bab 12 : perubahan

15 9 8
                                    

    Berharap itu hal yg manusiawi,tapi       berharap lebih pada manusia itu adalah seni melukai diri sendiri.

                      ~usai ✨

.
.
.

  Aku menerjapkan mata,mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil mata,aku terus memegangi kepalaku yang terasa sangat pusing, tenggorokan nya sangat kering hingga membuatnya kesulitan untuk berbicara.

"Sudah berapa lama gue tertidur disini? Kenapa tubuhku terasa berat sekali?" Tanya ku.

"Dua hari," celetuk seseorang yang berada di sebelah brankar ku, Ezza.

  Aku terdiam seraya menatap sekeliling yang berwarna serba putih dengan aroma obat-obatan yang begitu khas.astaga,aku baru sadar bahwa aku berada di rumah sakit.
Aku berusaha untuk bangkit, akan tetapi batal di cegah oleh Ezza.
Aku bisa melihat Ezza mengambil air minum yang tersedia di nakas.
Aku tak bisa protes karena Ezza keburu kembali ke sebelah nya dan membantunya untuk meminum air itu.

Setelah tenggorokannya tak lagi kering,aku menatap sekitar ku yang terlihat begitu berantakan.
Ada amAlka dan Zea yang tertidur di atas tikar yang digelar di lantai, ada Feli yang tertidur dengan posisi duduk di atas sofa.aku hanya dapat menatap sayu ke arah mereka yang tertidur karena menungguinya.
Akan tetapi senyum itu seketika pudar kala Ia teringat sesuatu.

"Za, terus habis ini gue sama siapa?" tanya ku dengan suara pelan

"Masih ada kita, diri lu sendiri, dan tuhan
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
'janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita'." ucap Ezza berusaha menenangkan ku dengan caranya

Selama satu tahun saling mengenal, keduanya sudah mulai bisa memahaminya satu sama lain,sifat ku yang pecicilan di pertemukan dengan anak alim dan tak banyak tingkah seperti Ezza.
Mereka seringkali bertengkar,tapi sebenarnya saling menjaga dan menguatkan satu sama lain.seperti saat ini,ketika aku berada di dalam titik terindah ku Ezza tetap setia menemaninya.

Aku menarik nafas dalam-dalam,lalu menghembuskan nafasnya secara perlahan.memang benar apa yang Ezza katakan Allah selalu bersama hambanya walaupun hambanya sudah berkali-kali mengkhianati nya.
Namun, melupakan semua yang terjadi begitu saja, bukanlah hal yang begitu mudah.
Aku butuh waktu yang lama untuk berdamai dengan keadaan.

"Bener Za, gue masih punya kalian dan tuhan." lirih ku, berusaha menangkis kesedihannya

"Hmm" Ezza berdeham pelan,cowok itu meletakkan kembali gelas yang sudah kosong itu ke tempat semula.

"Mereka nginep dua hari loh. Nggak sekolah demi jagain Lo"

"Seriusan?"  Tanyaku agak kaget

Ezza mengganguk tanpa ekspresi."nggak gratis."

Aku dibuat bingung dengan jawaban Ezza "jadi, gue harus bayar kalian?"

Lagi-lagi Ezza mengangguk "cukup bersikap seperti biasanya.
jangan jadiin masalah ini sebagai alasan Lo bisa berubah"

"Kalau itu gue nggak janji"

"Harus janji." Ketus Ezza

...

Pada lautan, yang menyukai kesepian,
Bahkan ungkapan ada di setiap coretan,
Menulis berbagai kisah lara,
Aku hanya lah manusia yang harus akan nuraga,

Ada banyak luka di dalam sini
Maaf, jikalau aku merasa paling menderita ,
"Utuh bukan berarti sempurna."
Aku memang tak pernah menang soal itu.

Usai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang