bab 5 : siapa dia?

43 20 26
                                    

   Terkadang kita didorong maju oleh perasaan,tapi di paksa tarik mundur oleh kenyataan, tugas kita sebagai manusia adalah menggunakan kekuatan di dampingi semesta yang memiliki kenyataan

              ustadz agam Fachrul

.
.
.

"Eh harga kacang di pasar berapaan sih? Katanya sekarang lagi mahal ya?" Ucap ku mengulangi perkataanku.

Tak kuasa menahan tawa Alka, Ezza, dan Zea pun tertawa terbahak-bahak melihat wajahku yang tak berdaya karena tak ada yang terpedaya
Aku menatap mereka dengan tatapan tajam bombastic side eye, namun bukan nya mereka berhenti menertawakanku, mereka malah tertawa lebih kencang dari sebelumnya.

  "Lu masang mata sok sinis kek gitu bukannya kami jadi takut karena serem malah jadi lucu mirip boneka Annabelle tau nggak sih" gurau Ezaa seraya menepuk pundak Alka lumayan keras.

"Aduhh,sakit njir, napa jadi gw sih sasaran nya?" Celetuk Alka menepis tangan Ezza menunjukkan ekspresi tidak senang.

"Eh sorry, nggak sengaja gue, reflek tadi" jawabnya.

"Lagian lu sih yar, datang-datang merusak suasana tau nggak sih dengan segala keluhan lo, senang banget mengusik suasana, gue aja yang dapat nilai 75 biasa aja yang penting pas KKM." celetuk Zea

"Udah berapa kali sih lu gue ceramahin untuk bersyukur? Nilai 80 itu udah bagus, bahkan orang lain malah mau dapetin nilai yang sekarang lo dapetin"

" Biasalah, merendah untuk meroket." ucap Alka melanjutkan ucapan Ezza

"Eh dengerin ya, lo Alkanza Fahriza  Bashra gue nggak ada niatan sama sekali untuk merendah untuk meroket karena gue sadar kalau yang gue dapetin itu masih belum sesuai dengan target yang gue inginkan.
Lo nggak akan ngerti sama apa yang gue rasakan sebelum lo menjadi gue m!" Teriak ku sembari menunjukkan jari telunjuk ku ke arah nya dengan nafas yang tersengal-sengal, mata tajam menatap, dan wajah yang memerah

"Waduh, santai dong bangg napa lu?sensi amat atau lagi pms? eh, lupa Lo kan lakik setengah wanita.mana ada lakik cengeng dan suka ngeluh kayak lo"

"Lagian lo juga mau di ngertiin tapi lo nggak bisa mengerti orang lain, nggak ngerti kondisi banget sih, merasa tersakiti banget sih, gue tau keluarga lo memang nggak harmonis, tapi tolong lah yar, kami juga mau menghibur diri dengan nggak membahas masalah pribadi sana sini ke orang lain, karena bukan hanya Lo yang punya masalah di dunia." ujar Ezza

Aku mendengus kesal, duduk di samping Alka, tak bergeming.
Aku meminta mereka untuk melanjutkan percakapan mereka, karena tak ada gunanya jika Ia melawan mereka akan terus ada kata untuk menjawab ucapanku, dan jika pergi pasti aku kan merasa bosan karena tak memiliki teman atau malah jadi korban bully Raya lagi, memilih menyimak mungkin adalah pilihan terbaik.

"Ya udah deh iya, lanjutin dah bisnis Lo pada." jawabku ketus.

"Mungkin, teman mereka tak hanya aku, tapi temanku hanya mereka." Batinku

Di tengah pembicaraan, ternyata ada seseorang yang mengintip kami dari balik jendela,yang ternyata itu ada Felicita si anak baru

" Hei! gue boleh gabung nggak?" Sapa nya ragu

[Dih, sok akrab banget dah di bocah.] Batin Zea

"Oh, boleh sini gapapa masuk aja" ucap Ezza kepada gadis itu.

"Lo anak baru ya?" Tanya Alka melontarkan topik pembicaraan padanya.

"Iya gue --"

"Iya dia anak baru sekelas sama gw dan Akhyar, nama dia Felicita Belleza. bisa dipanggil Feli, anak pindahan dari Jakarta Utara, pindah karena bokap nya ada kerjaan di sini" potong Zea jutek, menjelaskan secara rinci

Aku, Alka, dan Ezza hanya tertawa kecil mendengar jawaban Zea yang sangat rinci.

"Hahaha,iya itu nama gue, panggil aja Feli salam kenal ya! by the way, nama lo siapa?" Ucapnya sembari mengulurkan tangannya ke arah Ezza, senyuman manis mengukir wajah nya

"Maaf bukan mahram, nama gue Altezza Ghifari, panggil saja Ezaa" jawab nya seraya menangkupkan ke dua tangan nya di depan dada .

Ia menarik kembali uluran tangan nya, malang sekali nasib nya.
merasakan malu, karena uluran tangannya di tolak untuk ke dua kalinya.

"Gue Alkanza fahriza bashra, panggil saja Alka, mau panggil sayang pun boleh"

" Eh Bambang, nggak ada yang nanya Lo, pede Lo tingkat dewa tau nggak sih!" Celetuk Zea sembari menepuk keras kening Alka.

"Ck,Heh, getong minyak! terserah gw lah,biar eneng Feli ini kagak susah-susah nanyain gue."

"Udah-udah berantem Mulu lu pada, hati-hati nanti jodoh loh."celoteh Akhyar

"Diam lo!" ucap mereka serentak

"Tuh kan, jawabnya barengan," gurau ku.

Ezza dan Feli hanya terkekeh melihat ke randoman Zea dan Feli.

"Gue heran banget sama agama Islam, kenapa banyak banget aturan nya.masa iya berjabatan tangan sama lawan jenis aja nggak boleh," ujarnya

  "Karena Islam sangat menghargai wanita, wanita itu ibarat kan sebuah mutiara tak ternilai harganya dan tak sembarang orang dapat menyentuh nya, kecuali mutiara itu sudah menjadi milik nya sepenuhnya.
jika ditusuk dengan jarum dari besi , itu lebih baik baginya daripada menyentuh seorang wanita yang bukan mahramnya", (HR. Thabrani dan juga Baihaqi). " Jelas Ezza

  " Oh,gitu ya,"

"Iya begitu kakak maniss,udah ah,nanya Mulu lo.kayak rentenir nagih hutang,udah ah,balik yok Yar,5 menit lagi bel masuk nih," Ajak Zea

Feli yang mendengar hal itu pun lantas melihat arloji di tangannya

"Eh iya nih 5 menit lagi, Akhyar, Zea, tungguin gue--!" Pintah nya berlari menyusul langkah ku dan Zea.
...

Kringg!
Bel pulang sekolah pun berbunyi

Aku Dan Zea pun memutuskan untuk pulang bersama sembari berbincang aksi apa yang akan mereka buat bersama Ezza dan sama Alka esok hari.

Saat melewati ruang kepala sekolah, Zea menatap sendu ke arah pohon mangga dengan banyak mangga berwarna oranye menghiasinya.Ia menelan ludah,lalu terlintas di benaknya sesuatu rencana untuk mendapatkan mangga itu.

Ia menyikut pergelangan tangan ku
"Eh Yar, coba lo liat mangga nya!gede-gede njir, sayang banget nggak sih kalau nggak diambil lo kagak ngiler apa?" gumamnya.

Aku menghembuskan nafas pelan

"Ngiler sih ngiler. tapi lo tau kan pemilik pohon mangga ini siapa? gue saranin jangan ngambil sekarang deh OSIS belum pada pulang, mau lo di bediriin di tengah lapangan terus megang papan tulis 'saya sudah mengambil mangga kepala sekolah' "

Ia tersenyum tipis
"Hahaha... gue punya ide, gimana kita ambil mangga nya besok pas istirahat. Biar ada kerjaan aja gitu daripada dengerin keluh kesah lo lagi,"

" Gila lo Zea?!  lo tau kan mangga pak Budi itu udah di anggap seperti Manila? anak nya sendiri."

"Tenang gue udah atur rencana,Lo ikuti aja deh, gue denger-denger sih besok OSIS pada rapat, ntar Alka sama Ezza gue suruh ngawasin kondisi rencana gue akan berjalan lancar, dan gue minta, lo kali ini jangan lelet!" Celotehnya.

Aku hanya mengangguk setuju, menunggu esok hari tuk melihat aksi gila yang akan ia lakukan, memang random nih bocah

Usai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang