wanita yang dikisahkan sebagai seorang maha siswa yang bisa dibilang sedang masa hijrah.ia merupakan mahasiswa teladan di sebuah kampus islam,lalu ia ditugaskan untuk membujuk seorang lelaki keras kepala satu kampus dengannya.
menjadi awal kisah mer...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****** Semua orang tengah berkumpul di tempat tenda didirikan.di titik itulah, Dekan memberi arahan.sudah ada beberapa tenaga medis dan beberapa polisi.
Kegiatan Persami di sudahi dari sejak angin kencang dan sampainya Rombel Echa.
kini semua Mahasiswa sudah bersiap untuk segera pulang.beralih pada Revaldy, ia tengah beristirahat karena Yana sedang di periksa oleh tenaga medis.
Seorang Dokter, bernama Gladys memeriksa keadaan Yana.
" Keadaannya melemah.apalagi sekarang sedang mengandung." Ucap Dokter Gladys
Revaldy tercengang dengan apa yang diucapkan oleh Dokter Gladys.
" Istri saya Hamil ?" Pekiknya
Dokter Gladys mengangguk.
" Usia kandungannya sudah 2 bulan lebih.alangkah baiknya, segera di periksa ke dokter kandungan.karena masih sangat rentan, cepat kamu gantikan dia pakaian yang kering dan hangat, sebentar lagi pasti akan sadar kembali.saya permisi."
Usai dokter berlalu, Revaldy mendekati Yana yang masih saja terbaring.walau sangat bahagia,diurungkan diatnya untuk bercerita kepada semua orang.
Yana sudah memakai baju Gamis yang kering dan nyaman serta hijabnya, namun belum memakai cadar.
Revaldy terus mengusapkan minyak kayu putih di kening Yana hingga akhirnya mengerjapkan mata.
Masih sangat pusing rasanya, namun Revaldy tidak memaksa Yana untuk bangun karena memang bus belum datang.
Revaldy menggenggam tangan Yana yang sangat dingin.
" Ada apa sayang..?" Lirih Revaldy yang mendekatkan wajahnya hingga Yana dapat melihatnya
Yana hanya menatap kosong.
" Sss" Yana berdesis memegangi kepalanya
" pusing ya ?sini mas pijitin." Revaldy memijit pelipis Yana hingga membuanya nyaman
Terasa lebih mendingan, Yana mencoba bangun dan di bantu oleh Revaldy.
Kini posisi Yana terduduk.
" Jangan banyak bergerak.bus nya belum datang juga.kamu sudah kuat berjalan ?" Tanya Revaldy
Yana tak sanggup berbicara, ia hanya mengangguk.
" Yasudah.pakai jaket mas dulu, lalu pakai cadar tali aja yah, kamu sedang sakit." Ucap Revaldy seraya memakaikan Yana sebuah jaket oversize miliknya dan memakaikan cadar pada Yana
Usai itu, Yana menatap sendu Revaldy yang memperlakukannya sangat baik dan sabar.
Revaldy menyium kening Yana setelah itu menggenggam tangannya.mengisyaratkan agar Yana bangun, tetapi Yana malah menatap Revaldy dengan meneteskan air matanya.
Revaldy merendahkan tubuhnya lalu memeluk tubuh Yana dengan mencium pucuk kepala Yana.
Cup.
" Hiks..mass..Yana nyusahin aja yah...Yana sakit gabisa ngelakuin apa apaa...Yana nyusahin Jessica, coba aja kemarin Yana ga lebay, pasti mas sekarang ga repot ngurusij Yana...haa..mass..maafin Yana..hiks.." lirih Yana berlarut dengan kesedihannya, ia menyembunyikan wajahnya di dada Revaldy
Revaldy mengusap air mata Yana dengan telunjuknya.
"Sttt...jangan bicara seperti ituu..sudah tugas mas merawat kamu.." ucap Revaldy
" Ya tap_"
Revaldy menutup mulut Yana.
" Busnya sudah datang.kita pulang yuk, mas kangen rumah pengen tidur sambil meluk kamu lebih leluasa.hihi.." saut Revaldy mengalihkan pembicaraan
Sudah banyak mahasiswa yang berkumpul di tengah tengah lapangan tempat mereka menginap.semua tenda sudah tidak ada lagi, sudah ada dua bus besar yang terparkir beserta supirnya.
Tanpa pengarahan, Dekan hanya memberi doa bersama sebelum pulang saja.
Revaldy dan Yana menaiki bus 2 sedangkan Danu Nayla , Zaky dan Echa di bus 1.
Perjalanan sudah dimulai,para mahasiswa tengah sibuk dengan sendirinya.sementara itu,Yana sedari tadi gelisah dengan perasaan tak nyaman di perutnya.
Karena sudah cukup sore,lampu dimatikan.
Yana mengerjapkan mata karena sedari tadi ia masih tak nyaman dengan tidurnya.dilihatnya ke sisi samping,tak ada di dapatinya Revaldy.pantas saja, sedari tadi ia gelisah tak ada respon sama sekali.
Sempat mendengus, namun ia tiba tiba merasa pusing.terdengae sayup sayup suara Revaldy yang tiba duduk di sampingnya.
Yana menyandarkan kepalanya di jendela.
" Kenapa cintakuu ?" Revaldy berucap di telinga Yana
Yana menoleh kearah Revaldy,kontan ia terdongak memeluk tubuh Revaldy denga erat.
" Mas Aiyy kemana aja sih..perut Yana gaenak mas, pusing, mual.tidurnya ga nyenyak.." lirihnya dengan menyembunyikan wajahnya di dada Revaldy
Revaldy mengulurkan tangannya hingga menutupi tubuh Yana.Revaldy mengelus elus tubuh Yana sampai Yana terasa nyaman.
Yana masih menyembunyikan wajahnya di dada Revaldy.
" Sudah?"
Yana mengangguk.
" Minum dulu.mas tadi ambil minum di dekat dosen,mobilnya sempat mogok,jadi mas ikut turun.setelah jalan kembali,mas baru bisa balik tadi." Ucap Revaldy perlahan
Yana mengangguk.ia menatap lekat wajah Revaldy seolah meminta pertolongan.
Revaldy tersenyum, ia tampak sangat bersedia melayani kemanjaan Yana.
" Mas,engap.rasanya kok pengen muntah yaa," ucap Yana
Revaldy mengusap kedua mata Yana dengan jempolnya.
" Yasudah.lepas saja dulu cadarnya,lagian sedang mati lampunya.kamu tidur di dekapan mas yaa." Ucap Revaldy seraya membuka simpul tali cadar Yana
Setela di buka, rasanya sudah sangat leluasa.Yana memeluk erat tubuh Revaldy dan kembali menyembunyikan wajahnya di dada Revaldy dan tidak butuh waktu lama,ia terlelap.
Revaldy terus saja mengelus elus kening Yana agar membuatnya semakin tertidur pulas.
" Sayang.asal kamu tau, mas sangat bahagia bisa merasakan hembusan napasmu dengan dada mas sendiri.sungguh,mengurusmu adalah hal yang sangat berarti bagi mas.sehat sehat ya permaisuriku,cintaku,belahan jiwaku,hatiku,nyawaku,dan napasku." Lirih Revaldy di telinga Yana