ㅡ04ㅡ

38 28 3
                                    

Entah untuk alasan apa jemari Jazlan memilih untuk membuka sebuah folder yang tersimpan dalam laptop miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah untuk alasan apa jemari Jazlan memilih untuk membuka sebuah folder yang tersimpan dalam laptop miliknya. Folder yang sudah lama disimpan. Bahkan mungkin sudah satu tahun tidak dibukanya.

Entah untuk alasan apa pula setiap rentetan percakapan tentang mantan kekasihnya itu terus menempati ruang di kepalanya beberapa hari ini. Terlebih setiap kali ia bertemu dengan Raihan, sahabatnya itu selalu menanyakan topik yang sama. Topik tentang seorang gadis yang seolah telah menginjak harga dirinya, mengingat banyaknya gadis yang kini mengantre hanya untuk berbincang dengannya.

Kata-kata 'sudah move on' ia gunakan sebagai tombol agar sang otak tidak lagi mengulang rekaman hari-harinya saat berada di masa putih abu-abu itu.

"Iya ya. Lo dulu suka banget nyanyi." gumamnya saat sebuah foto seorang gadis muncul di layar. Foto yang ia ambil di sekitar rumahnya saat berjalan pulang. Foto yang ia ambil dengan ponselnya saat pertama kali melihat sosok gadis cantik yang tinggal satu komplek dengannya. Foto yang ia ambil saat mendengar lantunan merdu dari gadis di depannya. Jujur saja, saat itu Jazlan terlalu terpikat hingga tidak sadar kamera ponselnya masih berada pada mode kamera.

"Jahat banget lo. Bisa-bisanya pindah tapi gak kasih kabar ke gue."

Lelaki itu kembali memikirkan kesalahan apa yang sempat ia perbuat. Rasa tidak percaya masih menyelimuti dirinya hingga saat ini.

Gadis itu mengatakan ingin berpisah lalu menghilang. 

Ingatannya lalu berjalan mengulang kembali beberapa hari lalu. Saat dirinya tengah memesankan minum untuk kedua temannya. Rasa familiar akan paras cantik seorang gadis yang berdiri di belakang kasir sempat membuatnya ingin bertanya. 'Apakah dia Lyra yang ia kenal?' Namun sayang, bibirnya seakan kelu. Terlalu takut untuk menyuarakan isi kepalanya.

"Gila. Kenapa gue bisa jadi penakut ya?" Tangannya lalu memencet tombol pada keyboard, melanjutkan acara mengenang sang masa lalunya.

"Kalo kita ketemu lagi, lo masih inget gue gak ya?"

Suara tawa lolos masuk ke dalam rungunya.

Sial. Ia lupa saat itu tengah menerima telepon dari Raihan. Sahabatnya tengah menanyakan perihal tugas dari sang dosen.

"Gamon mah gamon aja!" Suara tawa terdengar semakin keras setelah dialog itu terucap. Bisa-bisanya fokusnya teralihkan pada satu folder yang sudah lama tidak ia buka.

"Diem lo!"

"Siap, mantannya Mbak Lyra!"

"Lo ngeledekin gue lagi, gak gue kasih nih tugasnya." Jazlan tidak dapat berbuat apa lagi untuk menghentikan tawa lawan bicaranya itu hingga sebuah ancaman lah yang terucap.

"Ampun! Lagian temen lo nih ditanyain malah lagi pacaran katanya," adu Raihan kesal karena Haidar tidak menjawab pesannya.

***

Illusive [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang