Quatre.

1K 145 13
                                    

Sejak kejadian Rui yang menabrak Riyo, remaja berusia 17 tahun itu kini jadi sering berkunjung ke toko roti itu. Awalnya memang dengan alasan ingin mengganti sepeda Riyo yang rusak meskipun Revin sudah memintanya untuk tidak mengganti. Namun lama kelamaan Rui menjadi nyaman berada di toko kecil itu dan sering berkungjung.

Saat pulang dari kejadian, Gatma marah besar kepada Rui. Bahkan lelaki itu mengancam akan menyita motor Rui. Namun seperti yang diketahui, Rui itu keras kepala dan tidak ada takutnya dengan Papanya itu.

"Tadi kesini udah ijin Papa, nak?" Tanya Revin membuat Rui menggeleng.

"Kalau kata Papi gak sopan pergi gak ijin orang tua, bang" tegur Riyo membuat Rui berdecak.

"Belum sempet, kan gue tadi gak niat kesini. Cuma dijalan liat lo, yaudah gue angkut"

Revin terkekeh, "ya udah kabarin Papanya dulu, bilang kamu lagi main di tempat temen biar Papa kamu gak khawatir"

Rui hanya mengangguk, ia membuka ponselnya tapi tidak melakukan apa yang disuruh Revin.

"Papi bikin cake keju ya? Enggak bikin coklat kesukaan Rui?" Tanya Riyo.

Revin menggeleng kemudian terkekeh, "besok ya sayang? Sekarang gantian dulu. Rui suka keju?"

"Suka"

"Nih, tadi Papi buat cake keju" ucapnya mengambilkan sepotong cake keju yang baru saja matang.

"Makasih om" jawab Rui kemudian mengambil sesendok cake itu dan merasakan tidak asing. "Kayaknya kakak aku kemarin beliin aku cake disini deh"

"Hah? Tapi itu Papi buat bukan buat dijual bang"

"Tapi sumpah rasanya mirip yang dibeliin kakak gue yo"

"Eh bentar.. kakak lo pakai mobil Audi hitam gak?"

"Iya. Kok lo tau?!"

Revin diam menyimak pembicaraan keduanya itu. "OH BENER KALAU GITU!! Dia kemarin yang itu loh Pi, yang malam malam cari kue buat adiknya"

Revin seketika tidak bisa berkata, sedekat itu jarak anak anaknya dengan takdir mereka. "Papiiii!" Panggil Riyo lagi membuat Revin menyadarkan dirinya.

"Iya, gimana nak?"

"Om ini selalu halus gini ya kalau ngobrol sama anak om?" Tanya Rui membuat Revin sedikit bingung.

"Ya orang tua kan harusnya gitu nak" jawabnya.

"Tapi Papa aku enggak"

"Emang Papa kamu gimana?"

"Marah marah mulu. Nada tinggi terus" Rui kemudian menepuk pundak Riyo, "lo harus bersyukur punya Papi yang baik kayak Papi lo" ucapnya.

"Yee gue mah bersyukur bang! Emang nyokap lo kemana bang?"

"Gak tau? Papa gak pernah ngomongin dia, kakak gue juga. Pokok bilangnya pergi jauh gak bakal kembali"

"Lo nakal kali bang, makannya ditinggalin"

"Riyo!" Tegur Revin membuat Riyo seketika terdiam sembari mengerucutkan bibirnya.

Rui terkekeh. "Iya kali ya? Gue sampe ditinggalin dari kecil. Nyokap gue wujudnya gimana aja kagak tau gue. Parah banget.." sautnya kembali terkekeh.

Seketika dada Revin sangat sesak, jangankan mengeluarkan sepatah kata, menarik nafas pun seakan ia tidak mampu.

"Pa..papi mau ke kamar mandi dulu ya. Kalian makan dulu aja" ucapnya yang langsung meninggalkan keduanya kebingungan.

Revin masuk membungkam mulutnya dan mulai menangis disana. Ini kesalahannya dan Gatma, tapi malah anak anak mereka yang menanggung akibatnya. Sepertinya maaf saja tidak akan cukup untuk ia utarakan pada ketiga buah hatinya itu.

REVIENS VERS MOI - GUANRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang