Chapter 1

156 7 0
                                        


Tiiiittt. Tiiiiittttt. Tiiiittttttt
Krek.

06.00AM

Jungkook bangun dari tidurnya. Ya, hari ini adalah hari dimana semua siswa harus Kembali bersekolah. Begitu pun Jungkook. Setelah libur kenaikan kelas selama hampir 1 bulan. Jungkook saat ini sudah ada di kelas 12. Tahun terakhir sebelum memasuki universitas.


Jungkook pun bangun dari tempat tidurnya dengan niat ingin mandi dan bersiap ke sekolah. Namun terhenti saat matanya kembali menatap salah satu benda yang tersandar di salah satu sudut kamarnya.
Kanvas dengan sketsa yang sejak 4 tahun lalu belum terselesaikan.

Bukan tidak bisa hanya tidak ingin.

Kanvas yang berisi sketsa dari 9 orang. Ia, ke enam hyungnya dan juga eomma appanya. Hanya wajah dari eomma dan appanya yang telah selesai. Dan yang lainnya…


“Aku bahkan lupa bagaimana mereka tersenyum”

--

“Selamat pagi, Tuan Kecil”
“Bibi Lee”
“Ya, baiklah. Maafkan aku. Hanya saja-“
“Apa kau tidak lelah berdebat denganku? Aku bahkan lebih tinggi dari Paman Han”
Bibi Lee hanya tersenyum dan mempersilahkan tuan “kecil”nya duduk untuk sarapan.
“Dimana paman Han? Ayo, kita sarapan bersama”


Makan sendirian atau ditemani Bibi Lee, wanita tua yang bekerja sebagai kepala asisten rumah tangga yang sudah bekerja pada keluarganya sejak eomma dan appanya menikah. Atau pun bertiga dengan Paman Han, supir keluarga yang juga telah mengabdi lama pada keluarganya. Jungkook telah terbiasa dengan semua sepi yang ada dirumah besar bak istana itu.
Semenjak eomma dan appa meninggal dunia, 6 tahun lalu. Perlahan apa yang ada di rumah ini, dikeluarga ini perlahan berubah. Rumah hangat penuh canda tawa dan kegembiraan, perlahan sunyi dan seperti tak berpenghuni.

“Ah, Han sedang mengantarkan pakaian untuk Tuan Seokjin. Pagi sekali Tuan menelepon dan minta diantarkan pakaian gantinya”.
Jungkook hanya mengangguk, memilih untuk segera menyelesaikan sarapannya.


“Apa yang kau harapkan, Jungkook? Mereka adalah orang-orang sibuk. Berhentilah mengharapkan hal yang sudah kau tahu bagaimana ujungnya”.

Bibi Lee dapat melihat bagaimana raut wajah Jungkook yang berubah. Bibi Lee sudah merawat anak-anak keluarga ini sejak mereka kecil. Tidak mungkin ia akan melewatkan hal-hal kecil. Hyung-hyungnya yang kini menjadi orang-orang sibuk, yang sedikit demi sedikit melupakan jika mereka masih memiliki satu adik kecil, secara tidak langsung merubah karakter Jungkook. Anak yang secara mental masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari keluarganya. Terpaksa menjadi anak mandiri yang melakukan segalanya sendiri. Tidak memiliki tempat bercerita, tempat berkeluh kesah.

Dulu Jungkook adalah anak yang ceria, mata bambinya akan membola dan berbinar jika ia sedang bahagia. Sudah lama sejak terakhir kali Bibi Lee melihat mata itu. Kini hanya ada tatapan dingin, dan kekecewaan yang terpancar dari kedua binar itu.

--


“Oi, Jungkook!”
Seruan itu menghentikan langkah Jungkook. Kim Mingyu.
Teman sebayanya sejak sekolah dasar.
Mingyu berlari kearah Jungkook dan merangkul bahunya. Keduanya melanjutkan langkah mereka ke kelasnya.
“Bagaimana liburan mu? Apa kau sungguh tidak kemana-mana? Apa kau jadi pergi ke pantai yang kau ceritakan waktu itu? Harusnya kau mengajak ku”.

Banyak bicara. Itulah sifat Mingyu. Berisik tapi setidaknya dapat menghibur Jungkook.
Mereka memang memiliki sifat yang bertolak belakang. Tapi entah mengapa itulah yang membuat mereka masih akrab bersahabat hingga sekarang.

“Aku tidak kemana-mana”, ucap Jungkook. “Hanya mengambil pekerjaan lebih di tempat Paman Park”
Mingyu terdiam. “Ah, kau masih bekerja paruh waktu disana?”, Jungkook hanya mengangguk.
“Berapa lagi yang kau butuhkan agar bisa membeli kamera impian mu?”
“Sedikit lagi”
“Kalau begitu aku saja-“
“Diamlah”
“Ahh! Kau ini selalu saja menolak ku. Menyebalkan. Aku hanya kasihan pada pekerja paruh waktu lain. Gara-gara kau yang anak orang kaya ini mereka jadi berkurang lapangan pekerjaannya”
“Kau tahu alasanku”
“Ya, ya, ya. Baiklah. Aku akan diam”

Hanya Mingyu yang tahu alasan mengapa Jungkook bekerja paruh waktu. Padahal ia anak orang kaya.
Itulah alasannya.
Jungkook hanya ‘anak’ orang kaya. Yang berarti, bukan ia yang memiliki kekayaan.
Para Hyungnya lah yang memilikinya. Dan ia tidak ingin membeli sesuatu yang ia inginkan dari uang mereka.
Mingyu telah berkali-kali ingin membantu Jungkook. Mingyu bilang, hitung-hitung sebagai hadiah persahabatan. Tapi Jungkook menolak. Dan Mingyu pun menghormati keputusan sahabatnya tersebut.
Memiliki sesuatu dari hasil jeri payah sendiri mungkin lebih membahagiakan.


“Bagaimana dengan liburan mu? Apa Jepang menyenangkan?”, tanya Jungkook ketika mereka telah sampai di kelas.
“Hmmmm, cukup menyenangkan”, Jungkook mulai memandang wajah Mingyu yang sedang bicara
“Tapi, Kau tau karna aku ikut dengan Appa, mau tidak mau waktu jalan-jalan ku berkurang karna tiba-tiba ia harus menghadiri rapat. Itu agak menyebalkan”, Jungkook tersenyum kecil melihat wajah Mingyu yang sedikit kesal, dengan bibir manyun nya.
“Ah, aku bertemu dengan Namjoon hyung beberapa kali di sana karena ia dalam proyek yang sama dengan Appa”


Jungkook kembali membalikkan wajahnya ke depan. Menatap kelas yang masih hanya terisi dengan beberapa teman sekelas lain.
“Sepertinya kau lebih sering bertemu dengannya daripada aku”, dan ia pun tersenyum kecut.
MIngyu kembali terdiam.

“Ahh! Sudah lah!”, Jungkook sedikit terkejut karna Mingyu yang tiba-tiba berteriak

“Peduli apa dengan mereka semua. Selama ini kau baik-baik saja. Dan kedepannya kau pasti juga akan baik-baik saja. Ada aku. Sahabat mu ini akan selalu mendukung mu kau tahu”

“Kita sudah ada di tahun akhir sekarang. Pikirkan saja mau masuk universitas mana”, ucap Mingyu lagi.
“Ah, tapi. Kau mungkin tidak perlu berpikir. Kau bisa masuk universitas mana saja dengan otak cerdas mu itu. Tapi bagaimana dengan ku? Jungkook-ah! Na eottae?!”



“ya, aku sudah memikirkan semuanya, Mingyu-ya”

“Aku memutuskan, akan ketempat dimana aku bisa keluar dari tempat yang mereka sebut rumah itu”
Seperti yang kau katakan, aku baik-baik saja tanpa mereka selama ini. Maka aku akan terus baik-baik saja seorang diri”.

tbc.

Sweet(X) HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang