6. Hasil dari keputusan

78 40 4
                                    

Selamat Membaca🤎

•••

"Penyesalan selalu datangnya diakhir kalau diawal itu perkenalan"

•••

Arga bersama dengan mamanya-Rini, kini sedang duduk di sofa kamar Arga. Rini sejak tadi merasa sedikit gelisah, sebab ia takut putranya akan mengatakan sesuatu yang akan membuat terjadinya masalah baru.

Rini menatap putranya yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Ia mengelus pelan pundak lebar milik Arga.

"Ada masalah?" tanya Rini lembut.

Arga menoleh kearah mamanya, matanya menatap lekat wajah wanita yang paling ia sayangi itu. Sebenarnya Arga tidak berani mengungkapkan apa yang ada di dalam isi hatinya, namun mau tak mau ia harus mengatakannya. Ini menyangkut soal kehidupan Arga dimasa mendatang.

"Mama."

"Iya sayang." Rini membalas tatapan lekat putranya.

"Maaf kan Arga, ma. Arga belum bisa menjadi anak yang baik buat mama dan papa. Selama ini Arga selalu membantah apa yang mama dan papa katakan. Dan sekarang....," Arga menggantung ucapannya dan beralih menggenggam kedua tangan Rini.

Rini masih terdiam ketika Arga menggenggam erat kedua tangannya, perasaannya semakin tak karuan. Apalagi saat ia melihat mata putranya yang berubah sayu dan sedikit berkaca-kaca. Sungguh, ia tidak tega sekarang.

"Sekarang pun Arga juga tetap tidak bisa menuruti keinginan mama-papa. Arga tidak bisa, ma. Arga sangat mencintainya, ma. Hanya dia yang putramu ini inginkan, ma. Hanya dia." Arga akhirnya mengeluarkan air matanya, ia mengatakan semuanya dengan jujur kepada mamanya, tidak ada kebohongan yang Arga berikan.

Runtuh sudah hati kecil Rini, perasaannya yang ia rasakan sejak tadi memang benar. Bagaimana ini? Respon apa yang harus ia berikan?

Rini tersenyum, namun air matanya tetap keluar. "Kalau Arga merasa tidak bisa melanjutkan ini semua, Arga boleh memutuskannya sekarang."

Arga melebarkan kedua matanya, mendengar hal itu, Arga merasa kehidupannya sedikit ada harapan.

"Ma." panggil Arga sendu.

"Kamu jangan khawatir, mama yang akan menjelaskannya nanti sama papa kamu."

Tanpa menunggu lama, Arga langsung memeluk mamanya dengan perasaan bahagia, tetapi Arga juga takut papanya akan memarahi mamanya.

Masih dalam dekapannya, Arga mengatakan. "Arga akan ngomong juga ke papa, ma."

Sudah dua tahun lamanya, sejak malam itu, dimana ia meminta permohonan kepada mamanya agar ia bisa memutuskan pertunangannya dan segera menikah dengan Mitha. Namun, semua yang telah Arga rancang pada hari itu, dengan mudahnya hancur begitu saja saat hari itu juga.

Memikirkan kejadian itu, membuat kepala Arga sedikit pusing. Tidak ingin mengingatnya lagi, Arga pun bangkit dari duduknya pergi mengambil handuk. Tujuannya sekarang adalah ke kamar mandi untuk membersihkan diri agar rasa lelahnya sedikit berkurang. Entahlah, hari ini Arga merasa dirinya sangat lelah.

Takdirmu Takdirku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang