahnya kembali sendu saat melihatnya. Bagaimana ia dan saudaranya yang lain bisa melupakan satu hal terpenting ini dulu.
Adik bungsunya tidak begitu sehat bahkan sejak bayi. Tapi sekarang ia berjuang hidup seorang diri. Bahkan jauh sekali dari negara yang mereka tinggali.
Betapa sungguh ia merasa gagal menjadi seorang kakak.Yoongi pun lalu membuka kulkas disebelahnya. Air mineral berjejer terisi didalamnya. Beberapa macam buah-buahan juga beberapa vitamin juga tersimpan disana.
Tapi tidak banyak bahan makanan.
Hanya terlihat beberapa telur pada pintu kulkas dan seplastik kecil daging di frezernya.
Ia tahu jika adiknya itu harus menjaga kesehatannya dengan ekstra. Dan Yoongi berharap ia dapat membantu sedikit saja jika mungkin dilakukan.Yoongi kembali ke kamar Jungkook dengan sebotol air mineral ditangannya. Ia pun meletakkan nya di meja kecil samping kasur.
"Jungkook-ah...."
"Kau benar.. ini terasa seperti mimpi. Kau yang berada dihadapan ku saat ini... benar-benar seperti mimpi. Aku tidak menyangka akan bisa sedekat ini"
"Aku harap bisa selamanya seperti ini. Aku harap.. kau bisa memaafkan kami, dan kembali. Aku berjanji, aku akan memperbaiki semuanya.. kembali seperti dulu... aku mohon...."•
•"Kim Mingyu-ssi"
Mingyu hanya lanjut berjalan seolah tidak mendengar.
"Ya! Kim Mingyu. Aku tau kau mendengarku"
Mingyu meruntuk didalam hati. Bagaimana bisa dari sekian rumah sakit yang bekerja sama dengan universitasnya, ia malah ditugaskan untuk intern di rumah sakit keluarga Kim. Rumah sakit dimana Seokjin bekerja.
"Ya! Mingyu-ya! Berhenti disana"
Orang-orang mulai menatapnya. Yang memanggilnya adalah si Wakil Direktur Rumah sakit saat ini. Siapa lagi kalau bukan Seokjin. Sudah 3 hari ia berusaha menghindar dari Seokjin. Ternyata hari ini ia agak cukup sial.Mingyu terpaksa menghentikan langkahnya. Ia tidak ingin dicap menjadi intern pembangkang. Dan reputasinya menjadi buruk nantinya.
Seokjin pun segera menyusulnya dan berdiri dihadapannya.
"Dimana Jungkook?", tanya Seokjin langsung.
"Mwo?", jawab Mingyu dengan sedikit ketus dan wajah bingung.
"Kau pasti tahu dimana Jungkook, kan? Kau sahabatnya dari kecil. Paling tidak Jungkook pasti menghubungi mu, kan? Dia mungkin bilang padamu dimana dia, atau bagaimana kabarnya ", ucap Seokjin lagi.
Mingyu memutar matanya, tanda jengah.
"Kau kakaknya. Kenapa kau tidak tahu dimana adikmu", jawab Mingyu lagi.
Seokjin terdiam. Apa yang dikatakan Mingyu benar. Sangat benar."Sudah ratusan kali kalian menanyakan Jungkook padaku. Dan jawaban ku tetap sama. Aku tidak tahu. Aku masih mencarinya sampai saat ini. Dan jika aku tahu pun, aku tidak akan mengatakannya pada kalian yang sudah menyia-nyiakan dirinya. Dan tolong, bersikap profesional di tempat kerja ini. Aku tidak ingin reputasi ku rusak, dan aku juga tidak ingin dianggap berhubungan dekat dengan keluarga kalian", setelah mengatakan itu, Mingyu pun menunduk tanda hormat dan segera bergegas pergi dari hadapan Seokjin.
"Bahkan jika matahari menjadi dua, aku tidak akan katakan dimana Jungkook berada", gumam Mingyu pelan sambil berjalan menjauh dari Seokjin.
•
•Jungkook mengerjap. Terbangun dengan kepala berat dan sakit.
Ia pun bangun untuk duduk, langsung meminum air dari botol yang dilihatnya ada di meja lampu miliknya.
"Ish, segelas wine sungguh menyiksa. Kenapa aku begitu lemah"
Jungkook menarik napas panjang. Dan menghela dengan keras.
"Ah, aku memang sudah lemah dari lahir", ia pun tersenyum getir setelah mengucapkan kalimat tersebut.Nasib baik hari ini ia tidak ada perkuliahan, ia hanya perlu datang bekerja paruh waktu di sore hari.
Jadi ia masih punya waktu luang untuk beristirahat.Ia pun kembali merebahkan dirinya.
"Ugh, lagi-lagi mimpi ku tadi malam sungguh tidak menyenangkan....."Tap the star⬇️ & thankU for reading^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet(X) Home
Fanfiction"Rumah" bisa kau artikan sebagai "tempat pulang" Seberapa nyaman saat kau berada di dalamnya? Rasa menyenangkan untuk pergi, dan rasa lebih baik saat kembali. "Rumah" di mana cinta berada, kenangan diciptakan, dan tawa tidak pernah berakhir. Semua d...