Bab 7 : dirayakan

27 11 7
                                    

Kekurangan bukan menjadikan kita lemah,namun kekurangan menjadikan kekuatan untuk kita selalu menempa diri

~ usai ✨
.
.
.

Feli menatap sendu ke arah ku, memegang kalung salipnya

"Lu nggak sholat?" Pertanyaan yang di lontarkan Akhyar terngiang-ngiang di dalam benak nya.

" Ntah mengapa saat aku melihat umat muslim sedang beribadah itu membuat hatiku tenang, terlebih lagi melihat orang-orang yang menyempatkan dirinya untuk beribadah. di mana pun itu,aku malu dengan Tuhan ku sendiri yang terkadang aku lupakan begitu saja tanpa ada rasa bersalah," Gumamnya,tanpa di sadari satu tetes air mata menetes di pipi nya.

Setelah selesai sholat Maghrib, aku pun memutuskan untuk menghampiri Feli yang ada di bawah. Ia termenung sembari memainkan ayunan di bawah pohon beringin.
Awalnya aku ragu namun, di dalam benakku ada yang aneh dengannya, aku mengurungkan niat, mencoba tidak ragu dan memberanikan diri tuk menghampirinya.

"Woy wanita siluman, napa lu?bengong aje hati-hati kesambet setan jahil, ingat tempat ini bukan sembaranan tempat loh.
penghuni di sini bukan hanya kita"

Feli yang menyadari kedatangan ku pun lantas segera menghapus air mata yang terbenenang di bawah matanya

" Heh Jamal! asal ngomong aja lu, gue masih waras kali, lu kata gue makhluk halus? gue mah makhluk kasar." celetuk nya

"Wah ternyata lo masih sadar, gue kira kesambet jin di film Jenny oh Jenny, ngapa tuh mata merah,habis nangis lo?, cengeng banget sih "

"Mending lo diam deh!" sentak nya.

"Aduhh, gue salah ngomong ya? Maaf deh kalau gitu. lo kenapa nangis? ada apa sini cerita."

"Gapapa, none your business."
[Bukan urusanmu]

"Now that's my business, because you're with me now! ( sekarang itu menjadi urusan ku, karena kamu sekarang sedang bersama ku)."

" Gue cuma lagi kecewa aja sama diri sendiri.karena gue akhir-akhir ini jauh dari tuhan.
terus gue minder sama orang-orang yang selalu mengingat Tuhan nya di mana pun, sedangkan gue nggak peduli bahwa Tuhan itu ada.
Karena jujur gue bukan terlahir di keluarga yang agamis, Bokap sama nyokap gue sudah pisah karena n
nyokap gue selingkuh ketika umur gue masih 10 tahun, nyokap gue ntah kemana. sekarang gue tinggal sama bokap gue, tapi dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya,"

Aku menatap pilu ke arah nya, ternyata cerita Feli hampir sama dengan ku. namun, bedanya keluarga kami masih lengkap, tapi aku tak tahu arti keluarga yang sebenarnya.
Aku menunjukkan sebuah lukisan yang baru saja ku lukis dan memberikan nya ke pada Feli, sebenarnya lukisan itu ku buat untuk penyemangat diri, namun ku rasa Feli lebih membutuhkannya.

Aku menunjukkan sebuah lukisan yang baru saja ku lukis dan memberikan nya ke pada Feli, sebenarnya lukisan itu ku buat untuk penyemangat diri, namun ku rasa Feli lebih membutuhkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lu lihat gambar ini, kebahagiaan itu ibarat kan senja, dia akan hadir walaupun hanya sejenak, namun kehadiran nya akan membuat kesan yang amat berarti dan selalu di nanti. -- Gue mau setiap lo sedih, lo tatap nih gambar dan yakin bahwa setidaknya ada satu orang, yang tuhan hadirkan untuk lo dan senantiasa membuat lo bahagia. walaupun dunia sedang membenci."
ucapku

Feli pun menerima lukisan yang ku berikan ke padanya.

"Terimakasih ya,Yar, udah menyemangati gue. Gue akan selalu mengingat lukisan ini" gumamnya tersenyum tipis


Sinar mentari mulai meredup di kala sore hari tiba, kini mentari di ganti dengan indah nya sang senja, burung-burung mulai kembali ke sarang tempat dimana mereka tinggal. Kini sang senja mulai menunjukan cahaya nya yang tak jauh indah dari sinar mentari di kala itu.

Aku pun segera merapikan alat lukis ku, memutuskan untuk pulang, aku sebenarnya malas sekali untuk pulang ke rumah toh mama nggak akan peduli aku pulang atau tidak, namun yang ku pikirkan sekarang adalah Feli karena ia seorang perempuan.
jika warga ada yang melihat kami keluar dari hutan ini akan menimbulkan pikiran yang negatif.

" Udah malam, lo mau di sini di temani burung hantu atau ikut gue pulang?" Tawarku

"Lo udah mau pulang ya? yaudah gue ikut."

Aku dan Feli pun memutuskan untuk pulang menulusuri jalan hutan dengan senter yang membantu penglihatan kami, hingga sampai lah kami di depan 'gang.janji palsu'

"Gue pulang minta jemput supir gw,Lo pulang naik apa? mau nebeng kagak?" Tawar Feli

"Nggak, makasih kebetulan gue udah mesen go sip"

10 menit kemudian ~

Titt!
Terdengar Bunyi klakson mobil

"Eh itu mobil gue. gue duluan ya, Yar "

Aku hanya mengangguk, menunggu go sip yang ku pesan.

5 menit kemudian ~

Go sip yang ku pesan pun tiba..
Aku pun segera menaiki joke motor nya dan memakai helm.

...

Sesampainya di rumah ~

Saat aku berada di depan rumah ku tatap bagasi mobil,dan melihat salah satu mobil yang tak asing di mata ku, mungkin itu hanya firasat ku saja.

Aku membuka pintu perlahan

Kriett!

"Assalamualaikum ma, Akhyar pulang ..." ucapku

"Wa'alaikumussalam... wah, anak papa dah pulang, darimana saja kamu nak."

Mata ku membulat sempurna, saat melihat ayah yang ada di hadapan ku, menyambutku, di depan pintu, sontak aku pun memeluk erat tubuh nya, kini rindu ku telah terobati.

"Ayah kapan pulang ke Indonesia? kok nggak bilang Akhyar sih,"

"Sengaja biar suprise, yok masuk papa ada oleh-oleh buat kalian."

"Sini, Pa duduk" ajak Hana

Papa pun duduk di atas sofa yang berada di ruang tengah.

" Papa senang banget, pulang dari Singapure mendapatkan kabar baik dari kalian, Angga mendapatkan beasiswa ke jepang, Hanna menang audisi nyanyi di Korea, dan Akhyar --"

"Aku menang lomba baca puisi tingkat nasional pa!"

Papa menatap sekilas ke arah mama
"Loh, kok papa nggak tau ya? Mama soalnya cuma kasih tahu tentang Angga dan Hanna.
oh ya, Angga mana Ma?"

" Soal Akhyar itu aku lupa mau kasi tahu kamu, Angga udah pergi ke jepang satu Minggu yang lalu,"
ujar mama seraya terus menetap ku tajam bagaikan burung elang yang menemukan mangsanya .

"Yaudah gapapa, yang penting anak-anak papa yang lain ada di sini.
nah, ini untuk kamu sini, ini untuk Hanna dan ini untuk Akhyar," ucap papa membagi rata oleh-oleh dari nya.

Aku terpaku sejenak, ini bukan mimpikan? Akhirnya aku dirayakan. setelah sekian lama meratapi nasib, karena tak ada seorang pun yang peduli, namun kali ini aku merasakan apa yang dirasakan oleh Hanna dan Angga.

"Makasih pa!" ucapku, antusias.

"Dih norak" gumam Hanna.

"Oh ya, Pa, Ma, Hanna ada mencoba test sekolah di Korea, dan Hanna lulus! Hanna boleh.kan pindah sekolah ke Korea?"

"Oh tentu boleh dong, apa sih yang nggak untuk anak gadis bontot mama ini, lagian kasian banget kamu kalau kena polusi udara di Indonesia ini terus, ntar kulitnya jadi kusam, kalau di Indonesia terus mah nggak bakalan maju-maju."

Aku memutarkan bola mata malas,tak menanggapi, aku tahu sindiran halus itu mama Lontarkan untukku, akan tetapi sekarang aku tak peduli dengan ucapan nya, dan lebih memilih untuk pergi menuju kamarku.

Kalau bisa dibilang adakah rasa iri, diantara ke dua saudara ku? jelas ada!namun aku tahu bahwa tuhan begitu baik, telah menghadirkan seorang teman baik di sisi ku agar rasa iri itu tak terus muncul di dalam benakku.

...

Usai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang