03-Who?

2.4K 182 10
                                    

Pukul 21.30, di bawah bulatan rembulan yang memancarkan cahayanya. Seorang gadis, rambut dicepol asal, dilengkapi dengan piyama tidur berwarna soft blue sedang memantulkan bola lalu melemparkannya ke arah ring. Kegiatan tersebut ia lakukan berulang kali. Namun, semuanya gagal. Ia tidak mencetak satupun poin dari bola yang ia lempar.

Menghela napas lelah dengan bulir keringat yang mulai bercucuran, gadis itu melempar asal bola basket yang langsung ditangkap oleh seseorang yang sejak tadi diam mengamatinya.

"Tanding, yuk, Ly! Yang kalah harus nurut sama yang menang."

"Ogah!"

Sambil memantulkan bola, Thala menghampiri Nazly yang saat ini menatapnya datar.

"Kenapa? Takut kalah?" Thala tersenyum meremehkan.

Nazly mendengus. "Nggak sama sekali."

Nazly melangkah cepat hendak keluar dari lapangan basket.

"Kamu ingat nggak waktu pertama kali kita ketemu. Di belakang rumah, kamu lagi main basket sambil nangis."

Nazly menahan langkah kakinya. Tatapannya kini fokus menatap Thala yang baru saja berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket. Laki-laki itu menoleh dan tersenyum ketika menatapnya.

"Pertama kali ketemu, aku tertarik sama kamu, Ly."

Nazly tersenyum getir. Ia tidak mengatakan apa pun. Hanya berdiri kaku dengan kedua tangan yang mengepal erat.

Di pertemuan pertama, Thala tertarik kepadanya. Hal yang benar-benar baru ia ketahui saat ini. Thala tertarik kepada Nanaz, bukan Lily!

"Di beberapa momen, aku yakin, kalau aku benar-benar sudah cinta sama kamu."

Nazly sontak tersadarkan oleh fakta yang terungkap. Thala hanya tertarik kepadanya, bukan jatuh cinta. Hari-hari yang ia jalani adalah bersama Lily. Tentu, laki-laki itu pasti menjatuhkan hati kepada Lily, bukan Nanaz!

Menahan denyutan sakit di dada, Nazly melangkah cepat keluar lapangan. Sebelum saat itu tiba, ia harus mempersiapkan diri. Melepas segala sesuatu dan mengembalikannya kepada pemilik sesungguhnya, termasuk laki-laki yang telah mengisi penuh hatinya.

...

Nanaz dan Lily. Dua orang serupa berbeda kepribadian. Nanaz yang dingin dan Lily yang hangat. Keduanya lahir bersama dari rahim yang sama.

Meskipun memiliki orang tua yang sama, bukan berarti perlakuan untuk keduanya sama. Entah sejak kapan Nanaz mulai merasakan adanya ketidakseimbangan antara dirinya dan Lily.

Semua hal selalu berpusat kepada Lily. Keberadaan Nanaz dianggap tidak kasat mata. Keberadaannya seakan disembunyikan. Alasan di baliknya Nanaz tidak tahu dan tidak pernah mencari tahu.

Semua hal yang ada pada Lily, Nanaz tidak pernah mempermasalahkannya. Tidak pernah menaruh iri dan dendam kepada saudarinya.

Diperlakukan tidak adil pun, Nanaz hanya bisa diam menerima semuanya. Terbiasa hidup dikucilkan oleh orang-orang yang ia anggap penting, menjadikan dirinya pribadi yang diam, enggan menyuarakan masalah yang tengah ia hadapi.

"Nanaz, kami butuh bantuan kamu."

Kala itu, kedua orang tuanya datang menemuinya. Pertama kali menyadari keberadaannya.

"Lily koma, cuma kamu yang bisa bantu kami."

Nazly hanya mampu menatap dengan mata datarnya. Hatinya sudah mati untuk merasakan kesedihan yang dialami oleh kedua orangtuanya. Entah, melihat mata itu meneteskan air mata, hati Nanaz sama sekali tidak tergugah untuk ikut serta merasakannya. Rasa simpatinya entah lenyap ke mana.

Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang